Untung Belum Tentu, Generasi Mendatang Harus Tanggung Warisan Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Kebanggaan Jokowi!
Pakar Kebijakan Publik dan Ekonom Narasi Institute Achmad Nur Hidayat menyoroti polemik proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Sebagaimana diketahui, pemerintah gagal mencapai target menurunkan bunga utang proyek ini yang tadinya dari 4 persen menuju 2 persen, namun hanya diturunkan mencapai 3,4 persen.
Achmad menyoroti konsesi proyek dengan pihak China yang lamanya hingga 80 tahun. Menurut Achmad, ketentuan ini akan jadi beban bagi generasi bangsa di kemudian hari.
“Dengan perhitungan bunga 3,4% dan jumlah hutang yang sudah menggunung tersebut membuat Indonesia akan terbebani hutang hingga 80 tahun,” ujar Achmad dalam keterangan resmi yang diterima wartaekonomi.co.id, Selasa (18/4/23).
“Artinya generasi mendatang akan mewarisi hutang-hutang ini yang hasilnya belum tentu dapat mereka rasakan dikemudian hari,” tambahnya.
Dengan segala hal negatif yang harus dialami Indonesia soal proyek kebanggaan Presiden Jokowi ini, Achmad menilai pada dasarnya Indonesia sudah masuk dalam jebakan utang China yang disebut-sebut sudah menjerat sejumlah negara lain.
Bukannya tanpa alasan, Achmad mendasarkan analisisnya dengan fakta bahwa China tertarik dan mengincar APBN sebagai Jaminan Bunga Utang proyek ini. Meski saat ini Pemerintah sudah menolak keinginan China tersebut, Achmad menilai hal ini harus dikawal betul-betul karena apabila sampai terjadi maka Indonesia harus menanggung masalah besar.
“Proyek KCJB ini sudah sangat clear merupakan proyek jebakan hutang China,” ujarnya.
“Sebab jika APBN dijadikan jaminan maka Indonesia harus bersiap menghadapi turbulensi yang masif dikemudian hari,” tambahnya.
Sebelumnya, Luhut mengungkapkan bahwa Pemerintah China tetap menginginkan APBN menjadi jaminan atas pemberian utang mereka terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Alih-alih menerima, Menko Luhut langsung menolak permintaan negeri tirai bambu tersebut.
"Memang masih ada masalah psikologis ya, jadi mereka (China) maunya dari APBN. Tapi kita jelaskan prosedurnya akan panjang," kata Luhut dikutip Rabu (12/4/2023).
Di lain sisi, Luhut menyebut China hanya mau menurunkan bunga utang kereta cepat dari 4 persen ke level 3,4 persen. Luhut menyebut bunga utang tersebut masih terlalu tinggi dan pemerintah ingin bunga utang bisa turun sampai 2 persen.
Meski bunga masih cukup tinggi, Luhut mengatakan pemerintah tak masalah. Menurutnya, pemerintah bakal tetap membayarnya karena bunga itu sudah lebih baik dari bunga pinjaman luar negeri lainnya.
"Karena kalau kamu pinjam ke luar juga bunganya sekarang bisa 6 persen juga. Jadi 3,4 persen misalnya sampai situ, we are doing ok walaupun nggak oke-oke amat," kata Luhut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: