Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Obat Modern Asli Indonesia (OMAI): Inovasi Cemerlang dalam Industri Farmasi Indonesia

        Obat Modern Asli Indonesia (OMAI): Inovasi Cemerlang dalam Industri Farmasi Indonesia Kredit Foto: Unsplash/Amanda Jones
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia terus menunjukkan potensinya sebagai negara dengan industri farmasi yang semakin maju. Salah satu bukti nyata dari kemajuan ini adalah hadirnya Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), sebuah inovasi cemerlang dalam dunia kesehatan yang diproduksi dan dikembangkan sepenuhnya di Indonesia.

        OMAI bukan hanya obat baru, tetapi juga merupakan tonggak penting dalam pengembangan ilmu farmasi nasional yang mampu bersaing di tingkat global.

        Farmakolog Molekuler Dexa Group dan Unika Atma Jaya yang merupakan pelopor pengembang OMAI, Prof. Raymond Tjandrawinata mengatakan bahwa obat modern Indonesia menggunakan bahan tanaman asli Indonesia yang sudah diriset secara modern dengan molekul farmakologi.

        Baca Juga: Peran Staf Admin dalam Tingkatkan Efisiensi Kerja dan Inovasi Berbasis Teknologi

        “Obat Modern Asli Indonesia atau OMAI adalah obat bahan alam yang berasal dari tanaman asli Indonesia. Teruji secara ilmiah dan farmasetika modern serta telah memperoleh status sebagai Obat Herbal Terstandar (OTH),” ujar Raymond, dikutip dari kanal Youtube Prof. Rhenald Kasali pada Kamis (27/07/2023).

        Dalam dunia farmasi, dokter Indonesia sedang mencari obat yang memiliki Evidence Based Medicine level 1 atau obat yang sudah dilakukan proses secara statistik dan dilakukan uji klinis. 

        “Kalau di Fakultas Kedokteran kan diajari Evidence Based-nya level berapa. Dari 5 sampai 1 yang paling banyak dicari adalah obat-obatan yang mengandung Evidence level 1, yang artinya secara statistik sudah dilakukan uji klinis teracak secara random, ditambah dengan sistematika review-nya dan ada meta analisisnya,” terangnya.

        Dalam pembuatan OMAI, Raymond menghadapi beberapa tantangan dalam mengembangkan dan menciptakan terobosan-terobosan baru dalam bidang kesehatan. Baginya, berinovasi dan menemukan pasar adalah tantangan yang penting untuk diselesaikan.

        “Tantangan yang pertama adalah tiap inovasi harus punya ide yang baik dan diterima oleh pasar. Kami juga mempunyai market, yaitu para dokter. Jadi, para dokter harus bisa meresepkan obat-obatan. Yang cukup pentingnya lagi, kita harus melakukan market survey dan lain-lain. Kalau sudah jadi obatnya, tantangan berikutnya adalah siapa yang akan membeli dan siapa yang akan membayar,” tegas Raymond.

        Sebagai obat yang diproduksi di Indonesia, OMAI telah melalui serangkaian uji klinis yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Sayangnya, penggunaan OMAI masih belum banyak ditemukan di pasaran karena masih sedikit dokter yang meresepkan obat tersebut.

        “Saat ini, penggunaan Obat Modern Asli Indonesia masih belum dipasarkan secara terbuka karena para dokter masih belum banyak meresepkan,” jelasnya.

        Sebagai obat yang terjangkau dan efektif, OMAI berkontribusi pada peningkatan akses kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Dengan hadirnya OMAI, pengobatan untuk berbagai penyakit menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi.

        Oleh karena itu, penting adanya edukasi tentang obat herbal berbahan alami ini kepada masyarakat dan instansi pendidikan.

        “Instansi pendidikan harus melakukan banyak seminar dan menjadikan kurikulum pengajaran tentang obat herbal dan bahan alam. Tantangan ini juga sudah kami lakukan dan pemerintah dalam ini juga harus menyosialisasikan bersama dengan industri, bagaimana para dokternya juga bisa meresepkan di dalam Fasilitas Kesehatan mereka,” pungkasnya.

        Baca Juga: Phapros Bukukan Pertumbuhan 14,9 Persen di Sektor Produk Obat Bermerek pada Semester I/2023

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nevriza Wahyu Utami
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: