Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bappenas Ungkapkan Tujuh Tantangan UMKM Naik Kelas, Apa Saja?

Bappenas Ungkapkan Tujuh Tantangan UMKM Naik Kelas, Apa Saja? Kredit Foto: Nadia Khadijah Putri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Pengembangan UMKM dan Koperasi Bappenas, Ahmad Dading Gunadi mengungkapkan terdapat tujuh tantangan untuk membantu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia, di antaranya perubahan struktur demografi, peluang usaha baru dan pergeseran perilaku konsumen, urbanisasi, pergeseran pola kerja dan gig economy, perkembangan teknologi, perkembangan perusahaan rintisan (startup), hingga perubahan iklim dan bencana. Bagaimana detailnya? 

Dading mengungkapkan, tujuh tantangan ini kerap dihadapi UMKM di tengah ketidakpastian makroekonomi ini. Pertama adalah perubahan struktur demografi.

“Ini sekarang negara kita sudah masuk ke dalam era bonus demografi. Kalau tidak dimanfaatkan, kita semua akan gagal nanti setelah berakhirnya bonus demografi,” ujar Dading di acara Kemitraan Strategis untuk Masa Depan Digital yang dihelat Mastercard dan Mercy Corps Indonesia di Kuningan, Jakarta, Kamis (31/8/2023). 

Baca Juga: Mercy Corps Indonesia dan Mastercard Bersinergi, Dorong UMKM Bisa Naik Kelas

Karena itu, Dading mengusulkan agar populasi penduduk berusia produktif di Indonesia harus diperkuat, agar usai mencapai masa bonus demografi, negara sudah siap.

“Perubahan struktur demografi harus diantisipasi, termasuk dengan populasi menua, kita akan hadapi ke depan. Itu kan sudah dialami seperti negara Jepang, Korea, dan negara-negara maju sudah menghadapi aging population,” tambah Dading. 

Kedua adalah adanya pertumbuhan peluang usaha baru dan pergeseran perilaku konsumen. Menurut Dading, peluang usaha baru akan muncul, sementara yang lama akan hancur, bahkan tidak tumbuh lagi.

“Dinamika UMKM tidak hanya pelaku usaha-usaha yang sudah ada, konvensional, tetapi memunculkan peluang usaha, model bisnis yang baru yang mungkin tidak hari ini kelihatan. Namun, berusaha terus untuk mencari peluang-peluang dan model bisnis yang baru,” ujar Dading. 

Lantas dari segi perilaku konsumen, terjadi pergeseran, terutama ketika masa pandemi COVID-19 yang mengubah perilaku tersebut.

“Sekarang pembeli senang melihat layar, melihat dari gawai, untuk melakukan proses pembelian,” imbuhnya. Dading menambahkan perilaku konsumen cenderung mengarah ke gaya hidup sehat seperti konsumsi makanan sehat, berolahraga, menurunkan berat badan, dan sejenisnya.

“Ini kita semua sikapi, ada perubahan-perubahan perilaku konsumen, bagaimana [untuk] UMKM ini peluang, jangan dianggap sebagai kendala, ini peluang. Bagaimana memanfaatkan perilaku konsumen yang berubah?” jelas Dading.

Ketiga adalah urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Menurut Dading, wilayah perkotaan semakin maju, namun banyak desa yang kosong.

Ditambah lagi dengan adanya tantangan keempat, yakni pergeseran pola kerja dan perusahaan, termasuk gig economy, yang meningkatkan urbanisasi tersebut. Urbanisasi ini kebanyakan melibatkan kelompok milenial dan generasi Z, yang menurut Dading, mereka tidak ingin ada suatu ikatan dengan perusahaan dan bekerja lebih fleksibel.

“Ada mungkin sifat kontrak [kerja] tidak terlalu jangka panjang untuk bekerja, atau mereka bisa bekerja di mana saja. ini harus disikapi, UMKM juga seperti itu,” ujar Dading. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: