Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tiga Cara Ini Pastikan Buat Web3 Jadi Model Internet Masa Depan Umat Manusia

        Tiga Cara Ini Pastikan Buat Web3 Jadi Model Internet Masa Depan Umat Manusia Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Depok -

        Dengan kemajuan di bidang teknologi dan informasi, Web3 digadang-gadang dapat menjadi masa depan internet dengan jangkauan yang lebih luas dan tak terbatas. Pada dasarnya, Web3 adalah generasi ketiga dari evolusi web yang berbasis blockchain dengan sistem yang terdesentralisasi.

        Dalam Web3, sebuah situs web akan mampu memproses segala bentuk informasi dengan lebih cerdas dengan memanfaatkan teknologi, seperti machine learning, big data, DLT, dan lain sebagainya.

        Ilmuwan komputer asal Stanford sekaligus wirausahawan teknologi, Andrew Kwan menjelaskan ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk memastikan keberlangsungan Web3 sebagai model internet masa depan manusia.

        Baca Juga: Web3 Bakal Terintegrasi dengan Sistem Blockchain, Keamanan Data Makin Terjamin

        “Didukung oleh sistem blockchain, Web3 memungkinkan Anda memiliki data sepenuhnya. Jika Anda merasa kehilangan kendali atas kepemilikan dan data di internet saat ini, berikut adalah tiga hal yang dapat kita lakukan bersama untuk mengambil kembali kendali, untuk bersama-sama memastikan bahwa Metaverse dan Web3 tetap ‘dari orang-orang, oleh orang-orang, untuk orang-orang’,” kata Kwan, dikutip dari kanal Youtube TEDx Talks pada Rabu (21/6/2023).

        Pertama, ia melihat perlunya mendemokratisasi penciptaan Web3 agar kepemilikan data dan informasi tidak dimonopoli oleh orang tertentu saja. Ia mencontohkan seperti sistem Scratch yang diluncurkan pada tahun 2007, sistem ini membantu agar 80 juta pelajar dapat mengakses penciptaan program komputer.

        “Hal pertama yang harus kita lakukan bersama adalah mendemokratisasi alat penciptaan. Diluncurkan pada tahun 2007 dari MIT, Scratch adalah bahasa pemrograman visual yang telah memberdayakan lebih dari 80 juta pelajar untuk membuat program komputer, termasuk beberapa game yang sangat canggih. Ini sangat mudah untuk semua orang, termasuk anak-anak berusia lima tahun. Sehingga siapa pun, bukan hanya pemrogram, dapat membuat untuk Web3,” jelasnya.

        Sementara yang kedua, ia mengatakan pentingnya memastikan Web3 agar tetap terbuka, terakses, dan terhubung oleh semua orang. Misalnya pada Web1, sistem tautan (link) membantu pengguna dalam mengakses apa pun dan di mana pun yang mereka mau. Dengan demikian, perlu adanya konsep semacam ini pada Web3.

        “Hal kedua yang perlu kita lakukan bersama adalah untuk menjaga hal-hal terbuka dan terhubung. Metaverse dan Web3 hanya akan berbasis ‘dari orang-orang, oleh orang-orang, untuk orang-orang’, jika tetap terbuka dan terhubung. Pada Web1, Tim Berners-Lee telah memahami gagasan tentang sistem link sehingga seluruh Web menjadi sistem tempat pengguna dapat mengeklik ke mana pun mereka mau. Pembuat situs web dapat merekomendasikan konten apa pun yang mereka inginkan kepada audiens sehingga menciptakan ekosistem yang terbuka dan terhubung di mana banyak banyak orang dan bisnis dapat berkembang. Kita membutuhkan sesuatu yang serupa untuk metaverse,” bebernya.

        Lebih lanjut, yang ketiga, cara untuk membantu pengembagan Web3 adalah dengan ikut gerakan. Sistem blockchain saat ini sudah semakin marak digunakan untuk tujuan dan gerakan sosial.

        “Terakhir, kami ingin mengundang Anda dengan tulus untuk bergabung dengan gerakan kami untuk memanfaatkan Web3 dan Metaverse demi kebaikan. Tetapi Anda bahkan dapat menggunakan blockchain untuk hal-hal fantastis lainnya, seperti untuk kebaikan sosial dan untuk tujuan sosial,” ujarnya.

        Misalnya, ia mencontohnya Project Connect yang dirancang oleh UNICEF dan ITU untuk meningkatkan konektivitas internet bagi sekolah-sekolah di seluruh dunia. Dengan transparansi sistem blockchain, pengguna dan donatur dapat memantau dana yang digunakan dalam keberlangsungan proyek tersebut.

        Project Connect adalah sesuatu yang dibuat oleh UNICEF bersama ITU untuk meningkatkan konektivitas internet bagi sekolah yang membutuhkan di seluruh dunia. Proyeknya berhasil. Proyek tersebut memetakan konektivitas waktu nyata dari setiap sekolah yang berpartisipasi ke internet, dan menyimpan informasi itu di blockchain publik. Hal ini menciptakan transparansi bagi para donor, di satu sisi, dan akuntabilitas untuk penyedia layanan internet, di sisi lain, bersama-sama memastikan bahwa setiap orang melakukan pekerjaan mereka dengan benar,” tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Novri Ramadhan Rambe
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: