Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PDIP Paling Kencang Tolak Tim Israel di Piala Dunia U-20, Pengamat Ungkap Alasan Utamanya Demi Cari Simpati Umat…

        PDIP Paling Kencang Tolak Tim Israel di Piala Dunia U-20, Pengamat Ungkap Alasan Utamanya Demi Cari Simpati Umat… Kredit Foto: Universitas Al Azhar Indonesia
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat politik Ujang Komarudin memberikan komentar pedas terkait banyak kader PDIP yang menolak kedatangan Timnas Israel U-20.

        Dosen Universitas Al-Azhar tersebut menilai ada dua faktor yang menyebabkan PDIP menolak kedatangan Timnas Israel U-20.

        Faktor yang pertama, Ujang menyebutkan adalah faktor Soekarno yang menolak penjajahan Israel atas Palestina dan yang kedua untuk menaikkan elektabilitas.

        "Ada dua faktor, yang pertama faktor Soekarno yang menolak penjajahan atas Palestina oleh Israel, yang kedua memanfaatkan momentum ini untuk menaikkan elektabilitas," kata Ujang saat dihubungi fajar.co.id, Selasa (28/3/2023).

        Baca Juga: Ikut-ikutan Beri Tekanan, Biden Disemprot Netanyahu: Biar Sahabat, Israel Berdaulat, Jangan Ikut Campur!

        Menurutnya ini menjadi momentum bagi PDIP mencari simpati dari umat Islam.

        "Kita tahu PDIP terkesan tidak suka pada kelompok Islam. Inilah momentum untuk membangun citra yang baik bagi PDIP," jelasnya.

        Ujang mempertanyakan penolakan yang dilakukan oleh Gubernur Bali Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

        Baca Juga: Tanggapi Masalah Penolakan Timnas Israel Secara Berlebihan, Menterinya Jokowi Langsung Ketakutan!

        "Gubernur itu kan wakil pemerintahan pusat, tetapi kenapa menolak? Harusnya mereka patuh terhadap pemerintah pusat. Jadi hal ini sudah biasa dalam politik, menunggangi isu untuk menaikkan elektabilitas," tutup Ujang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: