Biaya Kereta Cepat Makin Membengkak Hingga Rp21 Triliun, Warganet Kaget: Bikin Legacy Kok Mahal Bener...
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung kembali membengkak. Pasalnya, masih ada ada perbedaan hitungan pembengkakan biaya proyek kereta cepat garapan Indonesia-China. Di mana, hasil asersi dari Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) pembengkakan biaya mencapai US$ 1,449 miliar (sekitar Rp 21 triliun), sedangkan dari hitungan pihak China hanya US$980 juta (sekitar Rp14 triliun).
Hitungan ini disebabkan perbedaan persepsi antara China dan Indonesia. Di mana sudut pandang China belum mengakui adanya pajak pengadaan lahan, persinyalan Global System Mobile - Railways (GSM-R) yang ternyata gratis di China. Sementara di Indonesia harus bayar.
Terkait pembengkakan itu, warganet pun ramai membahasnya. Akun @RagilSemar di twitter ikut membagikan kabar itu.
Baca Juga: Jelang Kereta Cepat Jakarta-Bandung Beroperasi, 32 Gerbong Sudah Tiba di Depo Tegalluar
"Nego alot, katanya… Kalau Bagong sudah bisa ngeramal hasilnya kayak apa. Manteman bisa juga nggak memperkirakan?," tulis akun yang dikenal cukup rutin menyampaikan kritikannya, sembari memposting link berita terkait.
Kontan saja, cuitan itu pun ramai dibahas warganet lainnya. Umumnya warganet heran dengan kebijakan pemerintah terkait proyek tersebut.
"Gue juga prediksi kereta ini nggak aman… Gue tau persis struktur tanah di kampung emak gue yg dilalui kereta tsb. Gue ngarep si jongos nyobain nih kereta dgn kecepatan penuh," tulis salah satu warganet.
"Sepertinya bakal mangkrak dengan tanggungan hutang yang luar biasa…," balas lainnya.
"Hambalangnya jkw nih !! Bikin legacy kok mahal bener…," kritik lainnya.
Untuk diketahui, pembahasan terkait proyek Kereta Cepat Jakarta - Bandung masih berlangsung di Beijing China hingga hari ini. Pembahasan yang dilakukan antara pihak Indonesia dengan China antara lain terkait pembengkakan biaya hingga pembiayaan proyek yang terjadi perbedaan tajam kedua pihak.
Harapannya putusan mengenai finalisasi cost overrun keluar pada minggu ini. Namun ternyata pembahasan masih berlangsung dan belum ada keputusan.
"Prosesnya masih berlangsung, nanti ditunggu saat rombongan kembali dari Beijing ya," kata Corporate Secretary PT Kereta Cepat Indonesia China, Rahadian Ratry, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Sabtu (11/2/2023).
Tim dari Indonesia yang berangkat ke China terdiri dari perwakilan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, PT Kereta Api Indonesia (Persero), dan PT Kereta Cepat Indonesia China.
Tim pendukung itu akan negosiasi terkait cost overrun dengan China Railways Investment Corporation, Beijing Yawan HSR Co. Limited, dan China Development Bank, dan National Development and Reform Commission (NDRC).
Kendalanya dalam proyek yakni, masih ada ada perbedaan hitungan pembengkakan biaya proyek kereta cepat garapan Indonesia-China. Di mana, hasil asersi dari Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) pembengkakan biaya mencapai US$ 1,449 miliar (sekitar Rp 21 triliun), sedangkan dari hitungan pihak china hanya US$980 juta (sekitar Rp 14 triliun).
Hitungan ini disebabkan perbedaan persepsi antara China dan Indonesia. Di mana sudut pandang China belum mengakui adanya pajak pengadaan lahan, persinyalan Global System Mobile - Railways (GSM-R) yang ternyata gratis di China. Sementara di Indonesia harus bayar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajria Anindya Utami