Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Soal Pengungkapan Transaksi Janggal Senilai Rp349 Triliun, Rocky Gerung: No Mahfud, No Maksud!

        Soal Pengungkapan Transaksi Janggal Senilai Rp349 Triliun, Rocky Gerung: No Mahfud, No Maksud! Kredit Foto: Instagram/Rocky Gerung
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menko Polhukam Mahfud MD kerapkali jadi sorotan publik karena pernyataan yang dikeluarkannya. Terbaru soal kejanggalan transaksi Rp349 triliun di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

        Pengamat politik Rocky Gerung mengatakan, setiap pernyataan Mahfud MD tentunya memiliki maksud yang biasanya akan terbaca dua-tiga hari kemudian.

        “Jadi kita bikin slogan aja No Mahfud, No Maksud. Maksudnya apa, sebetulnya tetap kita anggap bahwa sebagai seorang yang konstitusionalis, Mahfud ingin ada kepastian, dan kepastian itu terhubung dengan keinginan dia sendiri untuk terus menjadi faktor di dalam perubahan politik itu,” ucapnya dalam kanal YouTube-nya, Minggu, (26/3/2023).

        Baca Juga: Siap Berhadapan dengan DPR Soal Rp300 Triliun, Mahfud MD Minta Anak Buah AHY dan Megawati Tidak 'Kabur'

        Beberapa maksud dari Mahfud kata dia adalah adanya keinginan untuk tertib konstitusi, sesuai keinginan publik, dan agar keberadaan Mahfud di dalam istana tetap bermakna di dalam proses politik ke depan.

        “Hal-hal yang menyangkut ketidakpastian kan udah seringkali diterangkan oleh Mahfud bahwa memang ada ketidakpastian. Tetapi sekaligus dia mau memberitahu bahwa pemerintah jalan terus dengan ini,” tuturnya.

        Meski demikian, Rocky menyebut Presiden Joko Widodo tak sepemikiran dengan Mahfud. Tapi sebagai orang yang berupaya untuk meyakinkan publik, Mahfud tetap berani ambil resiko.

        Baca Juga: Mahfud MD: Ceramah Politik di Tempat Ibadah Diperbolehkan, Asal....

        “Pak Jokowi mungkin anggap ya udahlah ada bagian yang diterangkan Mahfud tapi praktek politik dijalankan bukan oleh Mahfud. Tapi lebih oleh Pak Luhut misalnya itu. Yang normatif ada pada Mahfud, yang deskriptif yang realita ada pada Pak Luhut gitu gampangnya,” ucapnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: