Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Optimalisasi Pemanfaatan AI Mampu Picu Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Optimalisasi Pemanfaatan AI Mampu Picu Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pada tahun 2024, lanskap perekonomian Indonesia mencerminkan perpaduan antara tantangan dan peluang. Pertumbuhan PDB Indonesia diperkirakan akan menurun tipis menjadi rata-rata 4,9% selama periode 2024-2026, dari angka tahun sebelumnya yang sebesar 5%, sebagian besar disebabkan oleh melemahnya momentum lonjakan (harga) komoditas. Meskipun demikian, pemerintah Indonesia berencana melakukan beberapa investasi, khususnya di bidang digitalisasi dan AI. Dalam pidatonya mengenai APBN tahun 2024, Presiden Joko Widodo menyatakan, “Perkembangan digitalisasi dan kecerdasan buatan akan menjadi semakin penting dan mendominasi perekonomian global, termasuk Indonesia. Disrupsi ini harus dihadapi dengan strategi yang tepat.”

Indonesia akan fokus pada digitalisasi di sektor-sektor kunci seperti pendidikan dan layanan kesehatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. Modernisasi infrastruktur juga akan menjadi prioritas untuk mendukung kecepatan internet yang lebih tinggi dan konektivitas yang lebih baik. Perusahaan harus berinvestasi dan memanfaatkan teknologi yang tepat untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan di bidang-bidang tersebut. Penekanan pada modernisasi tidak hanya meningkatkan efisiensi secara menyeluruh namun juga meletakkan dasar bagi pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

Meskipun pertumbuhan ekonomi melambat, perusahaan-perusahaan di Indonesia bersiap untuk melakukan beberapa investasi TI. Menurut IDC, belanja TI di kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,4% pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memandang teknologi sebagai pendorong utama ketahanan sekaligus pertumbuhan bisnis. Berikut adalah beberapa bidang utama yang perlu menjadi perhatian perusahaan pada tahun 2024.

Menurut Mathivanan Venkatachalam, Wakil Presiden ManageEngine, Fokus pemerintah untuk meningkatkan konektivitas di masa depan akan membuat 5G dan IoT  merevolusi cara berbisnis di seluruh negeri. Peningkatan konektivitas yang disediakan oleh 5G akan memungkinkan peluang penggunaan baru untuk ITOps. Sebagai contoh, perusahaan dapat lebih mudah melakukan pemeliharaan dan pemantauan peralatan dari jarak jauh, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya.

Selain itu, peningkatan konektivitas akan memungkinkan perusahaan berbasis TI untuk memberikan layanan dan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan mereka. Waktu pemuatan situs web yang lebih cepat, transaksi daring yang lebih andal, dan dukungan pelanggan yang lebih baik akan meningkatkan tingkat kepuasan pelanggan.

 Baca Juga: Penelitian Terbaru Sebut Kecakapan AI Dapat Tingkatkan Gaji Pekerja Indonesia hingga Lebih dari 36%

Disatu sisi Mathivanan juga menyebut dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menjadi salah satu pasar cloud publik dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Asia-Pasifik. Beberapa penyedia cloud publik, seperti Alibaba Cloud, Google Cloud Platform, dan Amazon Web Services (AWS), akan meluncurkan pusat cloud mereka di Indonesia.

“Peralihan ke cloud dapat menjadi langkah tepat menuju keberlanjutan TI, seperti yang diprediksi oleh Gartner, Pada tahun 2027, 25% dari kompensasi CIO akan dikaitkan dengan dampak teknologi berkelanjutan mereka.” Ujar Mathivanan.

Menurutnya infrastruktur berbasis cloud bisa lebih ramah lingkungan dibandingkan infrastruktur tradisional di jaringan internal dengan mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon yang terkait dengan pengoperasian pusat data. Hal ini akan memainkan peran penting dalam upaya Indonesia menuju TI ramah lingkungan. Migrasi cloud juga dapat memberikan penyesuaian skala aplikasi yang lebih baik, memfasilitasi kolaborasi, dan menghasilkan penghematan biaya yang lebih besar bagi perusahaan.

Namun, untuk mengelola penerapan cloud yang semakin meningkat, perusahaan memerlukan infrastruktur yang diperbarui. Modernisasi aplikasi dan infrastruktur akan meningkatkan ketangkasan, kemampuan penyesuaian skala, dan efisiensi ITOps (IT Operations) secara signifikan.

Baca Juga: Dukung Target 90 Persen Inklusi Keuangan di Indonesia, 1datapipe Hadirkan Solusi Berbasis AI

Dengan menggunakan container, perusahaan dapat mengemas aplikasi dan ketergantungannya ke dalam unit yang terstandarisasi, sehingga menjadikannya portabel di lingkungan yang berbeda. Hal ini memungkinkan penerapan dan penyesuaian skala yang lebih mudah, karena container dapat dengan cepat diputar ke atas atau ke bawah sesuai kebutuhan.

Demikian pula, peralihan ke arsitektur layanan mikro memungkinkan perusahaan memecah aplikasi monolitik menjadi layanan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Karena setiap layanan mikro bersifat independen, perusahaan dapat menerapkan dan menyesuaikan skalanya secara independen, sehingga mempercepat waktu penerapan.

Menegaskan kembali pernyataan Presiden Widodo, AI dan otomatisasi akan terus merevolusi berbagai aspek operasi bisnis di Indonesia. Dengan berinvestasi pada solusi yang didukung AI, perusahaan TI dapat meningkatkan pengalaman pelanggan, mengoptimalkan proses, dan mendorong inovasi. Menurutnya teknologi yang didukung AI akan menjadi aset utama bagi fokus Indonesia dalam meningkatkan sektor pendidikan.

“Dengan solusi yang didukung oleh AIOps, perusahaan dapat membantu mengidentifikasi kecenderungan dalam keterlibatan dan kinerja siswa, sehingga memungkinkan institusi untuk menyesuaikan sumber daya dan layanan TI mereka.” Mathivanan menambahkan.

Demikian pula dalam layanan kesehatan, AI juga dapat mengubah ITOps dengan memungkinkan prediksi pemeliharaan pada peralatan medis dan mengoptimalkan pengelolaan data layanan kesehatan. Algoritma AI dapat menganalisis sejumlah besar data untuk mengidentifikasi pola dan anomali, membantu deteksi dini dan meningkatkan hasil pengobatan pasien.

Platform AIOps juga akan menjadi pendorong otomatisasi terbesar, yang memungkinkan perusahaan menyederhanakan ITOps dan mengurangi beban kerja admin TI secara signifikan, sehingga mereka tidak perlu lagi fokus pada tugas yang berulang.

Berinvestasi dalam teknologi memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan, namun ada beberapa tantangan yang mesti dihadapi. Meskipun ada upaya untuk memodernisasi infrastruktur, masih ada kemungkinan sebuah menghadapi kesulitan dalam pendanaan dan pelaksanaan proyek skala besar.

Perusahaan juga mengadopsi praktik seperti DevOps, yang menekankan penerapan cepat dan berkelanjutan. Praktik ini memang dapat mempercepat proses pengembangan, tetapi juga berarti bahwa lebih sering terjadi, sehingga meningkatkan potensi timbulnya bug atau masalah. Meningkatnya penerapan lingkungan cloud hibrida juga dapat meningkatkan kompleksitas operasional, dan perusahaan juga perlu memantau pengeluaran cloud mereka.

Dengan meningkatnya penerapan AI, perusahaan juga perlu mengelola data mereka secara lebih efisien untuk memastikan akurasi dan kualitas. Selain itu, peralihan menuju konektivitas sepanjang waktu juga akan meningkatkan ekspektasi pelanggan, dan perusahaan harus fokus memberikan pengalaman digital yang luar biasa.

Mathivanan juga menyampaikan bahwa kemampuan observasi full-stack juga akan menjadi keharusan strategis bagi perusahaan agar dapat mengatasi tantangan ini dengan teknologi transformatif, dan memberikan visibilitas komprehensif ke setiap lapisan ITOps. Perusahaan dapat memperoleh wawasan yang lebih baik mengenai kinerja dan keandalan aplikasi mereka dengan mengintegrasikan kemampuan observasi full-stack.

Kemampuan observasi full-stack juga memungkinkan perusahaan untuk melakukan lebih dari sekadar memantau metrik kinerja dan KPI, sekaligus bisa mendapatkan wawasan berharga dari infrastruktur dan operasi mereka. Hal ini juga mendorong pengambilan keputusan berdasarkan data, yang memainkan peran penting dalam mencegah masalah secara proaktif, mengoptimalkan kinerja, dan memberikan pengalaman digital yang lancar kepada pelanggan.

“Jadi dengan berinvestasi pada teknologi yang tepat, perusahaan di Indonesia dapat beradaptasi dengan pertumbuhan ekonomi dan memosisikan diri mereka untuk pertumbuhan dan kesuksesan yang berkelanjutan.’’ Pungkasnya.

Disamping itu proses perencanaan dan penganggaran yang cermat, serta penerapan observasi menyeluruh dengan solusi bertenaga AI, juga dapat meningkatkan kualitas layanan, meningkatkan efisiensi, dan lebih memenuhi kebutuhan dan pengalaman pelanggan mereka. Hal ini akan memastikan perusahaan di Indonesia berkembang pada tahun 2024.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: