Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jerman 'Pensiunkan' Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Totalnya Sudah 3!

        Jerman 'Pensiunkan' Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Totalnya Sudah 3! Kredit Foto: Unsplash/Marten
        Warta Ekonomi, Berlin -

        Jerman telah memulai proses penutupan tiga pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terakhir miliknya. Ketiga PLTN tersebut adalah Emsland, Neckarwestheim II, dan Isar II.

        Jerman telah menunda penutupan ketiga PLTN tersebut tahun lalu. Pada 2022, Emsland, Neckarwestheim II, dan Isar II memasok 6,5 persen dari kebutuhan listrik negara tersebut.

        Baca Juga: Pemilu Amerika Bisa Ciptakan Skenario Terburuk, Begini Ramalan Menhan Jerman

        Tahun lalu Jerman menghadapi krisis energi karena Rusia memangkas pasokannya gasnya untuk Berlin. Dilaporkan The Guardian, Sabtu (15/4/2023), seruan antinuklir di Jerman telah berembus sejak dekade 1970-an.

        Kecelakaan nuklir di Three Mile Island, Amerika Serikat (AS), pada 1979 dan Chernobyl pada 1986 telah memperkuat desakan agar Jerman tak menggunakan atau memanfaatkan nuklir sebagai sumber energi. Sejak 2003, Jerman telah menutup 16 reaktor nuklir miliknya.

        Pada 2010, mantan kanselir Jerman Angela Merkel memutuskan memperpajang masa pakai 17 PLTN di negara tersebut hingga paling lambat pada 2036. Namun, kebijakan itu segera dibatalkan pasca insiden nuklir di PLTN Fukushima, Jepang. Insiden di PLTN Fukushima dipicu oleh tsunami yang melanda Negeri Sakura.

        Meski insiden PLTN Fukushima terjadi akibat bencana alam, hal itu tetap memantik aksi antinuklir baru di Jerman. Mereka mendesak pemerintah untuk keluar dari teknologi tersebut.

        Penutupan tiga PLTN terakhir milik Jerman telah menimbulkan pertanyaan tentang keamanan pasokan energi dan prospek emisi karbon negara tersebut. Jerman berencana menutup semua pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2038, dengan putaran pertama penutupan direncanakan pada 2030.

        Namun, pada 2022, parlemen Jerman menyetujui undang-undang darurat untuk membuka kembali pembangkit listrik berbahan bakar batu bara guna membantu pembangkit listrik tahun lalu. Dorongan untuk membangun lebih banyak terminal untuk mengimpor gas alam cair juga telah dipercepat sejak perang Ukraina dimulai.

        Batu bara menyumbang lebih dari 30 persen pembangkit listrik Jerman pada 2022. Sebanyak 22 persen sumber energinya berasal dari angin.

        Pembangkit berbahan bakar gas memasok 13 persen energi. Sementara tenaga surya menyuplai 10 persen. Sisanya berasal tenaga biomassa, nuklir, dan hidroelektrik.

        Lembaga kajian energi Ember memperkirakan, Jerman dan Polandia akan menjadi dua produsen listrik berbahan bakar batu bara terbesar di Uni Eropa pada 2030. Mereka akan bertanggung jawab atas lebih dari setengah emisi sektor listrik perhimpunan Benua Biru pada saat itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: