Kisah Perjuangan Ibu-ibu Kendari Ini Jadi Bukti Nyata Kehadiran BTPN Syariah Melayani Keluarga Prasejahtera Produktif
Kredit Foto: BPTN Syariah
Bank Dunia dalam laporannya bertajuk “Indonesia Poverty Assessment: Pathways Towards Economic Security” yang dirilis awal Mei 2023, menyebutkan bahwa Indonesia berhasil dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem, dimana kemiskinan ekstrem di Indonesia per Maret 2022 tinggal 1,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa upaya penurunan kemiskinan ekstrem di tanah air mengalami kemajuan yang menggembirakan, setelah tahun sebelumnya berada di angka 2,14%.
Oleh sebab itu, untuk mencapai target angka kemiskinan ekstrem 0% pada 2024, Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin meminta seluruh pihak yang terkait agar terus melakukan konvergensi, integrasi, dan peningkatan kualitas pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan ekstrem.
Salah satu upaya untuk mengentaskan kemiskinan juga dilakukan oleh PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) yang dibentuk melalui proses konversi PT Bank Sahabat Purba Danarta dan spin off Unit Usaha Syariah PT Bank BTPN Tbk (BTPN).
Perseroan menjadi satu-satunya bank di Indonesia yang memfokuskan diri melayani keluarga prasejahtera produktif yang memiliki potensi target market lebih dari 40 juta jiwa. BTPN Syariah melihat hal ini sebagai tantangan sekaligus peluang.
Oleh karena itu BTPN Syariah membangun sarana dan prasarana yang sangat berbeda dengan perbankan pada umumnya untuk memastikan produk dan layanan efektif serta efisien melayani segmen tersebut.
Corporate & Marketing Communication Head, Ainul Yaqin mengungkapkan bahwa sebagai bank umum syariah yang fokus mengumpulkan dana dari keluarga sejahtera dan menyalurkan kepada keluarga inklusi sejak tahun 2014, BTPN Syariah menghadirkan program pembiayaan prasejahtera produktif.
Pembiayaan tersebut diberikan BTPN Syariah secara berkelompok yang disebut dengan Tepat Pembiayaan Syariah, yakni pembiayaan tanpa jaminan yang diberikan untuk modal usaha bagi masyarakat prasejatera produktif khususnya perempuan.
Pembiayaan berkelompok ini memiliki tujuan untuk membangun 4 karakter pada diri nasabah, yaitu Berani berusaha, Disiplin, Kerjasama dan Saling Bantu yang diharapkan prilaku tersebut dapat menyebar sehingga tercapai tatanan masyarakat yang memiliki kekuatan secara ekonomi disuatu daerah.
“Kami membuka akses kepada masyarakat inklusi yang ada di pelosok negeri, salah satunya di Kendari, Sulawesi Tenggara sejak tahun 2014,” ujar pria yang akrab disapa Ain ini, kala melakukan kunjungan ke nasabah yang berada di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (25/5/2023).
Dalam kesempatan ini Ia menuturkan bila hingga kuartal I 2023, pembiayaan yang telah disalurkan BTPN Syariah mencapai sebesar Rp78,7 miliar kepada kurang lebih 27 ribu perempuan keluarga prasejahtera produktif di Sulawesi Tenggara yang dilayani dan tumbuh bersama perseroan.
Baca Juga: Fokus Melayani Masyarakat Inklusi, BTPN Syariah Berhasil Ciptakan Kinerja Tumbuh Berkelanjutan
“Kita tetap tumbuh baik, secara nasional pertumbuhannya itu masih sesuai ekspektasi kita. Di Kendari sangat signifikan, penyaluran naik 11% per tahun. Numbers of customers juga terus bertambah. Kuartal 1 2023 bertambah 27 ribu, April sudah 28 ribu dari tahun lalu Desember itu di 25 ribu,” ungkap Ain.
Dalam lawatan ini, salah satu nasabah inspiratif BTPN Syariah di Kendari, Ibu Samsidar Rasyid berkesempatan menceritakan kisah suksesnya yang diawali membuka usaha kecil-kecilan dengan menjajakan manisan di depan rumahnya. Kala itu, omset yang dikantonginya setelah satu hari berjualan manisan buah hanya sebesar Rp50 ribu.
Hingga pada suatu hari, Ia mendapatkan informasi jika BTPN Syariah memiliki program pembiayaan tanpa agunan. Namun, lanjut Ibu Samsidar kala itu Ia sempat ragu untuk berurusan dengan perbankan karena berurusan dengan pihak bank menjadi momok yang menakutkan.
Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Samsidar pada tahun 2018 pun memberanikan diri untuk mengikuti program Tepat Pembiayaan Syariah dari BTPN Syariah. Di awal, Ia memperoleh pembiayaan senilai Rp3 juta, yang dipergunakannya untuk mengembangkan usaha dengan berjualan kue.
Dengan pembiayaan dari BTPN Syariah, kini Ibu Samsidar telah mencapai plafon Rp25 juta Pada saat siklus ke 2 pengambilan 6 juta yang betepatan denga bulan suci Ramadhan, Ibu Samsidar berjualan kue dan sayur jadi dari modal dan setelah Ramadhan Ia lanjut untuk jualan makanan jadi dan mengubah ruang tamu jadi tempat makan.
Pada Siklus 11 Juta Ibu Samsidar mulai memperluas usahanya hingga siklus saat ini di gunakan untuk mengembangkan tempat Usaha. Dengan Modal dari BTPN Syariah sebesar 25 juta Ia memutuskan untuk merubah rumah menjadi tempat usaha rumah makan prasmanan dan makin luas.
Saat ini dari usaha rumah makan prasmanan, ayam geprek, dan kue, Ibu Samsidar sudah mengantongi omset sebesar Rp8 juta per hari dan memiliki 11 karyawan. Tak puas sampai disitu, Ibu Samsidar kini masih memiliki mimpi untuk membuka usaha catering.
“Tapi awal itu berhubungan dengan bank itu buat kita kan gimana gitu, takut dan ada utang Rp3 juta itu besar sekali buat kita. Tapi saya akhirnya coba mulai ikut pelatihan dulu, malah dari situ saya paham dan belajar tentang pengeloalaan uang, kemudian disiplin. Kedepannya, saya ingin membuka catering. Ini berkat BTPN Syariah, saya merasa sangat terbantu,” ungkap Ibu Samsidar.
Baca Juga: Bagikan Dividen, BTPN Syariah Juga Angkat Direktur dan Komisaris Baru
Hal yang sama diceritakan oleh Nasabah inspiratif BTPN Syariah lainnya, Ibu Agustina. Ibu tiga anak ini mengawali pembiayaan di BTPN Syariah dengan plafon Rp3 juta di tahun 2018 dengan usaha yang masih kecil-kecilan Sembako/Kantin dipinggir jalan.
Berkat pembiayaan BTPN Syariah yang kini telah mencapai plafon Rp9 juta, Ibu Agustina juga mengganti jenis usaha yaitu produksi makanan diringan yang terbuat dari jambu mente dan kacang.
Saat ini Ia bersyukur, mendapatkan amanah dan kepercayaan dari BTPN Syariah yang turut membantunya mengembangkan usaha. Dari pembiayaan BTPN Syariah digunakan untuk pembelian Kemasan 1.000 Pcs.
Ia berterima kasih atas pembiayaan yang diberikan karena dengan pembiayaan saat ini, dirinya bisa terus berusaha dan saat ini usaha yang berjalan sudah sekitar 4 tahun. Kala awal menggeluti usaha, Ia memperoleh omset Rp1,5 juta. Namun kini, omset yang dihasilkan dalam satu bulan mencapai Rp3 juta.
Pasalnya, berkat bimbingan dan pembiayaan dari BTPN Syariah, produk yang dihasilkan Ibu Agustina sudah semakin berkembang dan bahkan telah masuk ke toko-toko besar yang berada di wilayah Kendari, Sulawesi Tenggara.
“Di BTPN Syariah yang saya salut itu kita saling support antar anggota kelompok. Kita saling bantu ketika susah. Kita juga diberikan arahan oleh temen-temen BTPN Syariah,” terang Ibu Agustina.
Ke depan, Ibu Agustina berharap produk kacang mete dan kacang tanah produksinya tak hanya dipasarkan di Kendari. Ia bermimppi jika produknya akan bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.
“Ke depan saya mau urus BPOM, saya juga mau masuk di minimarket. Saat ini sudah masuk 6 toko di Kendari,” tutupnya.
Ain menuturkan, bila perseroan selama menjalankan bisnis terinspirasi kisah-kisah nasabah dalam perjuangan mewujudkan niat baik untuk hidup yang lebih berarti, salah satunya cerita Ibu Samsidar, pemilik warung makan dan Ibu Agustina dengan usaha makanan ringan khas Kendari yakni kacang mete.
“Ketekunan dan kegigihan Ibu Samsidar dan Ibu Agustina menjadikan usahanya naik kelas, sehingga mereka patut menjadi nasabah inspiratif di mana mereka telah berhasil membangun perilaku unggul yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS) untuk dirinya dan komunitasnya,” tambah Ain.
Dalam menunjang akses yang lebih luas lagi untuk melayani masyarakat inklusi, jelas Ain, Bank tidak hanya memberikan akses keuangan melalui pembiayaan, tetapi juga akses pengetahuan lewat program pendampingan (Daya), serta akses suplai dan pasar agar semakin mempermudah kehidupan masyarakat inklusi mewujudkan hidup yang lebih berarti.
Tidak hanya melakukan pemberdayaan kepada nasabah perempuan, BTPN Syariah juga memberikan kesempatan kepada perempuan-perempuan muda terlatih di Sulawesi Tenggara untuk berkarir di Bank sebagai community officer. Mereka memiliki satu identitas sebagai #bankirpemberdaya, bankir yang juga memberikan pemberdayaan kepada keluara prasejahtera produktif.
“Peran utama para community officer ini selain melayani dengan penuh hati juga menjadi role model dalam membangun perilaku unggul nasabah, yaitu Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS),” tutup Ain.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri