Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Utang Anies Baswedan Rp92 Miliar Berasal dari Bohir, Beneran Bantuan Atau Ada Timbal Balik?

        Utang Anies Baswedan Rp92 Miliar Berasal dari Bohir, Beneran Bantuan Atau Ada Timbal Balik? Kredit Foto: ANTARA FOTO
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Anies Baswedan dalam penjelasannya soal utang piutangnya menyatakan ternyata uang bernilai Rp92 Miliar itu bukan milik Sandiaga Uno, tapi milik pihak ketiga yang membantu mereka saat Pilkada 2017. 

        Bohir sendiri menurut penjelasan beberapa sumber merupakan bahasa asing dari Belanda. Tepatnya ditulis bouwheer yang berarti pemborong atau kontraktor. Struktur katanya berasal dari bouwen (membangun) dan heer (tuan).

        Dengan demikian bohir atau bouwheer, memiliki arti pemilik modal, pemilik proyek, atau bisa juga diartikan sebagai owner.

        Baca Juga: Berani Ambil Pinjaman Berisiko dari Sandiaga, Anies Baswedan: Demi Membawa Perubahan untuk Jakarta

        Dalam percakapan sehari-hari, bohir biasanya merujuk pada pemberi modal dalam kegiatan politik. Bohir adalah penyokong modal bagi kontestan yang berlaga di ajang politik.

        Soal fenomena bohir politik di Pilkada DKI 2017 lalu sebenarnya sempat disorot oleh peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) saat itu, Siti Zuhro. Kata dia, peran investor politik sangat besar di Pilkada DKI saat itu.

        Menurut Siti, fenomena bohir politik yang sudah ada sejak pelaksanaan Pilkada serentak 2015 lalu itu bisa jadi penentu kemenangan calon kepala daerah.

        "Tentunya peran bohir politik sangat kuat membuat sang calon menang. Ada keberpihakan luar biasa kepada calonnya. Tapi ditempuh dengan tidak kompetisi, tapi misal kita tahu dengan mengotak-atik kotak suara, mengotak-atik daftar pemilih pada akhirnya vote buying," kata Siti saat itu.

        Kata Siti, banyak dampak yang muncul atas keterlibatan bohir politik meski hanya di balik layar. Duit yang dikeluarkan mengakibatkan lahirnya program yang hanya menguntungkan si penyandang dana.

        "Akhirnya dampaknya program itu sangat tidak manusiawi, tidak menguntungkan masyarakat luas," ujarnya.

        Siti kemudian menjelaskan modus operandi yang dilakukan para bohir politik di pesta demokrasi di Indonesia. Kata dia, pada awalnya dana yang digelontorkan untuk semua pasangan calon.

        Baca Juga: Siang-Malam Anies Baswedan Dihantam Masalah Utang Pilkada, Advokat Yakin Semua Calon Lakukan Hal Serupa: Saya Yakin!

        "Kalau ada empat pasangan calon semuanya dapat uang. Tapi baru akan mengerucut besar pada calon yang pasti menang," katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: