Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Kevin Chandra Bangun Typedream, Startup ke-8 Berfokus ke Pasar Prosumer yang Lolos YC

        Kisah Kevin Chandra Bangun Typedream, Startup ke-8 Berfokus ke Pasar Prosumer yang Lolos YC Kredit Foto: Screenshot podcast Endgame dari Gita Wirjawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Co-founder dan CEO Typedream, Kevin Chandra, menceritakan awal mula perusahaan rintisan (startup) kedelapan itu yang fokus pada pembangun website (website builder). Startup yang lolos akselerator Y Combinator di Amerika Serikat (AS) ini terus berkembang.

        "Kami membangun banyak plugin untuk pembangun situs web di luar sana, seperti Wix, Squarespace, Shopify, Webflow. Kami menerima banyak permintaan dari orang-orang yang menginginkan autentifikasi di Notion, yang sebenarnya adalah aplikasi pencatatan," ujar Kevin. "Hal itu menarik minat kami," sambungnya, dikutip Sabtu (1/7/2023).

        Baca Juga: Startup Produsen Makanan Berprotein Green Rebel Siap Berekspansi ke Filipina dan Vietnam

        Typdream adalah pembelajaran dari proyek sebelumnya, yakni Cotter sebagai platform autentifikasi tanpa password yang membantu perusahaan untuk mengirim OTP, tautan email, dan sebagainya.

        Namun, Typedream fokus ke pasar prosumer, yakni pelanggan yang tidak mengetahui cara pemrograman, tetapi mereka memiliki bisnis dan biasanya memiliki website builders tanpa alat koding untuk menjalankan bisnisnya, dan membutuhkan platform autentifikasi untuk sign in atau masuk sebagai pengguna.

        Sempat lolos seleksi di akselerator startup Y Combinator, yakni akselerator yang sempat dimasuki pendiri Airbnb, Stripe, Reddit, Instacart, DoorDash, Coinbase, dan perusahaan besar lainnya, Kevin bercerita bahwa ia dan timnya hanya mencoba melamar. "Bagi kami, itu… sejujurnya, kami melamar saja," ceritanya.

        Menurutnya, mendaftar ke akselerator startup bagi mahasiswa Indonesia di AS adalah hal tidak biasa. Sebab, "Mereka sudah berasumsi seperti 'Kita tidak bisa bersaing dengan orang-orang ini'."

        Tantangan sempat muncul ketika Kevin dan tim saat mengajukan startup-nya ke Y Combinator. "Waktu kami melamar, kami bahkan tidak berpikir... Kalau kita ingin melakukan ini karena tidak bisa mengumpulkan (uang) dari investor, dan tidak ada yang percaya pada kita, sebaiknya kita ambil kesempatan saja. ini hanya sebuah aplikasi. Hanya perlu waktu 30 menit mengisi formulir. Jika mendapatkan panggilan wawancara, berarti hanya butuh waktu 10 menit dari mendapatkan pendanaan," cerita Kevin.

        'Kami tidak punya pilihan lain; tidak ada yang mau mendanai kami, dan perlu diingat, kami menggunakan visa pelajar. Jadi jika Anda tidak bekerja atau baru saja keluar dari pekerjaan Anda, Anda memiliki waktu sekitar 60 hari sebelum dideportasi ke luar negeri," tambahnya.

        "Kami sangat ingin melakukan ini, jadi kami butuh pendanaan sehingga kami bisa mengerjakan ini dengan serius. Jadi, kami daftar saja. Kami menunggu mungkin hampir sebulan setelah mengirimkan formulir, untuk mendapatkan email yang mengatakan 'Kalian mendapat panggilan wawancara'. Waktu kami menerima email itu, kami seperti, 'Wah, oke!'," cerita Kevin.

        Saat itu, tidak ada 10 perusahaan yang didirikan oleh orang Indonesia di Y Combinator. Terlebih, Kevin berpikir, ketika Kevin dan tim gagal, seluruhnya akan kehilangan pekerjaan. Sebaliknya, Kevin dan timnya justru lolos seleksi berkat kesolidan tim dalam waktu lama.

        'Saya rasa hal yang paling mereka hargai yang diajarkan YC kepada kami setelah kami diterima adalah bahwa ini bukan tentang ide yang dikerjakan karena ide bisa berubah. Jadi, filosofi mereka dalam berinvestasi adalah mereka berinvestasi pada orang dan tim, bukan pada idenya," jelas Kevin.

        Baca Juga: CEO Startup Dagangan Buka-bukaan Rahasia di Balik Lonjakan Pendapatan 44%

        "Idenya bisa saja lemah, tetapi selama fondasi tim pendiri benar-benar kuat, jika mereka melihat bahwa Anda telah bekerja sama dalam waktu yang sangat lama, melewati semua kesulitan bersama, itulah perusahaan yang akan berhasil," ujarnya.

        Kevin menceritakan perjalanan Typedream di siniar (podcast) Endgame dari Gita Wirjawan berjudul Indonesians Cracking the Code of Silicon Valley. Di sela-sela sesi tersebut, Kevin menyebutkan, "[kondisi] Pasar selalu bisa berubah, tetapi tim harus benar-benar solid."

        Kevin dan tim yang beruntung ini lolos Y Combinator karena pihak akselerator menyukai tim tersebut, kemudian diterima. Hubungan Typedream dengan Y Combinator berlangsung di akhir tahun 2019 ketika Kevin dan timnya masuk ke akselerator tersebut.

        "Kami memulai program ini di awal tahun 2020, jadi kira-kira sudah tiga tahun," tutup Kevin. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: