Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Amerika Serikat Terancam Bangkrut karena Utang, Investasi Emas Jadi Pilihan?

        Amerika Serikat Terancam Bangkrut karena Utang, Investasi Emas Jadi Pilihan? Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Depok -

        Carut-marut negosiasi untuk menaikkan plafon utang negara antara Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai akan membuat AS terancam bangkrut pada 1 Juni mendatang.

        Sebelumnya, DPR yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik memilih untuk menaikkan batas pinjaman nasional, tetapi dengan syarat harus memotong drastis anggaran belanja yang menurut Kongres terlalu boros. Hal ini tentu saja akan menyulitkan posisi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.

        Tanggal pasti gagal bayar utang tersebut dinyatakan oleh Menteri Keuangan Janet Yellen dalam suratnya ke Kongres AS. Saat ini, utang AS diperkirakan sudah mencapai ambang batas, yakni US$1,4 triliun atau setara Rp461.000 triliun (dalam kurs Rp15.000). Yellen kemudian mendesak Kongres AS bergerak cepat untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang agar pemerintah bisa memberikan kepastian terkait pembayaran utang.

        Baca Juga: Amerika Serikat Terancam Tumbang karena Utang, Dua Hal Ini yang Menjadikannya Negara Adidaya

        Menanggapi hal tersebut, investor dan praktisi pasar modal Ryan Filbert mengatakan bahwa AS akan gagal dalam membayar utang apabila belum ada kesepakatan antara pemerintah dan DPR.

        Secara psikologis, ia menyebut bahwa dalam hal efisiensi anggaran akibat utang, hanya ada dua opsi yang bisa dipilih, yaitu mencari pendapatan yang lebih besar atau mengurangi biaya operasional.

        “Kalau dihitung secara kecukupan, Juni sudah di depan mata, kurang lebih hanya beberapa hari lagi. Itu memang enggak bisa bayar dan belum ada kesepakatan. Kalau dulu cetak-cetak uang atau pun untuk meningkatkan pinjaman, biasanya dimulai dengan cara drama efisiensi terlebih dahulu. Kalau sekarang ini ancamannya adalah efisiensi tidak menyelesaikan masalah. Kalau orang pengeluarannya terganggu, pilihannya ada dua, yaitu cari pendapatan yang lebih besar atau kurangi biaya,” kata Ryan, dikutip dari kanal Youtube RF Channel pada Kamis (25/5/2023).

        Ia menjelaskan bahwa kabar buruk perekonomian AS akan berimplikasi pada kenaikan harga emas. Ia menyebut bahwa harga emas yang saat ini mencapai US$2.081 merupakan angka tertinggi sejak Maret 2020 lalu.

        “Kalau kita perhatikan, harga enggak bisa bohong. Kalau kita melihat pergerakan harga, harga yang bisa bohong hanya bisa di jangka pendek. Tapi kalau di jangka panjang, harga cenderung susah bohong. Contohnya, harga emas pada Mei ini sempat menyundul ke US$2.081 troy ons. Kalau kita perhatikan US$2.081 itu terakhir menyundul angka tinggi baru pada Maret 2022 lalu. Setiap kali menyundul begini pasti ada sesuatu yang tidak bagus yang dikabarkan di Amerika,” jelasnya.

        Dengan demikian, menurutnya, secara psikologis, investor akan lebih memilih untuk berinvestasi pada emas daripada saham apabila kondisi perekonomian sedang tidak menentu, khususnya di AS.

        “Sebenarnya yang namanya berita gagal bayar itu semua orang akhirnya sadar kayaknya saya harus pindahkan portofolio nih, biasanya emas akan diserbu. Melihat sekarang sebentar lagi 1 Juni, kelihatannya sih banyak orang yang punya informasi cukup kuat akan benar terjadi sesuatu di Amerika,” ujarnya.

        Lebih lanjut, ia menyarankan agar terus memantau harga emas dan situasi ekonomi global secara bersamaan. Ia kemudian mengatakan bahwa penurunan harga emas merupakan momentum yang tepat untuk berinvestasi emas.

        “Kalau saya setiap kali ada penurunan-penurunan harga emas dalam kondisi, cenderung kita bisa mengakumulasi sebenarnya. Coba saja tanya ke orang yang beli emas di dua atau tiga tahun terakhir, pasti lagi pesta pora,” katanya.

        “Emas itu memang unik, sesuatu yang menarik untuk dijadikan sebagai alat investasi. Akhirnya banyak orang yang memindahkan portofolio ke sana (emas),” tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Novri Ramadhan Rambe
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: