Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Semakin Serius, Begini Jurus Transisi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission

Semakin Serius, Begini Jurus Transisi Energi Indonesia Menuju Net Zero Emission Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia telah memetakan langkah serius untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Road map yang dikeluarkan oleh Kementerian Sumber Daya Manusia dan Investasi (Kementerian SDM) ini menggambarkan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas secara drastis.

Direktur Konservasi Energi di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gigih Udi Atmo, menjelaskan bahwa kelancaran dan kesuksesan transisi energi ini perlu dukungan semua pihak termasuk masyarakat umum. Oleh karena itu, proses penyusunan transisi energi juga perlu memperhatikan aspek inklusivitas.

“Urgensi pentingnya memastikan bahwa transisi energi ini adalah sifatnya just transition, meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat dan juga mendorong tetap tumbuhnya ekonomi Indonesia. Sesuai dengan narasi harapan-harapan kita, misalnya nanti di tahun 2045, kita sudah dapat mencapai Indonesia emas. Menjadi negara maju ini salah satu strateginya adalah bagaimana kita menyiapkan transisi energi di Indonesia,” jelas Gigih dalam forum Media Briefing yang dikutip dari kanal Youtube IESR Indonesia pada Kamis (14/09/2023).

Baca Juga: Ketua Umum METI: Indonesia Targetkan Capai Net Zero Emission di Tahun 2060

Gigih menjelaskan beberapa strategi penting yang akan membantu Indonesia mencapai NZE, salah satunya adalah elektrifikasi.

“Ini mencakup peralihan ke kendaraan listrik (EV), penggunaan kompor induksi, dan elektrifikasi dalam sektor pertanian, yang semuanya akan membantu mengurangi emisi gas buang,” ujarnya. 

Selain itu, penggunaan energi terbarukan, baik dalam jaringan offgrid maupun ongrid, serta pemakaian Bahan Bakar Nabati (BBN), akan menjadi langkah penting dalam mengurangi emisi. 

“Pengembangan sumber energi baru seperti hidrogen dan amonia akan mendukung diversifikasi sumber daya energi,” imbuhnya.

Gigih menekankan pentingnya pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga air, dan panas bumi, yang akan memerlukan perluasan jaringan untuk mengakomodasi produksi energi terbarukan ini. 

Integrasi energi terbarukan ini dapat membantu memenuhi permintaan listrik di pulau Jawa dan mengoptimalkan sumber daya yang melimpah di wilayah Sumatera.

“Konektivitas melalui ekspansi jaringan (grid) menghubungkan pusat beban dengan sumber energi terbarukan akan sangat strategis ke depan. Yang paling bisa dilaksanakan pada waktu dekat adalah interkoneksi antara Pulau Sumatera dan dan Pulau Jawa,” tutur Gigih.

Tindakan ini bertujuan untuk mengaktifkan penggunaan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga air, dan panas bumi yang tersedia di Sumatera, sehingga dapat memenuhi permintaan pasokan listrik di pulau Jawa.

“Pasokan listrik di Jawa juga bisa digunakan sebagian melistriki sumber demand yang ada di Sumatera. Jadi, pertukaran daya, keseimbangan energi antara dua jaringan paling besar di Indonesia ini bisa dioptimalkan,” tambahnya lagi.

Adapun, dukungan internasional juga akan memainkan peran penting untuk mencapai target NZE. Dukungan tersebut dapat berupa hibah atau pinjaman lunak, yang akan membantu percepatan penghentian operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara.

“Jenis pembiayaan yang terjangkau akan bantu mempercepat penghentian operasional PLTU batubara tanpa melanggar kontrak kerja sama yang telah ada,” tegasnya.

Baca Juga: Kejar Target Net Zero Emission 2060, Pertamina Teken 13 MoU

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nevriza Wahyu Utami
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: