Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bertemu di G20 India, Indonesia-Jepang Jajaki 4 Kerja Sama di Bidang Ketenagakerjaan

        Bertemu di G20 India, Indonesia-Jepang Jajaki 4 Kerja Sama di Bidang Ketenagakerjaan Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) RI, Ida Fauziyah, melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, Katsunobu KATO, di sela-sela menghadiri Presidensi G20 India.

        Dalam pertemuan itu, Ida membahas empat isu di bidang ketenagakerjaan. Pertama, terkait penugasan labour policy advisor (penasihat kebijakan ketenagakerjaan) di Kemenaker. Ida menyampaikan bahwa kehadiran Labour Policy Advisor dari Jepang sangat penting dalam mendukung pengembangan ketenagakerjaan di Indonesia.

        Baca Juga: Menaker Ida Ungkap Pendekatan Indonesia terhadap Tiga Isu Prioritas G20 India

        "Beberapa manfaat yang diterima, yaitu seperti update informasi mengenai regulasi dan kebijakan ketenagakerjaan Jepang dan peningkatan kapasitas SDM Kemenaker melalui pengembangan program Sharoushi di Indonesia," ungkapnya, dikutip Sabtu (22/7/2023).

        Ia juga mengatakan bahwa Labour Policy Advisor telah memberikan informasi kerja sama yang melibatkan bidang ketenagakerjaan dengan organisasi pemerintah Jepang lainnya, seperti Japan External Trade Organization (JETRO).

        Ida berharap, di masa yang akan datang penugasan Labour Policy Advisor dapat membantu dalam melakukan mediasi dan mengakselerasi kerja sama dengan Pemerintah Jepang, khususnya terkait program ketenagakerjaan yang inklusif dan berkelanjutan.

        Kedua, penerapan technical intern training program (pemagangan) di Indonesia. Ia mengatakan, program pemagangan telah berkontribusi secara signifikan dalam peningkatan kualitas dan kompetensi angkatan kerja Indonesia.

        Menurutnya, masyarakat Indonesia, khususnya angkatan kerja mudanya memiliki minat yang tinggi untuk berpartisipasi dalam program ini. Selain itu, jumlah permintaan perusahaan Jepang akan peserta pemagangan asal Indonesia juga cukup tinggi.

        "Hal ini terlihat dalam 10 tahun terakhir di mana jumlah peserta pemagangan tiap tahunnya cenderung meningkat. Pada tahun 2022 lalu saja, setidaknya terdapat 6.755 peserta. Keberhasilan lain dari program ini adalah penghargaan yang diterima oleh IKAPEKSI dari Duta Besar Jepang untuk Indonesia pada bulan April lalu," ucapnya.

        Ketiga, digital labour inspection (digitalisasi pengawasan ketenagakerjaan). Menaker menyampaikan bahwa salah satu isu penting saat ini, yaitu just transition (penyelesaian suatu masalah dengan transisi berkeadilan) yang berimplikasi pada perlunya percepatan adaptasi digitalisasi pada pengawasan ketenagakerjaan termasuk pada aspek K3 di tempat kerja.

        "Digitalisasi pengawasan ketenagakerjaan menjadi salah satu opsi prioritas yang dapat memenuhi kebutuhan data yang akurat dan mengoptimalkan kinerja pengawas ketenagakerjaan," tutur Ida.

        Dia menyampaikan bahwa pihaknya mendengar informasi tentang Pemerintah Jepang yang telah menerapkan sistem pengawasan ketenagakerjaan secara digital. Atas hal tersebut, Ida menyampaikan keinginannya bekerja sama dalam hal pengembangan teknologi digital pengawasan ketenagakerjaan serta benchmarking penggunaan teknologi untuk optimalisasi proses pengujian K3/OSH di tempat kerja.

        Baca Juga: Hadiri G20 India, Kemenaker Singgung Kesenjangan Skill Hingga Perlindungan Sosial

        Keempat, pengembangan kapasitas SDM di bidang ketenagakerjaan. Ia menyampaikan keinginannya menjalin kerja sama dalam hal pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia bagi pegawai Kemenaker, khususnya yang bertugas sebagai Public Employment Service Officers, Mediator, Labour Inspector, serta Instruktur di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kemenaker.

        Pihaknya juga bermaksud untuk bekerja sama dalam peningkatan kapasitas pegawai Kemenaker melalui pelatihan, seminar, benchmarking atau comparative study yang berkaitan dengan jaminan sosial di masa Silver Aging Population, mengingat saat ini Jepang sedang menghadapi situasi tersebut.

        "Pelatihan tersebut kami perlukan, terutama untuk posisi seperti aktuaria, analis jaminan sosial, dan jabatan lain yang mendukung kebijakan ketenagakerjaan," tandas Ida.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Alfida Rizky Febrianna
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: