Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Survei: Khofifah Indar Parawansa Keok Lawan Muhaimin Terkait Elektabilitas Tokoh NU untuk Pilpres 2024

        Survei: Khofifah Indar Parawansa Keok Lawan Muhaimin Terkait Elektabilitas Tokoh NU untuk Pilpres 2024 Kredit Foto: Ferry Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali melakukan hitung-hitungan surveinya terkait Pemilu dan Pilpres 2024.

        Kali ini SMRC melakukan survei terkait elektabilitas tokoh Nadhlatul Ulama (NU) untuk Pilpres 2024. Bukannya tanpa alasan, Pendiri SMRC, Saiful Mujani menyebut bahwa Tokoh NU jadi langganan menjadi Cawapres selama ini.

        “Dalam pengalaman beberapa kali pemilu sejak 1999, ada kecenderungan calon presiden dari partai-partai nasionalis mengambil wakil dari kelompok Islam, terutama NU,” ujar Saiful sebagaimana dalam keterangan resmi yang diterima wartaekonomi.co.id, Kamis (16/2/23).

        Berdasarkan survei yang dilakukan, didapat bahwa Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa menempati posisi pertama, disusul Menkopolhukam Mahfud MD, dan diikuti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

        Baca Juga: Nha Lho... Fix Bakal Ditinggal Kabur? Muhaimin Iskandar Mengaku Tak Diberi Tahu Soal Pertemuan Prabowo Subianto dan Khofifah

        Saiful melanjutkan bahwa partai politik juga sering mempertimbangkan tokoh NU yang bukan orang partai, tapi senior, dianggap kharismatik, dan berpengaruh. Karena itu penting memasukkan nama mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj dan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf.

        Pertama adalah Muhaimin Iskandar karena merupakan ketua partai dengan basis massa NU, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Nama Mahfud MD, menurut Saiful, juga penting dimasukkan karena merupakan menteri senior di Pemerintahan Jokowi. Mahfud juga memiliki karier politik yang cukup panjang dan pernah aktif di PKB pada masa Gus Dur. Sementara Khofifah, selain sebagai Gubernur Jawa Timur, juga aktif di PKB zaman Gus Dur,” demikian bunyi rilis SMRC.

        Muhaimin mendapatkan dukungan sebesar 18,2 persen; Mahfud 18 persen; Khofifah 15,4 persen; Said Aqil 2,9 persen; dan Yahya Cholil Staquf 2,6 persen,” tambah keterangan tersebut.

        Saiful menerangkan bahwa tiga nama teratas, Muhaimin, Mahfud, dan Khofifah memiliki dukungan publik yang seimbang. Tiga nama tersebut memiliki tingkat kedekatan yang sama dengan pemilih.

        Baca Juga: Khofifah Lebih Unggul dan Menguntungkan untuk Dijadikan Cawapres, Prabowo Subianto Akan Tinggal Kabur Muhaimin Iskandar?

        Dalam rentang waktu Desember 2021 sampai Desember 2022, suara dukungan pada Muhaimin bergerak dari 13,7 persen menjadi 18,2 persen. Suara Mahfud fluktuatif, 14,5 persen pada Desember 2021, sempat mencapai angka 22,1 persen di November 2022, dan menjadi 18 persen di Desember 2022. Sementara suara dukungan pada Khofifah sebesar 18,9 persen di Desember 2021 menjadi 15,4 persen di Desember 2022.

        Melihat data tiga tokoh yang bersaing ketat ini, Saiful melihat tidak tertutup kemungkinan calon dari NU tidak tunggal seperti yang pernah terjadi dalam Pemilu presiden 2004. Pada pilpres langsung pertama itu, ada tiga tokoh NU yang maju sebagai calon wakil presiden: Hasyim Muzadi, Solahuddin Wahid, dan Jusuf Kalla.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: