Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hadapi Disrupsi AI, Penerbit Media Butuh Alternatif agar Bisa Berkelanjutan

        Hadapi Disrupsi AI, Penerbit Media Butuh Alternatif agar Bisa Berkelanjutan Kredit Foto: Imamatul Silfia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industri penerbitan menghadapi tantangan disrupsi teknologi yang berasal dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), tak terkecuali penerbitan media.

        Dalam konteks media, disrupsi menyerang hubungan antara media dengan pelanggan serta pengiklan. Bila dahulu media memiliki hubungan langsung dengan pelanggan dan pengiklan, kini hubungannya diperantarai oleh platform global, seperti mesin pencari (search engine), agregator, hingga media sosial.

        Kondisi itu menyebabkan industri media perlu berbagi nilai dengan platform global yang menjadi perantara. Akibatnya, konten media berpotensi dipengaruhi oleh kepentingan platform global.

        Baca Juga: Pandangan Liar Bill Gates soal Kecerdasan Buatan, Peringatan untuk Kita Semua: Mereka Bisa Menggantikan Pekerjaan Manusia!

        "Konsumen mengonsumsi konten bukan di publisher, tapi di platform global. Jadi, kami [penerbitan media] makin tergantung dengan platform global," kata Andy Budiman, CEO KG Media, saat diskusi bertajuk "Unlocking the Potential of the MGID Platform: Strategies to Increase Traffic, Revenue and Audience Engagement" di Grand Melia Jakarta, Rabu (22/2/2023).

        Sama halnya dengan Andy, Ketua Umum Indonesia Digital Association (IDA) Dian Gemiano juga mengungkapkan ketergantungan industri penerbitan media terhadap platform global. Dia berpendapat industri penerbitan media perlu mengurangi dependensinya terhadap platform global yang terlalu dominan dan mencari platform alternatif lain.

        "Pilih platform alternatif lain yang bisa menjadi solusi, meningkatkan engagement dengan pembaca. Itu mungkin yang bisa membantu kita saat ini," ungkapnya.

        Menurut Wakil Pemimpin Redaksi Liputan6.com Elin Kristanti, aspek yang perlu menjadi perhatian pelaku industri penerbitan media adalah monetisasi (monetization), interaksi (engagement), dan pertumbuhan (growth). Ketiga hal tersebut merupakan suatu keniscayaan, sebab produksi berita tetap membutuhkan dana.

        "Tidak mungkin produksi tanpa dana. Tapi, di sisi lain, kita juga tidak bisa bergantung pada platform global dan iklan, karena ada marwah yang harus kita jaga," ujar Elin.

        Oleh karena itu, industri penerbitan media perlu menyusun strategi untuk menciptakan ekosistem yang lebih sehat bagi jurnalisme, menurut Andy. "Kalau ekosistem sehat, jurnalismenya bisa berkelanjutan."

        Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memperbaiki hubungan dengan pembaca dan pengiklan. Dalam hal ini, poin yang perlu menjadi perhatian adalah memastikan produk yang dihasilkan relevan dengan para pembaca.

        Untuk menengahi kebutuhan itu, platform MGID hadir guna membantu penerbit memonetisasi dan memelihara pemirsa. Pada saat yang sama, juga sekaligus mendorong performa dan brand awareness.

        "Kami menempatkan pengguna sebagai pusat, untuk membuat penerbit sebagai promotor iklan dan menjaga pengguna sebagai fokus utama bagi kita semua," jelas Sara Buluggiu, Wakil Presiden Penerbit Global MGID.

        MGID memberikan kesempatan kepada penerbit untuk mengontrol audiens mereka secara penuh. Dalam konteks ini, MGID berperan dalam mengoptimasi hasil lintas format antara native, display, dan video dalam satu penempatan untuk tujuan monetisasi.

        Di sisi lain, MGID juga menyirkulasi ulang konten internal dan eksternal guna meningkatkan jumlah pengunjung dan memperkuat ikatan pemirsa.

        "Jadi, kami ingin menjadi mitra terbaik untuk pertumbuhan dan keterlibatan audiens bagi penerbit," tambah Sara.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Imamatul Silfia
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: