Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Punya 4 Faktor ini, DBS Nilai Wajar Indonesia Pimpin ASEAN Summit 2023

        Punya 4 Faktor ini, DBS Nilai Wajar Indonesia Pimpin ASEAN Summit 2023 Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia memegang tampuk kepemimpinan ASEAN tahun ini setelah sukses menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada tahun 2022. Tema ASEAN Summit tahun ini, ‘ASEAN matters: Epicentre of Growth’, menggarisbawahi perjalanan ekonomi dan perkembangan di kawasan dalam dua dasawarsa terakhir, serta menyasar pada masa depan yang berkelanjutan, stabil, dan inklusif, didukung birokrasi yang baik dan efisien sebagai tulang punggung.

        Melalui riset bertajuk ’DBS Focus, Indonesia: Bright spot in a vibrant ASEAN-6 region’, DBS Group Research menilik kemampuan Indonesia dalam peran sentralnya di ASEAN berdasarkan atas sejumlah faktor. Mari simak keempat faktor tersebut di bawah ini!

        1. Faktor demografi yang mendukung 

        Indonesia, yang berpenduduk 273 juta jiwa, adalah negara dengan penduduk terbesar di ASEAN-6, dan keempat terbesar di dunia. Hal ini membawa keuntungan demografis cukup besar, karena penduduknya tidak hanya relatif muda jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan itu, tetapi proporsi penduduk usia kerjanya juga menguntungkan, yang meningkat rata-rata 1,8% dalam satu dasawarsa terakhir. Usia mediannya juga lebih rendah, yaitu ~29 tahun, dan penduduk usia kerja mencapai dua pertiga dari total jumlah penduduk, dan porsinya akan tetap tinggi dalam dua dasawarsa mendatang, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Baca Juga: Indonesia Terpilih Menjadi Ketua ASEAN 2023, Bamsoet Dorong Penguatan Keamanan Siber Nasional

        2. Potensi sumber daya alam yang besar

        Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah, meliputi komoditas pertanian (misalnya, minyak kelapa sawit, karet), minyak mentah, dan logam/mineral, seperti, batu bara, bijih besi, bijih tembaga, nikel, gas alam, dan timah. Setengah dari keranjang ekspor terdiri atas komoditas primer yang mengimplikasikan kinerja sektor perdagangan memiliki kepekaan relatif tinggi terhadap siklus harga global.

        Meskipun demikian, selama masa kejayaan, harga tinggi memberikan dampak menguntungkan, terutama bagi provinsi kaya akan sumber alam. Meskipun Indonesia menjadi eksportir komoditas bijih besi tradisional, selama dasawarsa terakhir ada upaya bersama untuk menarik lebih banyak kemampuan manufaktur di industri hilir, termasuk produksi baja, alumunium, kaca, baterai kendaraan listrik (EV), dan lain-lain. Menurut Bank Dunia, selain komoditas besi, Indonesia memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia dan menjadi rumah bagi lahan gambut terbesar di dunia, yang menyimpan sejumlah besar karbon, yang dapat memitigasi dampak perubahan iklim.

        3. Dorongan dan integrasi investasi kuat 

        Indonesia adalah negara dengan perekonomian terbesar kesepuluh di dunia berdasarkan atas paritas daya beli (PPP) dan termasuk dalam 20 besar dunia dalam hal PDB nominal. Berdasarkan atas PPP, pangsanya terbesar di antara negara lain di kawasan itu. Secara riil, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 5% secara tahunan pada dasawarsa sebelum pandemi, sementara laju pertumbuhannya melambat dari 6% pada awal 2010-an menjadi 5,0% antara 2014-2019. Baca Juga: Riset DBS: Masyarakat Masih Was-was dengan Ancaman Inflasi di Tahun ini

        PDB per kapita meningkat hampir tujuh kali lipat - dari di bawah -USD600 pada 1990 menjadi ~USD4.340 tahun lalu, membantu menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi di bawah 10%. Di luar rencana pembangunan jangka menengah nasional untuk 2020-2024 (yang sebagian terganjal oleh pandemi), ada rencana untuk melipatgandakan PDB per kapita dalam dasawarsa ini, dengan asumsi pertumbuhan rata-rata lebih tinggi, sebesar 6%, antara 2025-2030.

        Kepentingan ekonomi, strategis, dan diplomatik Indonesia secara keseluruhan mencerminkan preferensi untuk “mempertahankan sikap seimbang” terhadap geopolitik, menahan diri tidak terlibat dalam pertikaian bilateral, sambil mempertahankan kedaulatan wilayahnya dan juga kawasan ASEAN. Dalam bidang ekonomi, pemerintah secara antusias terlibat dalam perjanjian perdagangan/ekonomi regional dan bilateral.

        4. Perkembangan positif digitalisasi

        Jumlah pengguna Internet di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan tercepat di antara negara tetangga di Asia Tenggara. Pengguna Internet mencapai sekitar 80% dari penduduk (berdasarkan atas data DBS), dengan pergerakkan dipercepat oleh pandemi. Di antara pengguna baru, lebih dari setengahnya berasal dari wilayah non-metro, yang membuktikan bahwa digitalisasi membantu mengatasi kesenjangan urbanisasi (e-Conomy SEA oleh Google, Bain & Kajian Temasek pada 2020).

        Selain itu, lebih dari 90% konsumen baru berencana terus menggunakan layanan digital, yang membuktikan bahwa mereka adalah konsumen setia digital. Adopsi pengguna digital di perkotaan menjadi yang tertinggi, yaitu 89% untuk e-commerce, 60% untuk belanja, 79-80% untuk transportasi, dan pengantaran makanan, kata kajian itu dalam terbitan 2022. Baca Juga: Pemerintah Minta Kendaraan Listrik Hingga Ekonomi Biru Jadi Fokus Negara-negara ASEAN di 2023

        Penetrasi semakin dalam dan minat semakin besar terhadap aplikasi menyebabkan nilai barang dagangan bruto (GMV) melonjak 22% menjadi USD77 miliar pada 2022 dan akan meningkat dua kali lipat menjadi USD130 miliar pada 2025, kata kajian tersebut. Secara terpisah, pembayaran digital juga mencatatkan penetrasi tinggi, dengan nilai transaksi elektronik naik 26,1% secara tahunan pada Januari 2023 dan transaksi perbankan digital naik 28% secara tahunan. 

        Selain dorongan konsumen lebih luas, revolusi digital di Indonesia juga berkembang pesat. Sebagai contoh, survei Startup Ranking menunjukkan bahwa Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN dalam kelompok sepuluh besar dalam hal jumlah perusahaan rintisan (startup), yang sebagian besar terpusat di wilayah Jabodetabek, wilayah metropolitan Jakarta.

        Selain berbagai variabel tersebut, masih banyak unsur pendukung lain yang berperan dalam menjadikan Indonesia terdepan di kawasan Asia Tenggara.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: