SMRC Sebut Faktor Cawapres Tidak Membantu Elektabilitas Capres, Begini Penjelasannya!
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali melakukan survei terkait dengan peluang di Pemilu 2024. Kali ini SMRC melakukan survei soal pengaruh Cawapres terhadap elektabilitas Capres.
Dalam temuan survei yang didapatkan, SMRC menyebut tiga nama teratas kandidat capres yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo, ditemukan bahwa Cawapres tidak punya pengaruh pada elektabilitas mereka jika ketiganya bersaing.
Ganjar Pranowo
Dalam variabel kontrol, ditanyakan siapa yang akan dipilih jika Ganjar berhadapan dengan Anies dan Prabowo. Hasilnya Ganjar mendapatkan 41 persen, Prabowo 29 persen, dan Anies 23 persen. Ada 7 persen yang tidak menjawab.
Sementara dalam treatment Ganjar berpasangan dengan Airlangga melawan Prabowo dan Anies, suara Ganjar menjadi 37 persen, Prabowo 27 persen, Anies 25 persen, dan tidak jawab 11 persen. Jika berpasangan dengan Erick, Ganjar mendapat 36 persen, Prabowo 24 persen, Anies 26 persen, dan tidak jawab 14 persen.
Jika berpasangan dengan Khofifah, Ganjar didukung 38 persen, Prabowo 24 persen, Anies 28 persen, dan tidak jawab 9 persen. Jika berpasangan dengan Mahfud MD, Ganjar mendapatkan 35 persen suara, Prabowo 26 persen, Anies 24 persen, dan tidak jawab 15 persen. Sementara jika berpasangan dengan Ridwan Kamil, Ganjar mendapat dukungan 40 persen, Prabowo 28 persen, Anies 22 persen, dan tidak jawab 10 persen.
“Secara keseluruhan, semua nama yang dimasukkan sebagai calon wakil presiden dalam studi ini tidak membantu Ganjar jika dilihat dari sisi elektabilitas,” kata pendiri SMRC Saiful Mujani dalam keterangan resmi yang diterima, Kamis (30/3/23).
Anies Baswedan
Dalam variabel kontrol, ditanyakan bahwa jika Anies berhadapan dengan Ganjar dan Prabowo, akan memilih siapa? Anies mendapat dukungan 22 persen, Ganjar 40 persen, Prabowo 30 persen, dan belum jawab 9.
Jika Anies dipasangkan dengan Airlangga, suara Anies menjadi 28 persen, Ganjar 29 persen, Prabowo 23 persen, tidak jawab 19 persen. Jika berpasangan dengan AHY, suara Anies 26 persen, Ganjar 44 persen, Prabowo 20 persen, dan tidak jawab 10 persen. Jika berpasangan dengan Aher, suara Anies 21 persen, Ganjar 35 persen, Prabowo 34 persen, dan tidak jawab 10 persen. Jika berpasangan dengan Andika, suara Anies 19 persen, Ganjar 45 persen, Prabowo 24 persen, dan tidak jawab 13 persen. Jika berpasangan dengan Khofifah, suara Anies 30 persen, Ganjar 33 persen, Prabowo 28 persen, dan tidak jawab 9 persen.
Dalam uji statistik, ditemukan selisih antara variabel kontrol dengan kelima treatment tidak ada yang sama atau lebih kecil dari p-value 0,05. Artinya selisih di antara kontrol (T0) dan kelima treatment (T1-T5) tidak berbeda secara siginifikan. Semua nama tokoh yang diuji tidak membantu peningkatan elektabilitas Anies.
“Semua nama tadi yang diharapkan bisa mendongkrak elektabilitas Anies untuk mengalahkan Ganjar dan Prabowo tidak bisa membantu,” kata Saiful.
Prabowo Subianto
Dalam variabel kontrol, ditanyakan jika Prabowo maju sebagai calon presiden berhadapan dengan Ganjar dan Anies, siapa yang akan dipilih? Prabowo didukung 27 persen, Anies 23 persen, Ganjar 37 persen, dan tidak jawab 13 persen.
Jika Prabowo berpasangan dengan Muhaimin, suaranya menjadi 34 persen, Anies 21 persen, Ganjar 35 persen, dan tidak jawab 10 persen. Jika berpasangan dengan Airlangga, suara Prabowo menjadi 18 persen, Anies 26 persen, Ganjar 43 persen, dan tidak jawab 12 persen. Jika berpasangan dengan Khofifah, Prabowo didukung 25 persen, Anies 19 persen, Ganjar 43 persen, dan tidak jawab 13 persen. Jika berpasangan dengan Mahfud MD, suara Prabowo 31 persen, Anies 28 persen, Ganjar 32 persen, dan tidak jawab 9 persen. Jika berpasangan dengan Puan, suara Prabowo menjadi 25 persen, Anies 29 persen, Ganjar 33 persen, dan tidak jawab 12 persen.
Selisih perubahan suara Prabowo dalam kontrol dan treatment juga tidak mengalami perubahan yang signifikan. Artinya lima bakal calon presiden tidak mengubah suara dukungan pada Prabowo secara signifikan.
Baca Juga: Geger! Singgung Titip Kasus ke Kejagung, Mahfud MD: DPR Ini Sering Aneh!
Dari tiga nama bakal calon presiden (Ganjar, Anies, dan Prabowo), tidak ada tokoh (yang diuji dalam studi eksperimen ini) yang bisa membantu mereka untuk meningkatkan suara dalam pemilihan presiden jika ketiganya bersaing. Karena itu, menurut Saiful, kalau mau merekrut tokoh-tokoh tersebut sebagai calon wakil presiden, pertimbangannya bukan elektabilitas. Tapi dengan pertimbangan yang lain yang mungkin juga tidak kalah pentingnya.
Data ini memberi petunjuk, lanjut Saiful, bahwa baik Ganjar, Prabowo, maupun Anies harus bersandar pada dirinya sendiri, tidak bisa bersandar pada wakilnya untuk membuat mereka kompetitif dalam pilpres nanti.
Saiful melihat bahwa fakta ini cukup konsisten dengan pengalaman pilpres di Indonesia selama ini. Dalam kasus SBY dan Jokowi, kedua tokoh ini lebih mengandalkan kekuatan dirinya secara elektoral. Mereka tidak terlalu banyak mengharapkan pada wakilnya.
“Wakil tidak menentukan secara elektoral, yang menentukan adalah yang nomor satu (capres),” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto