Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Selalu Tahan Diri, Etika Media Sosial Cerminan Sikap Warga Indonesia

        Selalu Tahan Diri, Etika Media Sosial Cerminan Sikap Warga Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Creative Christians
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan webinar Literasi Digital #MakinCakapDigital 2023 untuk segmen komunitas di wilayah Kalimantan dengan tema "Menjadi Pribadi yang Beretika dalam Bermedia Sosial" pada Senin (15/5/2023). Kali ini hadir pembicara-pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2023 yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Dosen UPRI Makassar Andy Asy'hary J Arsyad; Dewan Pengarah Siberkreasi Fajar Eri Dianto; dan Instruktur Yale Communication Aldy Tri Wahyudi.

        We Are Social dan HootSuite pada awal 2023 yang mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia terus bertambah pesat dan kini mencapai 212,9 juta atau 77 persen dari total penduduk. Selain itu tercatat beberapa media sosial yang paling sering digunakan, antara lain Indtagram 18,2 persen, TikTok 14,9 persen, Facebook 14,2 persen, dan Twitter 8,2 persen.

        Baca Juga: Kebrutalan KKB Papua Tak Bisa Dibiarkan, Tak Hanya Sandera 4 Pekerja Tower BTS, Kadis Kominfo Juga Disiksa Pakai Senjata!

        "Dari media sosial ini luar biasanya kita bisa memproduksi informasi, bahkan di zaman ini kita bisa dapat informasi dari gambar amatir orang yang rekam lalu viral," ungkap Dosen UPRI Makassar, Andy Asy'hary, narasumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 untuk segmen komunitas di Kalimantan, Senin (15/5/2023).

        Namun banyak pula kasus-kasus warganet tidak beretika di media sosial, di ruang ini seseorang bisa mencari kawan maupun lawan hanya karena penggunaan bahasa, pemilihan kata, cara berkomentar hingga apakah menyinggung SARA sehingga bisa memunculkan kedamaian atau permusuhan.

        Survei Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 juga menyebutkan bahwa dari tiga sub indeks, Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia, sub indeks keahlian yang memiliki skor paling rendah menurut data yang dirilis 2019. Diperlukan kecakapan digital dan penguasaan akan pilar literasi digital dari keahlian, budaya bermedia digital, etika digital hingga keamanan digital agar indeks literasi masyarakat Indonesia bisa lebih baik.

        Survei dari Microsoft pada yang dirilis pada 2020 juga menyebutkan bahwa warganet Indonesia sebagai yang paling tidak sopan se-Asia Tenggara karena komentar-komentar kasar di media sosial. Lebih lanjut Andy mengatakan bahwa penggunaan diksi yang salah dalam bermedia sosial seperti ujaran kebencian melanggar etika digital dan akan menimbulkan hal negatif lainnya.

        Baca Juga: Pentolan Relawan Ganjar Pranowo Disebut Kurang Piknik Setelah Rasis ke Anies Baswedan: 'Dia Kurang Belajar Sejarah!'

        Etika digital sendiri harus menjadi salah satu dasar pengguna dalam berinternet, salah satunya media sosial sebab seperti halnya dunia nyata sebenarnya saat jejaring pun individu di dalamnya tetap berhadapan dengan manusia lainnya.

        "Mari kita berhenti menuliskan kata-kata kasar di media sosial, itu mencerminkan identitas Indonesia karena kan media sosial diakses secara global bukan hanya orang Indonesia," sambungnya.

        Narasumber lainnya, Fajar Eri Dianto mengatakan interaksi antarwarganet berarti juga interaksi antar budaya, istiadat yang akan menciptakan standar baru tentang etika. Etika tersebut diperlukan agar menimbulkan rasa nyaman dalam bersosialisasi, berkomunikasi sekaligus membentengi image positif warganet Indonesia.

        Baca Juga: Tak Usah Bersaing Teruskan Era Jokowi, Anies dan Prabowo Mending Jadi Cawapresnya Ganjar Pranowo: Demi Majunya Indonesia

        "Standar baru ini dikemas dalam sebuah netiket atau etika berinternet, sebuah acuan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan berkolaborasi di internet," ujarnya.

        Acuan etika ini telah dipahami dan disepakati bersama beragam istiadat, jadi acuan komunikasi di sosial media. Selain itu, netiket diperlukan dengan tantangan budaya digital seperti menipisnya kesopanan dan kesantunan dan mengaburnya wawasan kebangsaan serta minimnya pemahaman akan hak-hak digital sebagai pengguna, berkurangnya toleransi hingga menghilangnya batasan privasi.

        Di ranah digital, bertuturlah yang bijak dan jangan menggunakan huruf kapital semua karena berarti bernada marah. Jangan menggunakan kata-kata jorok, dan saat mengutip juga sebaiknya seperlunya serta mencantumkan sumber asli, berhati-hati pula dalam meneruskan email ke orang lain dan hindari mengirim email dengan attachment file besar.

        Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

        Baca Juga: Macam Petrusnya Jokowi, Isu Penembakan Habib Bahar Disoroti: Keamanan Makin Suram, Rezim New Orba...

        Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui Website literasidigital.id atau akun Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo dan Youtube Literasi Digital Kominfo.  

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: