Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Risiko dari Kelalaian Karyawan dalam Pelanggaran Data di Asia Pasifik

        Risiko dari Kelalaian Karyawan dalam Pelanggaran Data di Asia Pasifik Kredit Foto: Unsplash/Lewis Kang'ethe Ngugi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kekhawatiran akan perlindungan data telah menjadi salah satu pokok perhatian dalam bisnis dan perusahaan saat ini. Dengan trasnformasi digital global yang semakin meningkat, kemampuan bisnis dan perusahaan dalam menjaga keamanan telah menjadi salah satu kunci utama untuk menjaga kepercayaan dari konsumen di masa sekarang ini.

        Perusahaan global cybersecurity Kaspersky melaporkan bahwa berdasarkan prakiraan terbaru, digitalisasi global telah menyebabkan sejumlah besar data dibagikan dan disimpan secara online dengan volume data yang dihasilkan, dikonsumsi, disalin, dan disimpan diproyeksikan akan mencapai lebih dari 180 zettabytes pada tahun 2025.

        Dengan melakukan riset global terhadap 834 pembuat keputusan TI di wilayah Asia Pasifik, Kaspersky menemukan bahwa kehilangan atau tereksposnya informasi perusahaan dan pelanggan akibat pelanggaran data merupakan masalah besar bagi perusahaan, di mana 59% responden dari berbagai ukuran menyatakan bahwa masalah tersebut merupakan aspek paling menantang yang terkait dengan keamanan TI.

        Baca Juga: Kantongi Dana Segar, Startup SaaS Ledgerowl Perkuat Dukungan untuk UMKM

        Berdasarkan hasil riset tersebut, di antara kekhawatiran paling umum lainnya adalah biaya mengamankan ruang lingkup teknologi yang semakin kompleks dan masalah pengadopsian infrastruktur cloud dengan presentase masing-masing 50% dan 44%. Adapun dengan melihat lebih spesifik pada tantangan keamanan yang paling meresahkan, Asia Pasifik mengindikasikan kebocoran data dari sistem internal yang disebabkan oleh serangan dunia maya (29%) dan oleh karyawan (25%). Sebagian besar pembuat kebijakan juga mengkhawatirkan insiden yang memengaruhi infrastruktur TI yang dilakukan oleh pihak ketiga, ini tercatat sebesar 28% dan diikuti oleh pengelolaan sistem keamanan di berbagai platform komputasi (25%).

        Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Chris Connell menyampaikan bahwa survei yang dilakukan Kaspersky telah menonjolkan keunikan infrastruktur TI di wilayah Asia Pasifik, di mana salah satu dari tiga perhatian utama para pembuat keputusan TI termasuk mencakup indentifikasi terhadap kerentanan dalam sistem TI internal.

        "Di sini, Asia Pasifik, kami melihat bahwa insiden yang ditimbulkan oleh pihak ketiga sebenarnya adalah yang paling memprihatinkan bagi eksekutif lokal. Hal ini didorong oleh integrasi bisnis di wilayah ini dan kami melihat outsourcing hingga layanan terkelola terus disukai karena efisiensi dan peluang penghematan biaya yang dihadirkan," tutur Chris dalam pernyataan pada Jumat (24/2/2023).

        Mengingat bahwa perlindungan data telah berubah menjadi masalah keamanan di sektor bisnis yang paling mengkhawatirkan, perusahaan saat ini sangat mementingkan kebijakan transparansi pemasok dan kontraktor mereka. Ada 98% responden di Asia Pasifik menganggap bahwa dengan atau tidak adanya kebijakan transparansi, berbisnis dengan pemasok atau kontraktor tetap penting dan meskipun 88% organsiasi yang disurvei telag memiliki kebijakan transparansi dalam organisasi mereka, 91%-nya menegaskan kesiapan mereka untuk menginvestasikan sumber daya dalam pengambangan lebih lanjut.

        "Saat ini, kami melihat organisasi semakin berhati-hari dalam hal keamanan data dan bahwa pendekatan yang bertanggungjawab terhadap manajemen data pribadi menjadi penting saat mempertimbangkan pemasok dan kontraktor. Untuk membantu pelanggan dan mitra memastikan bahwa standar untuk memastikan keamanan data diterapkan telah terpenuhi, semakin banyak perusahaan mengadopsi kebijakan transparansi," tutur Head of Public Affairs di Kaspersky Yuliya Shlychkova.

        Yuliya menambahkan, "Kaspersky telah menjadi salah satu pelopor industri dalam membangun kepercayaan digital dengan memberikan sejumlah instrumen kepada para pemangku kepentingan untuk memvalidasi keterpercayaan solusi dan operasi bisnis kami dan kami bertekad untuk bekerja lebih jauh dengan mitra demi mengubah transparansi menjadi sebuah standar industri demi mewujudkan ketahanan dunia maya yang lebih besar."

        Untuk meminimalkan risiko serangan dan pelanggaran data apa pun untuk bisnis, Kaspersky merekomendasikan penggunaan perlindungan titik akhir dengan rekam jejak yang terbukti memberikan kemampuan untuk deteksi dan respons ancaman. Selain itu layanan perlindungan terkoelola akan membantu organisasi dengan investigasi serangan dan respons ahli mereka. Pelatihan kesadaran keamanan siber komprehensif yang mengajarkan cara untuk menghindari ancaman keamanan umum juga diperlukan untuk mengurangi kemungkinan insiden yang disebabkan oleh kelalaian karyawan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Nurdianti
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: