Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Dapur Cokelat Berkembang dengan Tjufoo, CEO: Mereka Bantu Kami Jadi Data-Driven

        Dapur Cokelat Berkembang dengan Tjufoo, CEO: Mereka Bantu Kami Jadi Data-Driven Kredit Foto: Dapur Cokelat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan legenda cokelat dan kue selama 22 tahun, Dapur Cokelat mengalami perkembangan pesat usai tumbuh bersama dan diakuisisi oleh Tjufoo, sebuah perusahaan rintisan (startup) agregator merek (brand aggregator). Apa saja perkembangannya?

        CEO Dapur Cokelat, Silvano Christian mengatakan bahwa mulanya Dapur Cokelat adalah perusahaan keluarga, yang banyak bekerja berbasis intuisi dan data (dalam jumlah tertentu). Ia mengakui, usai bergabung dengan Tjufoo, perusahaan legendaris ini mendapatkan eksposur untuk mengimplementasikan data untuk memahami pelanggan.

        “Pertama, kami mendapatkan eksposur buat mulai pindah, mungkin dulu kami pakai intuisi saja, tapi sekarang kami menerapkan keputusan berbasis data secara penuh, … untuk menganalisa pengambilan keputusan dari semua lini yang ada di Dapur Cokelat,” ujar Silvano kepada Warta Ekonomi dalam wawancara daring pada Jumat (1/9/2023). 

        Baca Juga: Berhasil Lewati Pandemi Covid-19, Ini Langkah Dapur Cokelat Sambut Paruh 2023

        Di samping itu, Silvano dan tim Dapur Cokelat kini mulai menghadapkan diri dengan melakukan riset pasar untuk mengumpulkan data. Alhasil, perusahaan dapat melihat kebutuhan pelanggan.

        “Kan belum terlalu lama kita join Tjufoo, tapi kami telah merasakan dampak yang mereka lakukan dengan membantu kami bergeser ke perusahaan yang mengambil keputusan berbasis data (data-driven company),” pungkas Silvano.

        Beberapa waktu lalu, CEO Dapur Cokelat sempat masuk jajaran Forbes 30 Under 30 Asia tahun 2023 karena bisnis direct-to-consumer di sektor kuliner cokelat dan olahannya.

        Silvano juga sempat menjelaskan, perusahaan tengah memperluas titik penjualan (delivery points) yang mulanya di dekat area perumahan berkembang ke area perkantoran, khususnya di area Sudirman Central Business District (SCBD), Thamrin, dan Bendungan Hilir.

        Banyak menggunakan cokelat lokal, kini Dapur Cokelat tengah beradaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen yang sebelumnya banyak memesan makanan secara daring (online) menjadi ke lokasi toko secara langsung (offline). 

        Baca Juga: Bappenas Ungkapkan Tujuh Tantangan UMKM Naik Kelas, Apa Saja?

        “Kami ada shift strategi di tahun ini untuk bagaimana membuat pelanggan tidak hanya nyaman datang ke outlet kami, tapi juga ke titik penjualan (delivery points), yang mungkin pembeli daripada jauh-jauh ke outlet, kami punya titik untuk pickup lah,” tutup Silvano. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: