Amerika Serikat Terancam Gagal Bayar Utang, Onny Widjanarko: Pemegang Dolar Bisa Nangis!
Carut-marut negosiasi untuk menaikkan plafon utang negara antara pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dinilai akan membuat Amerika Serikat terancam bangkrut pada 1 Juni mendatang.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik memilih untuk menaikkan batas pinjaman nasional, tetapi dengan syarat harus memotong drastis anggaran belanja yang menurut Kongres terlalu boros. Hal ini tentu saja akan menyulitkan posisi Presiden Joe Biden yang berasal dari Partai Demokrat.
Tanggal pasti gagal bayar utang tersebut dinyatakan oleh Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, dalam suratnya ke Kongres AS. Saat ini, utang AS diperkirakan sudah mencapai ambang batas yakni US$1,4 triliun atau setara Rp461.000 triliun (dalam kurs Rp15.000). Yellen kemudian mendesak Kongres AS bergerak cepat untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang agar pemerintah bisa memberikan kepastian terkait pembayaran utang.
Baca Juga: Bertemu USTR, Menko Airlangga Bahas Transisi Energi dan Bilateral Indonesia–Amerika Serikat
Menanggapi hal tersebut, mantan Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank BTPN Tbk (BTPN), Onny Widjanarko, meyakini bahwa pemerintah dan kongres Amerika Serikat saat ini pasti akan bertemu untuk menegosiasikan jalan keluar. Pasalnya, jika tidak, pemegang dolar AS akan terkena dampak karena nilai valuasi yang turun.
“Menurut saya dalam politik Amerika sekarang, kongres dan presiden akan bertemu jalan tengahnya. Kalau tidak, default dia, rating-nya bisa kena. Kalau rating-nya kena, pemegang dolar AS bisa nangis-nangis karena valuasinya turun,” kata Onny, dikutip dari kanal Youtube Timothy Ronald pada Sabtu (27/05/23).
Ia kemudian menyatakan bahwa ada empat alternatif jalan keluar yang kemungkinan dipilih, yaitu memperpanjang tenggat bayar utang, pemangkasan anggaran, menaikkan suku bunga, atau menaikkan plafon utang negara.
Baca Juga: Praktisi Sebut Harga Emas Naik Setiap Ada Kabar Buruk di Amerika Serikat
“Biden menyuruh utusannya ke kongres, diperkirakan ada empat alternatif. Pertama, tenggat bayar utang diperpanjang, yang semula 1 Juni. Kedua, pemangkasan anggaran. Ketiga, suka bunga yang dinaikkan. Yang keempat, yang kemungkinan kecil dilakukan adalah menaikkan ceiling (plafon) utang. Jadi kita tunggu sampai 1 Juni,” katanya.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa pertumbuhan, inflasi, dan tingkat suku bunga merupakan indikator dalam menganalisis kondisi Amerika Serikat saat ini.
“Kan ada fase-fase ekonomi, indikatornya ada pertumbuhan, inflasi, sama tingkat suku bunga. Kalau pertumbuhan rendah, inflasi rendah, dan tingkat suku bunga rendah, ya itu bagusnya pegang apa pun investasi yang fokusnya ke valuasi. Setelah pandemi itu kita lihat banyak sekali perusahaan yang nilainya berlipat ganda,” katanya.
Baca Juga: Amerika Serikat Terancam Bangkrut karena Utang, Investasi Emas Jadi Pilihan?
Dengan demikian, ia menyatakan bahwa dalam kondisi perekonomian Amerika Serikat yang saat ini sedang tidak stabil, komoditas emas akan menjadi pilihan orang-orang untuk berinvestasi. Hal ini terlihat dari harga emas yang melambung saat harga dolar AS dan harga saham jatuh.
“Setelah itu ada masa moderat, di mana pertumbuhannya tinggi dan inflasinya benar-benar dengan pertumbuhan. Kalau masa moderat, komoditi biasanya berjatuhan. Dan pada masa itu, emas jadi pilihan,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Yohanna Valerie Immanuella
Tag Terkait: