Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pakar IT: Apa Pun di Web3 Butuh Blockchain karena Kita yang Miliki Data Semuanya

        Pakar IT: Apa Pun di Web3 Butuh Blockchain karena Kita yang Miliki Data Semuanya Ilustrasi: Wafiyyah Amalyris K
        Warta Ekonomi, Depok -

        Web3 diproyeksikan dapat menjadi masa depan internet dengan jangkauan yang lebih luas dan tak terbatas. Pada dasarnya, Web3 adalah generasi ketiga dari evolusi web yang berbasis blockchain dengan sistem yang terdesentralisasi.

        Dalam Web3, sebuah situs web akan mampu memproses segala bentuk informasi dengan lebih cerdas dengan memanfaatkan teknologi, seperti machine learning, big data, DLT, dan lain sebagainya.

        Pakar informatika sekaligus CEO and Co-Founder of Cake DeFi, Julian Hosp menjelaskan bahwa Web3 merupakan penyempurnaan dari model internet sebelumnya, yaitu Web1 dan Web2. Pada model Web1, pengguna harus membayar kepada perusahaan penyedia untuk mengakses internet.

        Baca Juga: Tiga Cara Ini Pastikan Buat Web3 Jadi Model Internet Masa Depan Umat Manusia

        “Web1 adalah sesuatu yang kita semua mungkin telah digunakan secara ekstensif. Web1 adalah internet di mana kita adalah pengguna dan kita membayar untuk menggunakannya di berbagai negara yang memiliki penyedia yang berbeda, seperti AOL dan seterusnya. Hari ini banyak internet bekerja pada kita, jadi kita membayar biaya layanan untuk mengakses World Wide Web (WWW). Ini dimulai pada 1990-an, jadi lebih dari 30 tahun yang lalu dan telah menjadi hal penting di hidup kita,” kata Hosp, dikutip dari kanal Youtube TEDx Talks pada Kamis (22/6/2023).

        Sementara itu, pada Web2, pengguna adalah produk sehingga tidak perlu membayar buata layanan kepada perusahaan penyedia. Pengguna akan membuat konten agar dapat berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia. Dengan demikian, konten tersebut dapat diakses oleh perusahan penyedia.

        “Web1 berkembang menjadi Web2. Ini adalah seluruh bentuk jaringan media sosial. Di sini, kita tidak membayar untuk menggunakan layanan tersebut, kita benar-benar menjadi produk, kita membuat konten. Jadi kita membuat konten untuk menciptakan interaksi dan pengiklan lain membayar untuk mendapatkan akses ke data. Ini inilah yang dimulai pada 2000-an dan telah bersama kita melewati 15 sampai 20 tahun dengan baik,” jelasnya.

        Berbeda dengan Web2, internet Web3 berbasis pada kepemilikan data pribadi sehingga perusahaan penyedia tidak dapat mengakses data tersebut. Hal ini karena Web3 akan terintegrasi dengan sistem blockchain.

        “Sekarang kita telah melihat selama 10 tahun terakhir tren baru muncul, dan itu adalah Web3. Web3 adalah semua tentang kepemilikan, sehingga tidak hanya tentang menggunakan dan menciptakan, di mana kemudian perusahaan lain memiliki data kita. Ini cukup rumit karena kepemilikan data biasanya selalu membutuhkan pihak yang terpusat, membutuhkan perusahaan internet, membutuhkan media sosial,” bebernya.

        “Tapi di Web3 kitalah yang memiliki data semuanya. Bagaimana ini bekerja dengan baik, kuncinya di sini adalah blockchain. Apa pun di Web3 membutuhkan blockchain karena dalam blockchain itu Anda yang memiliki data Anda sendiri,” sambungnya.

        Hosp menjelaskan, sistem blockchain sebenarnya bukan berfokus pada kepemilikan data pribadi, melainkan bagaimana cara membuktikan bahwa data tersebut hanya dimiliki oleh pemilik.

        “Blockchain sebenarnya kebanyakan tentang membuktikan bahwa Anda tidak memiliki data lagi. Bayangkan seperti ini, jika Anda mengirim gambar Whatsapp ke seseorang, Anda masih memiliki gambar dan yang orang tersebut juga memiliki gambar yang sama. Jadi, siapa yang punya aslinya? Sekarang Anda bisa mengatakan ‘saya memiliki yang asli’, tapi tidak ada cara untuk membuktikan bagi Anda untuk memiliki gambar yang asli jika orang lain juga memiliki gambar Whatsapp yang sama,” paparnya.

        Dengan demikian, apabila pengguna sudah mengirim sebuat data kepada pengguna lain, maka pemilik data yang lama tidak lagi bisa mengakses data tersebut.

        “Di ruang blockchain, Anda bisa membuktikannya Anda mentransfer sesuatu kepada seseorang. Artinya, orang lain dapat membuktikan bahwa dia memiliki yang asli dan ini adalah bagian penting dan mutlak. Blockchain bukan tentang memiliki, melainkan membuktikan kepemilikan,” ujarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Novri Ramadhan Rambe
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: