Koalisi besar yang sedang dijajaki lima partai pendukung pemerintah menolak jika dianggap menunggu bergabungnya PDIP. Koalisi besar masih dalam tataran awal penjajakan dan bergantung pada kesepakatan lima ketum partai untuk memastikan terbentuknya koalisi.
Waketum PAN, Viva Yoga Mauladi menyatakan, kelima ketum partai yakni Golkar, Gerindra, PKB, PAN dan PPP masih mencari titik temu untuk membangun koalisi. Walaupun membuka pintu bagi partai lain bergabung, namun terbentuknya koalisi bergantung dari kesepakatan lima ketum partai yang memiliki kursi di parlemen.
“Kami tidak menunggu siapa-siapa tetapi menunggu titik temu dari lima partai politik,” ujar Viva Yoga di kantor DPP PAN, Kamis (13/4/2023) malam.
Dia juga menolak jika dianggap koalisi besar merupakan usulan Presiden Jokowi. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, presiden disebut memahami independesi partai dan menyadari adanya mekanisme internal setiap partai.
Baca Juga: Koalisi Besar Ungkap Bakal Pertimbangkan Keinginan PDIP: Capres Hanya dari Pilihan Megawati
Komunikasi politik yang dilakukan para ketum partai mengedepankan prinsip kesetaraan. Artinya apabila koalisi besar terbentuk, langkah-langkah yang akan dilakukan harus dibahas secara kolektif-kolegial. Begitu pula dalam urusan menetapkan capres.
“Pasangan calon yang akan kami usung adalah merupakan paslon yang secara kolektif hasil keputusan musyawarah," kata dia.
Koalisi besar merupakan partai-partai pro pemerintah yang sudah membentuk koalisi. Golkar, PAN dan PPP berada dalam Koalisi Indonesia Bersatu. Sedangkan Gerindra-PKB dalam barisan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Masing-masing koalisi sejatinya sudah memenuhi syarat untuk mengusung capres-cawapres. Namun sejauh ini belum ada deklarasi bersama, dan keduanya melakukan penjajakan untuk melebur dalam satu koalisi besar.
Ketum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) menyebutkan, komunikasi yang dilakukan oleh para ketum partai masih sebatas tahap awal. Belum menentukan siapa kandidat yang bakal diusung menjadi capres-cawapres.
“Belum dukung-mendukung, yang ada sekarang ini adalah komunikasi politik,” kata Zulhas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: