Pendeta Beber Bukti Anies Baswedan Bukan Pemimpin Intoleran-Radikal, Refly Harun: Tak Kenal Maka Tak Sayang...
Pakar Hukum Tata Negara dan Pengamat Politik Refly Harun mengomentari perihal pengakuan seorang Pendeta yang membantah tudingan bahwa Anies Baswedan merupakan pemimpin intoleran dan radikal.
Menurut Refly, pihak-pihak yang selalu melempar tudingan intoleran-radikal kepada Anies karena mereka tak kenal dan tak mengetahui bagaimana seorang Anies Baswedan dalam kehidupannya.
“Memang kalau tak kenal maka tak sayang, itu masalahnya,” ujar Refly melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Rabu (10/5/23).
Tudingan miring pada sosok yang notabene kini ada di luar lingkar kekuasaan ini menurut Refly bisa terus terjadi karena mereka-mereka yang ada di kekuasaan terus mempertahankan pola yang sama.
Pola tersebut menurut Refly adalah anggapan siapa pun yang berada di luar kekuasaan dan melemparkan kritik adalah pihak yang radikal-intoleran.
“Susahnya adalah kekuasaan dan pendukungnya itu mengatakan siapa yang mengkritik pemerintah itu radikal intoleran, ini narasi bodoh yang dikembangkang,” ungkapnya.
Padahal menurut Refly, semua pihak harusnya membangun kondisi kompetisi yang sehat dengan adu gagasan dan ide.
Refly pun juga heran bagaimana Anies yang menempuh pendidikan di Amerika Serikat sampai sarakang tak berhenti diberi label radikal intoleran.
“Kalau kita misalnya mau berkompetisi ya secara sehatlah, ajak debat dan adu konsep, toh calon-calonnya pintar semua,” ungkapnya.
“Orang berpendidikan di Amerika Serikat, rasanya intoleran dan radikal itu jauh, lihatlah latar belakang orang,” tambahnya.
Sebelumnya, salah Seorang tokoh Kristen, Pendeta Shephard Supit, membantah tudingan yang menyebut Anies Baswedan seorang pemimpin yang intoleran-radikal dan tak melindungi hak-hak masyarakat yang tergolong minoritas.
Pendeta Supit blak-blakan menyebut tudingan intoleran-radikal kepada Anies hanya omong kosong belaka. Menurutnya, Anies selama memimpin Jakarta berlaku adil kepada semua warganya tanpa memandang identitas tertentu.
“Dia tidak melihat harus beri ke sesama agama atau sesama suku, bahwa ini ada satu kebutuhan dan aturannya oke ya bakal dia berikan,” ujarnya.
“Selama ini yang sebelumnya belum pernah terjadi, 33 IMB, hampir 50 lebih gereja yang diresmikan,” tambahnya.
Pendeta Supit pun juga mengungkapkan bahwa selama bertugas menjadi Gubernur, Anies lebih banyak menerbitkan IMB untuk Gereja dibandingkan IMB untuk masjid. Karenanya ia mengaku heran dengan tudingan Anies pemimpin intoleran radikal.
“Itu belum pernah terjadi sebelumnya... Jadi kalau mau bilang intoleran, ya di mana intolerannya?” heran Pendeta Supit,” jelasnya.
“Jadi ini betul-betul menghadirkan kesetaraan dan kebahagiaan untuk warga Jakarta bahwa diperlakukan sama semua,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: