Ucapannya Soal Pihak yang Gagalkan Posisi Cawapres Mahfud MD Tak Dipercaya, Romy: Begitulah Mahfud Merasa Paling Benar
Romahurmuziy menilai Menkopolhukam Mahfud MD sebagai sosok yang tak mau kalah dan salah. Pernyataan tersebut disampaikan mantan ketum PPP yang juga eks terpidana korupsi itu terkait penjelasan Romy yang tak juga diterima Mahfud soal kegagalan menjadi calon wakil presiden pada 2024 itu.
"Mahfud gak boleh kalah dan salah," ujar Romahurmuziy atau akrab disapa Romy dalam podcast di akun Youtube Total Politik, Kamis (5/6/2023).
Menurut Romy, ia pernah menjelaskan siapa saja pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan Mahfud jadi cawapres. Namun, mantan ketua MK itu seperti tidak percaya. Padahal, kata Romy, sebagai ketum partai saat itu, ia masih sangat muda dan PPP juga bukan partai besar.
"Mahfud bilang itu 'sebagai orang tua saya hidup lebih lama dari Anda'. Ibarat mau makan itu yang mau namplek itu Anda'," ujar Romi.
Romy menegaskan yang menggagalkan Mahfud M sebagai cawapres adalah Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto; Ketum NasDem, Surya Paloh; dan Ketum PKB, Muhaimin Iskandar. "Yang menolak itu Surya Paloh, Muhaimin, dan Airlangga," ujarnya.
Mahmud MD yang menyalahkanya sampai saat ini terkait kegagalan jadi cawapres. Mahfud, sebut Romy, berasumsi bahwa ketum PPP, Golkar, dan PKB terlibat. "Mahfud bilang info itu dari presiden, tapi bagaimana ya, saya pelaku sejarahnya," kata Romi meyakinkan.
Ia lalu mengungkapkan sejumlah alasan mengapa Mahfud MD akhirnya tidak terpilih di detik-detik akhir. Pertama, Surya Paloh, kata Romy, merasa bahwa Mahfud merupakan ketua pemenangan pasangan Prabowo-Hatta pada 2014 dan eks ketua MK itu tidak mempunyai kontribusi nyata.
Kemudian, Airlangga Hartarto beralasan bahwa Mahfud merupakan salah satu tokoh yang pernah merekomendasikan pembubaran Golkar. Sesepuh Golkar tidak sreg dengan Mahfud. Adapun Muhaimin atau akrab disapai Cak Imin menyatakan bahwa mereka sejalan dengan PBNU dan menyebut Mahfud bukan kader NU.
Respons ketum partai itu disampaikan di Istana atau detik-detik jelang penetapan nama cawapres Jokowi di Restoran Plataran Menteng pada Kamis, 9 Agustus 2018. "Presiden lantas bertanya apakah semua setuju Maruf Amin? Semua ketum setuju," kata Romi.
Namun, menurut Romy, Mahfud bersikukuh bahwa ia telah dijegal olehnya. "Begitulah Mahfud merasa yang paling benar," katanya.
Ia tak menampik bahwa sampai Kamis siang, pada 9 Agustus tersebut, nama Mahfud masih menjadi yang dipilih Jokowi sebagai cawapres. Bahkan, di kertas yang akan ditandatangani oleh ketum Parpol di Plataran Menteng masih ada nama Mahfud.
Guru besar UII itu bahkan sudah diminta untuk mengukur baju dan mengurus SKCK. Mahfud bahkan sudah diminta menunggu tak jauh dari Plataran Menteng.
Akan tetapi, detik-detik akhir semua berubah. Surat yang disiap ditandatangani parpol diganti oleh Mensesneg Pratikno. Romy menyatakan, jika Jokowi tetap memajukan Mahfud, PKB dan Golkar mengancam akan hengkang. Pun dukungan dari NU juga akan kendor.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: