Bos BRI Beberkan Transformasi BRI: Omongannya Jelas, Strateginya jelas, Dieksekusi dengan Nyali yang Berani
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) Sunarso menjelaskan wajar jika laba BRI mencatatkan laba besar dengan nilai Rp51,4 triliun di tahun 2022 karena transformasi yang dilakukan BRI adalah dengan arahan dan strategi yang jelas yang dieksekusi dengan nyali yang berani.
"Kita mentranformasi liabilities kita. Harus berani buang bahan baku yang paling mahal. Rp128 triliun deposito kita buang. Ini yang saya sebut butuh nyali, dalam keadaan kita masih tetap harus ngasih kredit. Dan itulah keberanian dengan perhitungan yang matang, dengan nyali yang tajam, maka kita berhasil memperbaiki struktur liabilities ini," tegas Sunarso dalam acara Jabat Erat Silaturahmi BRI Bersama Pemimpin Redaksi Media di BRILian Club, Jakarta, Rabu (1/3/2023).
"Jadilah kita punya komposisi CASA-nya naik persentasenya dari 63,1% di 2021 ke 66,7% di 2022. Cost of fund-nya turun jadi 1,87%, dulu 4%-5% karena di dalamnya ada deposito yang macam-macam itu. Berarti ada selisih sekitar 2% kali total dana masyarakat Rp1.130 triliun. Rp20 triliun kita dapat. Jadi, memang wajar kalau kita bisa dapat tambahan laba yang besar karena dari memurahkan cost of fund. Itulah transformasi. Omongannya jelas, strateginya jelas, dieksekusi dengan nyali yang berani dan itu yang menghasilkan hasil yang menurut saya cemerlang," tambahnya dengan lantang.
Bos BRI ini kemudian mengungkapkan credit cost BRI yang turun dari 3,78% pada tahun 2021 ke 2,55% di tahun 2022 dari transformasi digital yang dilakukan.
Baca Juga: Leadership Kuat Bawa Dirut BRI Sunarso Menjadi Indonesia Best CEO 2022
"Kita juga berhasil memurahkan average cost. Dari mana? Dari transformasi digital. Karena kita transform secara digital, cara kerja kita digitalkan. Maka tanpa mem-PHK orang, tanpa mengurangi remunerasi, tanpa mengurangi gaji dan bonus mereka, bahkan waktu pandemi pun kita tetap memberikan gaji utuh, THR kita bayarkan, bonus pun tetap kita bayarkan waktu pandemi," kata Sunarso.
Cara transformasi digital BRI dilakukan dengan menaikkan produktivitas karyawan melalui pendidikan dan pemberian alat digital yang memadai.
"Dengan apa? Produktivitas karyawan dinaikkan dengan dididik dan di-equip dengan alat-alat digital yang memadai," ujar Sunarso.
Selain cost of fund, CASA, dan credit cost, pemimpin bank berkode BBRI ini pun menjelaskan sumber laba BRI lainnya, seperti cost to income ratio (CIR), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), dan fee-based income. CIR atau rasio biaya terhadap pendapatan adalah salah satu dari indikator efisiensi selain BOPO.
Baca Juga: Memberi Makna Indonesia, Simak Sederet Capaian BRI Terus Tebarkan Social Values
Sunarso menjabarkan baik rasio CIR dan BOPO lebih membaik dibandingkan periode tahun 2021. CIR tercatat menurun 1,18% dari 48,56% di tahun 2021 menjadi 47,38% di tahun 2022 atau semakin efisien.
Begitu juga BOPO yang turun drastis 9,44% atau semakin membaik menjadi 69,1% pada tahun 2022 dari 78,54% di tahun sebelumnya.
Baca Juga: Saham BRI Diborong 31.300 Lembar Seharga Rp4.860 per Lembar, Siapa Pembelinya?
"Fee-based income kita sekarang, yang bukan berdasarkan bunga, berdasarkan jasa transaksi segala macam, itu dapat Rp18,8 triliun. Maka, rasio fee income kita, jadi total fee dibanding total income kita itu sudah double digit, sudah 11,37% dan tumbuh 10,2% dari tahun 2021," terang Sunarso.
Penulis: Putu Rusta Adijaya
Reportase: Muhamad Ihsan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: