Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hadirkan Inovasi Lewat Produk Pino Es Serut Buah, Unifam Bantu Ibu Berkomunikasi dengan Anak

        Hadirkan Inovasi Lewat Produk Pino Es Serut Buah, Unifam Bantu Ibu Berkomunikasi dengan Anak Kredit Foto: Unifam
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT United Family Food (UNIFAM) terus melakukan inovasi dengan menghadirkan Pino Es Serut Buah sebagai santapan es serut buah bagi anak-anak juga Ibu yang memberikan pengalaman seru dan menyenangkan. Pino Es Serut Buah dilengkapi dengan kandungan vitamin B1, B3, B6, dan B12.

        Marketing Communication Manager UNIFAM, Anastasia A. R, mengatakan dengan ngemil bersama menjadi kesempatan baik untuk saling mengenal, berdiskusi, merencanakan sesuatu, bertukar pikiran, , atau sekadar menceritakan hal-hal yang lucu. Suasana makan bersama dengan topik pembicaraan yang menyenangkan membuat anak nyaman bercerita apapun kepada orang tua.

        Baca Juga: Bantu Penuhi Asupan Nutrisi Anak, Unifam Luncurkan Produk Ini

        "Ngemil Pino Es Serut Buah itu seru dan menyenangkan. Aktifitas cara santap Pino Es Serut Buah yang unik yaitu dengan diserut-serut menciptakan momen sendiri bagi Ibu dan Anak di tengah-tengah aktivitas rutin yang padat. Sensasi serut-serut es sampai menumpuk dan segarnya rasa buah yang beragam diharapkan mampu menjadi momen ice breaking untuk membuka komunikasi Ibu dan Anak.” jelas Anastasia.

        Bentuknya yang cup dilengkapi sendok serut dan disajikan pada ambient temperature ice, membuat kepraktisan inilah yang menjadi favorit para Ibu karena mudah di stok di rumah, tidak gampang rusak dan dapat dinikmati oleh semua anggota keluarga. Sehingga memudahkan para Ibu ketika menyiapkan momen berkomunikasi asik dengan anak.

        Baca Juga: Sayembara Rp10 Miliar! Temasek Foundation-East Ventures Cari Ide Anak Bangsa Atasi Perubahan Iklim

        Menurutnya, sebagai pendidik pertama bagi anak, seorang ibu perlu berperan aktif dan kreatif dalam mengawasi serta memberikan edukasi terhadap anak-anaknya. Namun, hal tersebut tidaklah mudah, terlebih lagi dengan perkembangan pesat teknologi saat ini yang mengubah pola komunikasi di dalam keluarga.

        Tidak semua anak bisa terbuka dan banyak bercerita kepada orang tua. Penyebabnya adalah waktu komunikasi yang jarang dan juga kurangnya kesempatan berbicara.

        "Salah satu aktivitas yang bisa dicoba untuk menjalin komunikasi yaitu makan bersama anak. Pada aktivitas ini akan memberikan banyak kesempatan bagi anak dan Ibu untuk bercerita apa saja yang sudah terjadi," terangnya. 

        Gaya Komunikasi dalam Pengasuhan Anak

        Mengasuh dan mendidik anak adalah proses yang panjang. Sejauh ini tidak ada ukuran pasti benar atau salah dalam mendidik anak. Terlepas dari itu, Ibu tetap harus banyak mencari informasi seputar mendidik anak. Salah sedikit, dampaknya bisa berhubungan dengan masa depan anak.

        Psikolog Anak dari Kalbu.co.id, Desti Apryanggun menyebut ada tiga cara yang dikenal dalam gaya komunikasi pada pengasuhan anak, yakni pasif, agresif, dan asertif. Orangtua yang mengadopsi gaya pasif cenderung memberi kebebasan seluas-luasnya ke anak. Praktis, orangtua lebih menuruti apa yang dimaui si anak karena sulit mengungkapkan yang diinginkan. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sulit dikontrol dan sering melawan.

        Sedangkan gaya agresif lebih condong memposisikan orangtua lebih dominan sehingga banyak memaksa dan menekan anak. Orangtua yang menerapkan gaya agresif secara tak sadar kerap melontarkan kalimat perintah yang memaksa dan intimidasi agar anak menurutinya. Berhadapan dengan orangtua dengan gaya ini akan membuat anak jadi pendiam, frustrasi, dan ada pula yang berontak lalu menunjukkan sikap agresifnya di luar rumah.

        Berbeda dengan gaya pasif maupun agresif, gaya asertif berada di tengah antara keduanya. Gaya asertif lebih mengedepankan komunikasi terbuka antara orangtua dan anak, jadi disini tidak ada yang saling mendominasi. Tapi, Ibu harus lebih aktif untuk menggali informasi seputar kebutuhan, keinginan, dan harapan buah hati.

        Tidak hanya yang disampaikan anak, Ibu juga perlu sensitif melihat dan memahami pesan nonverbal yang diperlihatkan anak agar dapat lebih mengerti situasi yang dialaminya,” kata Desti.

        Baca Juga: YouTube Dituding Kumpulkan Data Anak-anak di Inggris

        Supaya dapat maksimal mengembangkan gaya asertif, berikut beberapa cara yang disarankan oleh Desti Apryanggun:

        1. Tegas bukan berarti keras

        Sikap tegas diperlukan dalam mendidik anak, namun bukan berarti bersikap keras/ kasar pada anak. Tegas berarti berpegang teguh pada aturan yang sudah disepakati bersama tapi tanpa merugikan atau menyakiti siapapun. Saat menunjukkan sikap tegas, lebih baik hindari menggunakan gestur tubuh, gaya bicara, maupun intonasi yang mengintimidasi anak.

        2. Jalin komunikasi yang nyaman

        Jadilah pendengar yang baik, karena dari mendengar kita bisa memahami lebih banyak. Ibu bisa membangun kebiasaan yang membuat anak lebih terbuka sehingga pandangan dan pendapatnya mau disampaikan pada Ibu.  Banyak momen yang bisa dijadikan kesempatan, misalnya dengan melakukan kegiatan pillow talk jelang tidur. Kebiasaan ini bisa meningkatkan bonding sehingga anak akan merasa nyaman menjalin komunikasi dengan Ibu.

        3. Membuat konsensus (kesepakatan bersama)

        Bukan hanya memberikan solusi atas situasi yang dialami anak, Ibu juga perlu mengajak anak membangun komitmen bersama. Ketika ada suatu masalah yang dialami dan sudah ada pemecahan masalah, konsensus menjadi langkah bersama. 

        Mungkin secara teoritis tampak mudah, namun  tak semua orang terbiasa dengan gaya asertif. Tantangan utama bisa berasal dari anak yang cenderung canggung, segan, atau malu. Di sinilah peran Ibu untuk membantu dan berperan serta aktif mengajak anak untuk lebih terbuka. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: