Pengamat Dukung Menteri Bahlil Gandeng Arab Saudi Investasi EBT dan Rumah Sakit di Indonesia
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mendukung upaya Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam untuk menarik investasi dari Arab Saudi khususnya pada pengembangan sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Rumah Sakit (RS).
Menurutnya, khusus mengenai EBT Indonesia memiliki prospek yang bagus, pasalnya sumber EBT melimpah ruang di tanah air.
“Jadi sebenarnya investasi di energi baru terbarukan di Indonesia itu sangat prospektif karena apa? Karena kita mempunyai berbagai jenis resources berbagai yang jumlahnya melimpah ruah, kita bisa kembangkan di sini misalnya tenaga matahari, tenaga angin, hidro ombak banyak sekali,” ujar Fahmy, Jum'at, (19/5/2023).
Kunjungan Bahlil ke Arab Saudi untuk bekerjasama investasi dinilai sudah tepat karena pengembangan EBT di Indonesia memerlukan pembiayaan yang besar.
Selain dana investasi yang besar, proyek EBT juga membutuhkan kemampuan teknologi yang mumpuni.
“Hanya masalahnya kita memang pertama kekurangan dana investasi dan yang kedua kita tidak punya teknologi nah oleh karena itu perlu mengundang investor untuk datang ke Indonesia yang punya dana dan punya teknologi,” paparnya.
Fahmy menambahkan, Arab Saudi sebagai negara yang masih mengandalkan bahan bakar fosil sudah mulai tertarik untuk beralih menggunakan energi hijau ke depan.
“Bagi Arab Saudi yang sampai sekarang mengandalkan fosil maka barangkali dia tertarik untuk mengembangkan EBT apalagi di luar negeri,” jelasnya.
Namun, Fahmy mengatakan, Menteri Bahlil sebaiknya tidak hanya mengundang Arab Saudi saja untuk berpartisipasi dalam proyek green energy melainkan juga mengundang investor dari Amerika Serikat atau negara Eropa lainnya yang sudah menerapkan teknologi tinggi.
“Memang harus mengundang investor yang dia mempunyai dana dan dia mempunyai teknologi apakah dari Amerika, Eropa atau Jepang juga,” urainya.
Lanjut Fahmy mengatakan untuk menarik minat investasi dalam EBT, dia menyarankan pemerintah untuk memberikan insentif menarik bagi negara yang berniat melakukan investasi di Indonesia.
“Agar investor mau datang investor kan mau berinvestasi karena ada jaminan profit, ada jaminan Return of Investment (ROI) oleh karena itu Pemerintah perlu memberikan insentif apakah itu berupa fiskal insentif kemudian kemudahan perizinan, pembebasan tanah ini harus dibantu oleh pemerintah tanpa itu jadi tidak menarik bagi negara lain,” jelas Fahmy.
Sebelumnya, Menteri Bahlil melakukan pertemuan dengan Menteri Investasi Arab Saudi Khalid A. Al-Falih di Riyadh, Arab Saudi, untuk membahas mengenai kerja sama terkait investasi antara kedua negara, khususnya dalam hal energi terbarukan dan pembangunan rumah sakit.
Bahlil mengatakan, pertemuannya dengan Menteri Investasi Arab Saudi itu merupakan pertama kalinya.
Untuk itu, ia menyampaikan bahwa Indonesia sangat terbuka untuk investasi asing, khususnya hilirisasi industri yang menggunakan energi dan industri hijau.
“Kami memulai dengan hilirisasi sumber daya mineral. Ini adalah peluang besar, dan saya ingin ada investasi bersama antara Arab Saudi dengan Indonesia,” ujar Bahlil melalui keterangan resmi yang dikutip Jumat (12/5).
Mantan Ketua Umum HIPMI itu mengatakan, Indonesia sejak empat tahun lalu telah memulai hilirisasi di sektor pertambangan dengan diawali pelarangan ekspor bijih nikel.
Selain itu, beberapa komoditas sumber daya mineral seperti bauksit, konsentrat tembaga, dan timah juga akan dilarang untuk diekspor mulai tahun ini.
"Hal tersebut sebagai upaya Pemerintah Indonesia dalam mendorong hilirisasi sumber daya mineral," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: