Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Cuma Butuh Kotoran Ternak, Energi Terbarukan Begitu Diminati Masyarakat Kaltim

        Cuma Butuh Kotoran Ternak, Energi Terbarukan Begitu Diminati Masyarakat Kaltim Kredit Foto: Laras Devi Rachmawati
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Implementasi energi baru terbarukan (EBT) di berbagai wilayah di Indonesia mulai digencarkan tak terkecuali di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

        Dalam kunjungan Warta Ekonomi di Desa tersebut, Sekretaris Desa Mulawarman Bambang Irawan mengatakan saat ini desa tersebut memiliki luas wilayah 16.500 km persegi yang terdiri dari tiga kepala dusun dan 750 Kepala Keluarga (KK).

        Baca Juga: Menjelang IETD 2023, IESR dan ICEF Siap Dorong Transisi Energi Indonesia di Sektor Ketenagalistrikan

        Bermula saat lahan pertanian Desa tersebut didominasi oleh kegiatan tambang, Pemerintah Provinsi Kaltim melalui Dinas ESDM akhirnya memberikan bantuan peternakan sapi pada 2020 silam.

        Dalam pengembangan pemanfaatannya, peternakan sapi tersebut justru sukses menekan pembelian gas elpiji dan menghemat pengeluaran masyarakat karena mampu menggunakan kotoran ternak sebagai bahan bakar alternatif atau biogas untuk memasak.



        “Sejak dibantunya kami dalam perangkat biogas ini, masyarakat kami merasa terbantu. Jadi harapan kami dengan adanya kunjungan ini menjadi salah satu pelopor semangat warga kami untuk berkecimpung di biogas ini,” ungkap Bambang Irawan, belum lama ini.

        Lebih lanjut, Bambang mengungkapkan bantuan alat biogas ternak yang saat ini dimiliki oleh Desa Mulawarman sebanyak 20 unit.

        Baca Juga: Semakin Serius, Begini Jurus Transisi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission

        Sarifudin, salah satu warga yang sukses memanfaatkan biogas ternak untuk memenuhi kebutuhan dapurnya mengatakan tidak ada kesulitan berarti dalam pemanfaatan kotoran ternak tersebut.

        Proses pemasangan dan alat biogas ternak

        Dalam pemasangan alat biogas, lahan yang sudah ditentukan harus terlebih dahulu digali dengan ukuran 2x2 meter yang biasanya akan dipasangkan oleh tenaga ahli. Satu set alat yang diberikan pemerintah terdiri dari tabung penampung sisa kotoran sapi, kompor dan penanak nasi.

        Baca Juga: Kunci Emas Stakeholder-Industri Wujudkan Ketahanan Energi di Indonesia, Ternyata

        Cara pengolahan kotoran ternak menjadi biogas

        Pertama-tama kotoran dari ternak sapi akan dihancurkan dan diberi air. Setelah itu, kotoran akan masuk dalam alat biogas yang mampu menghisap gas metana dan memisahkan sisa kotoran ke bak penampungan selanjutnya. Gas yang sudah dihasilkan bisa langsung digunakan atau dishpan dalam alat biogas tersebut dan bisa digunakan sesuai kebutuhan.



        Harapan masyarakat Desa Mulawarman

        Sarifudin mengatakan, pihaknya ingin lebih diberi perhatian terkait alat biogas dengan kualitas yang lebih baik. Menurutnya, alat biogas seperti kompor terbuat dari stainless yang mudah berkarat.



        “Saya kendalanya cuma kompor aja sering kotor. Minta dibantu lagi supaya di kompornya yang bagus gitu loh, karena stainless kan mudah berkarat,” ungkapnya.

        Ditemui di tempat yang sama, Elly Luchritia Nova selaku Kepala Bidang Energi Baru Terbarukan Dinas ESDM Provinsi Kaltim mengatakan bahwa potensi peternakan sapi sebagai bahan baku biogas di Kaltim tertinggi terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara  sebanyak 18.480 ternak sapi, kemudian Kutai Barat sebanyak 7.151 ternak sapi.

        Baca Juga: Dari Minyak hingga Gas, Keterjangkauan Energi Menjadi Kunci Indonesia Maju

        Sementara biogas yang dibangun pemerintah provinsi sebanyak 140 unit di Kutai Kartanegara, 152 di Penajam Paser Utara, 125 unit di Kutai Timur, 41 unit di Paser, 40 unit di Kubar, dan 16 unit di Berau,” kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Laras Devi Rachmawati
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: