Manuver Istana dan Loyalis Jokowi Dukung Prabowo Subianto Disebut karena Laju Anies Baswedan Sulit Dibendung: 'Buat Istana Bergetar!'
Pakar Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Refly Harun menyoroti manuver pendukung dan loyalis Jokowi yang tiba-tiba mengalihkan dukungan kepada Prabowo Subianto. Sebagaimana diketahui, Relawan Jokowi Mania (JoMan) serta Buzzer Top pembela Jokowi, Abu Janda blak-blakan akan mendukung Prabowo.
Menurut Refly, beralihnya arah dukungan kubu istana ke Prabowo didasari kekhawatiran besar yang bernama Anies Baswedan. Menurut Refly, dukungan masyarakat yang besar ke Anies tak bisa ditutupi lagi.
“Kekhawatiran paling kuat yang buat istana gemetar adalah bagaimana makin moncernya Anies Baswedan,” jelas Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Rabu (22/2/23).
“Kita lihat orang seperti Anies yang secara kasat mata selalu luar biasa dalam setiap kunjungan, lalu dalam poling apa pun dia menang karena poling tidak bisa diatur, Anies selalu menang,” tambahnya.
Lantas mengapa tidak memasang Ganjar Pranowo saja yang elektabilitasnya tinggi di Survei? Menurut Refly, survei yang dilakukan lembaga survei terkait capres tak bisa dijadikan pegangan. Bahkan ia menyebut tak adanya transparansi sumber dana lembaga survei meninggalkan tanya mengenai kredibilitas hasil survei yang dipublikasi.
Istana, lanjut Refly, mulai sadar bahwa butuh dari sekadar elektabilitas lembaga survei untuk menghadapi Anies Baswedan. Hal tersebut adalah loyalitas, yang mana menurut Refly ada di Prabowo Subianto.
“Kalau misalnya istana yakin betul dengan elektabilitas ganjar yang ahrusnya dorong saja untuk maju mengalahkan Anies, tapi tidak begitu, terkesan maju mundur, faktornya sepertinya bukan hanya elektabiitas tapi juga loyalitas,”
“Yang loyalitasnya sudah terbukti adalah Prabowo. Jadi walaupun dia kalah dia loyal dan hormat pada presiden dsb, plus PDIP dan Megawati,” ungkap Refly.
Karenanya sangat mungkin menurut Refly Istana akan mulai mengendorse Prabowo Subianto (Gerindra) plus PDIP sendiri untuk bisa bertarung di arena Pilpres 2024.
Hal ini dilakukan untuk melawan sosok Anies Baswedan yang lajunya tak ada tanda-tanda akan berhenti sebagai capres.
“Kalau ada kecenderungan istana mulai mengendorse Prabowo dan PDIP wajar, bisa jadi Prabowo yang didorong untuk head to head melawan Anies Baswedan,” tambahnya.
“Megawati juga melihat walaupun Prabowo bukan dari PDIP tetapi jauh lebih nyaman untuk dia tidak mengganggu asal nempelnya dengan Puan Maharani. Maka skenarionya bisa jadi Anies-AHY dan Prabowo-Puan atau head to head-nya Anies lawan Prabowo,” jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: