DPR Amerika Goyah dengan Dukungan 'Mahal' ke Ukraina, Ingat-ingat Pemilu di Depan Mata
Dukungan di antara anggota parlemen Amerika Serikat untuk melanjutkan bantuan ke Ukraina "cukup kuat".
Sayangnya, karena konflik dengan Rusia berlarut-larut dan pemilu 2024 semakin dekat, dukungan Washington untuk Kiev mungkin goyah, lapor Newsweek, Rabu (15/2/2023)..
Baca Juga: Militer Rusia Hancurkan 20 Pesawat Nirawak Milik Ukraina
Newsweek menulis, snggota Kongres semakin memandang bantuan Ukraina sebagai "terbatas", dan semakin banyak konstituen mereka percaya bahwa AS memberi terlalu banyak kepada Kiev.
“Telah terjadi penurunan jumlah orang Amerika yang melihat perang sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional AS,” kata profesor University of London Rob Singh kepada Newsweek.
Sementara itu, Washington Post melaporkan, bahkan ketika Presiden Joe Biden dan anggota pemerintahannya terus secara terbuka menjanjikan dukungan "selama diperlukan" bagi Ukraina untuk memenangkan konflik, pejabat AS menekankan kepada para pemimpin Ukraina secara pribadi bahwa "kita tidak dapat melakukan apa pun dan segalanya selamanya."
Newsweek mengutip Institute for the Study of War, sebuah wadah pemikir Washington, yang mengatakan para pejabat AS juga telah memberi isyarat kepada Kiev bahwa bantuan keamanan Barat “terbatas.”
Kurang dari setengah orang AS mendukung bantuan militer Ukraina
Pergeseran suasana terjadi setelah Partai Republik memenangkan kendali Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilihan paruh waktu November. Kemenangan itu terjadi setelah pemimpin Republik Kevin McCarthy, sekarang ketua DPR, mengatakan pada Oktober bahwa AS tidak akan lagi memberikan "cek kosong" ke Ukraina jika partainya memenangkan kendali DPR.
Perwakilan Matt Gaetz dari Florida pekan lalu memperkenalkan sebuah resolusi, yang ditandatangani bersama oleh sepuluh rekannya, menyerukan AS untuk menangguhkan bantuannya ke Ukraina dan mendesak Kiev dan Moskow untuk merundingkan kesepakatan damai. Oposisi semacam itu akan mempersulit paket bantuan yang kuat untuk melewati Kongres, kata Singh.
Dia menambahkan bahwa masalah tersebut kemungkinan akan menjadi lebih memecah belah karena mantan Presiden Donald Trump dan kandidat presiden AS lainnya memperdebatkan kebijakan bantuan Biden.
Bantuan militer semacam itu tidak akan pernah ada habisnya, kata profesor Kings College London Michael Clarke kepada Newsweek.
“Indikasi potensi keengganan untuk melanjutkan ini benar-benar hanya ekspresi dari apa yang secara eksistensial benar, bahwa Ukraina tidak hanya harus terus berjuang tahun ini, tetapi muncul dengan beberapa perubahan yang menentukan di medan perang yang entah bagaimana mengubah dinamika dengan jelas untuk mendukungnya," kata Clarke menerangkan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: