Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        UMKM Perempuan Enggak Boleh Diremehkan: Bisa Jadi Tulang Punggung Ekonomi di ASEAN

        UMKM Perempuan Enggak Boleh Diremehkan: Bisa Jadi Tulang Punggung Ekonomi di ASEAN Kredit Foto: Alfida Rizky Febrianna
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Arsjad Rasjid mengungkapkan bahwa ternyata perempuan pengusaha di ASEAN menghadapi lebih banyak masalah dibandingkan laki-laki dalam memulai dan menjalankan usaha. Padahal pelaku UMKM di kawasan ASEAN lebih banyak dari kaum perempuan.

        Terdapat sekitar 64 juta pengusaha di Indonesia, yang mana 37 juta usaha tersebut dikelola oleh perempuan. Kontribusi UMKM sebesar 60,51% bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, menyerap 96,92% tenaga kerja, serta menyumbang 15,65% ekspor non migas

        Baca Juga: PLN UIP JBT Beri Pelatihan UMKM Bagi Warga di Sekitar Proyek PLTA Cisokan

        “Hal ini membuktikan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian, namun kebijakannya tidak selalu menargetkan kebutuhan khusus perusahaan dan pendiri yang dipimpin perempuan,” kata Arsjad Rasjid, pada pembukaan ASEAN Women CEO Forum di Hotel Sultan, Jakarta, dikutip Senin (4/9/2024).

        Arsjad menilai, perempuan belum diberikan akses yang sama kepada otoritas pengambilan keputusan dan kepemimpinan yang tidak hanya akan bermanfaat bagi kesejahteraan mereka, namun juga memungkinkan mereka berkontribusi terhadap kemajuan dan inklusivitas regional.

        Padahal pemangku kepentingan bisnis dan pengusaha memainkan peran penting dalam pengembangan dan kesejahteraan masyarakat. Adanya kesenjangan gender menyebabkan hilangnya pendapatan sebesar 30% dan kerugian rata-rata sebesar 17,5% bagi suatu negara dalam jangka panjang.

        Sementara itu, Ketua ASEAN Women Entrepreneurs Network (AWEN), Dyah Anita, dalam sambutannya mengatakan meski perekonomian global perlahan pulih dari pandemi Covid-19, perempuan masih mengalami kesulitan dan menghadapi banyak hambatan untuk mencapai puncak posisi manajerial.

        Baca Juga: Ciptakan Lapangan Kerja Baru, Sandiaga Uno Dorong Pemberdayaan UMKM di Belitung Timur

        Menurut dia, jumlah pemimpin perempuan lebih sedikit dibandingkan laki-laki, yakni hanya 5 persen untuk posisi senior manajemen. Hambatan seperti diskriminasi gender membuat perempuan sulit mencapai posisi ini.

        Selain diskriminasi gender, hambatan lainnya adalah pekerjaan ganda dan tanggung jawab rumah tangga yang dilakoni perempuan.

        "Kendala lainnya adalah kurangnya peluang berjejaring, kurangnya panutan perempuan, dan perempuan di bidang STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika). Semoga forum ini dapat menghubungkan pengusaha perempuan untuk mempromosikan nilai-nilai ekonomi ASEAN," kata Dyah.

        Baca Juga: Dukung AIPF 2023, BRI Terus Tingkatkan Pembiayaan & Pemberdayaan UMKM Naik Kelas

        Lebih lanjut, Arsjad menjelaskan, ASEAN Women CEO Forum, dipimpin oleh ASEAN-BAC sebagai penyelenggara dan ASEAN Women Entrepreneurship Network (AWEN) sebagai co-host, dengan tujuan meningkatkan komitmen mendorong pengembangan kewirausahaan perempuan dan pemberdayaan ekonomi dalam rangka pemulihan daerah dari pandemi Covid-19, serta transformasi digital transformatif dan pendidikan transformatif.

        “ASEAN Women CEO Forum memantapkan peran strategis perempuan dalam dunia bisnis dan kewirausahaan ASEAN. Forum ini juga akan berfungsi sebagai platform interaktif rekan-rekan untuk maju dan berbagi ide dalam membangun masyarakat lebih berkelanjutan, inklusif, adil, dan masa depan ASEAN yang lebih tangguh," ungkap Arsjad.

        Dia menjelaskan, pembangunan ekonomi yang dilakukan para pemangku kepentingan dunia usaha dan pengusaha tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tetapi juga memperbaiki kondisi ekonomi perempuan, serta meningkatkan pendidikan perempuan dan meningkatkan kesadaran akan inferioritas perempuan dalam dunia usaha sehingga mendorong tindakan perbaikan.

        Perempuan secara tidak proporsional menanggung dampak negatif pandemi ini dalam hal pengangguran, hilangnya pendapatan, kegagalan bisnis, peningkatan risiko kekerasan dalam rumah tangga, dan meningkatnya tanggung jawab rumah tangga dan perawatan yang tidak dibayar. Standar sosial dan gender ini terus berlanjut menonjol di wilayah ini, khususnya di daerah pedesaan.

        Baca Juga: Optimalisasi Teknologi Digital, Program Pembinaan UMKM Peruri Digital Entrepreneur Academy Level 2 Digelar

        “Oleh karena itu, melawan terbatasnya partisipasi, norma budaya dan konstruksi sosial mengenai ketidaksetaraan gender di ASEAN masih mungkin untuk dicapai di wilayah tersebut dan oleh karena itu diperlukan perubahan yang signifikan dalam sistem pendidikan dasar," tutur Arsjad.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Alfida Rizky Febrianna
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: