Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Karyawan di Berbagai Negara Pilih Digaji dengan Kripto di Tengah Ketidakstabilan Ekonomi

        Karyawan di Berbagai Negara Pilih Digaji dengan Kripto di Tengah Ketidakstabilan Ekonomi Kredit Foto: Unsplash/Jeremy Bezanger
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menurut para eksekutif HR, ketidakstabilan di beberapa mata uang menjadikan stablecoin seperti USDC menjadi pilihan yang lebih menarik untuk penggajian.

        Para eksekutif di bidang HR berpendapat bahwa ketegangan dalam politik dan ekonomi di seluruh dunia menjadikan beberapa orang lebih memilih untuk menerima gaji mereka dalam bentuk mata uang kripto seperti Bitcoin (BTC).

        Dalam beberapa tahun terakhir, porsi gaji yang diambil dalam bentuk mata uang kripto dan stablecoin semakin meningkat. Menurut Michael Brooks, co-founder dan CEO goLance, tren ini tidak hanya dipelopori oleh atlet terkemuka dan politikus, namun juga oleh masyarakat umum yang ingin berlindung dari ketidakstabilan ekonomi.

        Baca Juga: Produk Investasi Kripto Alami Arus Masuk Mingguan Terbesar Sejak Juli 2022

        Melansir laman Cointelegraph, Senin (3/6/2023), ia juga mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi peningkatan tren gaji kripto ini, di antaranya adalah meningkatnya pengakuan bahwa kripto telah menjadi metode pembayaran yang sah, pertumbuhan edukasi, dan perkembangan teknologi baru.

        “Ketidakstabilan politik, hiperinflasi, atau keterbatasan sistem keuangan yang dialami beberapa negara menyebabkan kripto digunakan sebagai alternatif untuk melakukan transaksi,” tambahnya.

        Dan Westgarth, COO Deel, mengatakan bahwa para pekerja di dunia mulai membicarakan gaji mereka dalam bentuk kripto sebagai respons terhadap ketidakstabilan politik dan ekonomi.

        Ia menambahkan bahwa Karibia menggunakan kripto sebagai alternatif pembayaran gaji karyawan karena sistem perbankan yang sudah kuno, di mana sering kali terjadi penundaan pembayaran. Selain itu, penggunaan kripto juga dapat menghindari biaya tambahan penarikan perbankan.

        Negara-negara yang didukung Deel untuk penggajian kripto ialah Amerika Latin menjadi negara dengan persentase terbesar yakni 54% sebagai negara yang melakukan penarikan kripto di periode Januari sampai Mei 2023.

        Kemudian disusul oleh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika dengan persentase 38%. Sementara negara-negara di Asia-Pasifik secara kolektif menyumbang kurang dari 10% dari semua penarikan kripto.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ni Ketut Cahya Deta Saraswati
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: