Kehadiran PalmCo, Sub Holding PTPN Group Bakal Semakin Meningkatkan Kesejahteraan Petani
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir) Indonesia, Setiyono, mengatakan keberadaan PalmCo, sub-holding PTPN Group, akan sangat membantu petani sawit di Indonesia.
Dia mengatakan dengan kondisi saat ini, ketika sawit masih dikelola secara terpisah di masing-masing anak usaha PTPN, hubungan petani sawit dan perusanaan relatif baik.
“Setelah dibentuk subholding PalmCo yang khusus mengelola bisnis sawit, kami yakin kemitraan dengan petani akan lebih baik dan efisien,” ujarnya, Senin (29/5/2023).
Hal ini, menurutnya, karena sebelumnya, satu anak usaha menggarap banyak komoditas, sehingga petani sawit bukan menjadi mitra bisnis utama, tetapi “bersaing” dengan komoditas karet, coklat hingga teh.
Selama ini, terangnya, anak usaha PTPN Group dibedakan berdasarkan daerah operasi, bukan berdasarkan komoditas.
Dengan adanya PalmCo, maka petani sawit akan menjadi mitra utama perusahaan, sehingga perhatian kepada petani kepala sawit diyakini juga akan meningkat.
Baca Juga: Pembentukan PalmCo Diyakini Mampu Amankan Pasokan Minyak Goreng Dalam Negeri
“Nah, ketika mendengar akan ada PalmCo khusus perusahaan palem-palem-an, ya kami senang sekali. Kami yakin, PalmCo akan fokus dengan kepentingan petani sawit,” jelas Setiyono.
Dia mengatakan sebagai perusahaan khusus sawit yang dikelola untuk menjadi perusahaan yang lebih besar dari saat ini, PalmCo tentu akan membutuhkan pasokan bahan baku yang lebih besar juga.
Bahan baku, jelasnya, akan dipasok dari kebun perusahaan dan petani plasma, serta petani swadaya di seluruh Indonesia.
Pada kesempatan itu, dia juga menawarkan kerja sama yang lebih mengikat dengan PalmCo untuk memastikan ketersediaan bahan baku minyak sawit. Selain memastikan kesinambungan pasokan tandan buah segar (TBS) ke pabrik-pabrik Palmco, jelanya, Aspekpir juga dapat membantu petani meningkatkan kualitas buah, seperti yang diharapkan oleh Palmco.
“Sebagai perusahaan besar, PalmCo pasti butuh kepastian bahan baku dengan kualitas yang dibutuhkan. Kami bisa berperan di situ karena berhubungan langsung dengan petani sawit di seluruh Indonesia,” paparnya lagi.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah petani sawit di Perkebunan Rakyat (PR) pada 2019 diperkirakan mencapai 2,74 juta kepala keluarga (KK).
Angka ini meningkat rata-rata 2,5% hingga3% pe tahr tahun.
Setiyono mengakui dengan banyaknya jumlah petani sawit dan tersebar di seluruh Indonesia, memang kurang komunikasi dengan perusahaan sawit masih sering terjadi.
Dia mengemukakan untuk itulah Aspekpir hadir. Setiyono mengakui pada prinsipnya, Aspekpir membawa kepentingan petani, terutama dari sisi harga.
Namun, tambahnya lagi, keberhasilan PalmCo mengelola bisnis sawit juga menjadi kepentingan petani karena jika perusahaan terus berkembang, maka kebutuhan kelapa sawit juga akan semakin besar.
Dengan demikian, pasar kelapa sawit petani akan semakin besar dan harga juga tentu akan meningkat dan pada akhirnya mensejahterakan petani juga.
“Jadi kami sangat mendukung rencana PTPN Gorup memisahkan bisnis kelapa sawit menjadi perusahaan tersendiri PalmCo,” ujarnya.
Baca Juga: Sub Holding PalmCo dan SupportingCo Akselerasi Dekarbonisasi Industri Sawit Dunia
Sebelumnya, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara, Mohammad Abdul Ghani mengumumkan rencana penggabungan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara, menjadi dua Sub Holding.
“Langkah ini adalah bagian dari transformasi menyeluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan,” jelas Abdul Ghani, seperti dilansir dari laman resmi PTPN Group, dikutip Senin (29/5/2023).
Dia mengatakan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII akan bergabung ke dalam PTPN IV atau nantinya dikenal sebagai Sub Holding PalmCo. Sedangkan, PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV akan bergabung ke dalam PTPN I atau nantinya dikenal sebagai Sub Holding SupportingCo.
Penggabungan Sub Holding PalmCo diharapkan akan segera terlaksana pada 2023. Sub Holding PalmCo menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perkebunan. Serta kapasitas produksi komoditas olahan sawit, termasuk hasil panen tandan buah segar (TBS). Termasuk kapasitas produksi crude palm oil (CPO), minyak nabati dan minyak goreng
“PalmCo akan meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit untuk pemenuhan kebutuhan minyak goreng dalam negeri,” jelas Mohammad Abdul Ghani.*
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: