Usai Perang Arab-Israel pertama tahun 1948, banyak wilayah Arab diduduki hingga teritorial Arab menyempit hanya terbatas di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang hanya memiliki luas 22 persen dari keseluruhan wilayah Palestina.
Musthafa Abdurrahman dalam buku Jejak Jejak Juang Palestina menjabarkan, Kongres Jericho pada tahun 1950 memutuskan bahwa Tepi Barat yang memiliki luas 5,690 km persegi berada di bawah kekuasaan Jordania. Sedangkan Jalur Gaza yang memiliki luas 355 km persegi berada di bawah kekuasaan Mesir.
Baca Juga: Upaya Damai Israel-Palestina Buntu, Menteri Mesir Kuak Hal yang Menyulitkan
Di Jalur Gaza, terdapat tiga kota yakni Gaza City, Khan Yunis, dan Rafah. Di Tepi Barat terdapat delapan kota, yakni Hebron, Bethlehem, Jericho, Ramallah, Jenin, Tulkarem, Kalkiliyah, dan Nablus.
Adapun letak Jalur Gaza dan Tepi Barat terpisah oleh wilayah Israel. Kesepakatan Oslo tahun 1993 memberi solusi, pembuatan jalan aman yang melintasi Israel untuk menghubungkan Jalur Gaza dan Tepi Barat itu selama masa transisi, yakni selama masa lima tahun.
Namun pada status final, terdapat usulan dibuat jalan layang atau jalan bawah tanah antara Jalur Gaza dan Tepi Barat. Jalur Gaza dan Tepi Barat yang akan menjadi wilayah teritorial negara Palestina kelak memiliki kelebihan satu sama lain.
Tepi Barat lebih luas wilayahnya, kaya sumber alam, banyak objek wisata, lahan pertanian yang subur, dan kaya sumber manusia. Kelebihan Jalur Gaza adalah satu-satunya akses ke laut negara Palestina.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: