Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Startup Pertanian Koltiva Raih Pendanaan Seri A dari AC Ventures

        Startup Pertanian Koltiva Raih Pendanaan Seri A dari AC Ventures Kredit Foto: AC Ventures
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perusahaan rintisan (startup) yang berbasis pertanian berkelanjutan dan pelacakan rantai pasokan, Koltiva, baru-baru ini mengumumkan pendanaan seri A yang dipimpin oleh AC Ventures, perusahaan modal ventura terkemuka. Pendanaan ini disusul oleh investor lain seperti Silverstrand Capital, Planet Rise, Development Finance Asia, dan Blue 7, serta investor yang sudah ada berbasis di Asia Tenggara, The Meloy Fund.

        Dilansir dari keterangannya pada Selasa (19/9/2023), Koltiva akan menggunakan pendanaan ini untuk mengembangkan layanan perangkat lunak sebagai layanan atau software-as-a-service (SaaS) yang memungkinkan perusahaan multinasional untuk memiliki pelacakan rantai pasokan dari benih hingga ke tangan konsumen (from seed to table).

        Koltiva yang kini memiliki 1 juta produsen dan 6.800 bisnis, menghadirkan beberapa solusi. Dari sisi agroteknologi, misalnya pemetaan lahan dan profil produsen, ketertelusuran dari benih hingga ke tangan konsumen, hingga pelatihan dan bimbingan dengan para ahli lapangan dan dan agronom. 

        Baca Juga: Startup Bababos Raih Pendanaan Awal Senilai Rp46 Miliar Dipimpin East Ventures

        Dari sisi iklim, Koltiva mengembangkan produk yang dapat membantu dalam pengukuran dan penilaian gas rumah kaca (greenhouse gas/GHG), serta menghadirkan solusi dukungan pertanian berwawasan iklim, pemetaan penggunaan lahan, hingga peringatan risiko bagi klien mereka.

        Sementara itu, dari segi pelacakan produk berbasis pertanian, Koltiva mengembangkan perangkat lunak yang menyediakan pelacakan dari benih hingga ke tangan konsumen. Tujuannya, untuk memastikan perjalanan produk pertanian dari bahan baku, menuju ke operasi pertanian dan distribusi, hingga ke tangan konsumen dilakukan secara transparan.

        Inovasi tersebut membantu perusahaan multinasional dan perusahaan besar dapat melacak asal-usul pasokan produk mereka yang sebagian besar berasal dari produsen kecil di Indonesia, dan negara-negara lain tempat Koltiva beroperasi.

        Relevansi Koltiva pun meningkat karena regulasi baru dan ketat seperti Peraturan Produk Bebas Deforestasi Uni Eropa (EUDR) yang diamanatkan Dewan Uni Eropa. Peraturan ini mewajibkan perusahaan membuktikan ketiadaan deforestasi dalam produk mereka dan mematuhi standar hukum tertentu. 

        Hasilnya, lebih dari 50 ribu perusahaan berbasis Uni Eropa (UE) kini wajib mematuhi regulatsi tersebut, dan perusahaan non-UE yang terlibat secara signifikan dalam aktivitas di UE juga harus memastikan kepatuhan mereka. Solusi Koltiva penting bagi industri seperti kakao, kopi, karet, dan minyak kelapa sawit.

        Koltiva yang mengakar bisnisnya di Indonesia, juga menjangkau di skala global. Bekerja sama dengan produsen di 52 negara, dan hampir setengah dari mereka adalah petani kecil di Indonesia. Selebihnya tersebar di negara-negara, seperti Brasil, China, Pantai Gading, dan lainnya.

        Co-founder dan CEO Koltiva, Manfred Borer mengatakan, hadirnya startup ini dapat membentuk ekosistem yang bermanfaat bagi merek global, juga meningkatkan kesejahteraan di proses rantai pasok tingkat paling dasar.

        “Bisnis kami bertujuan untuk membentuk ekosistem yang memberikan manfaat kepada merek global, serta turut meningkatkan dan memperbaiki kondisi penghidupan dan kesejahteraan dari tingkat paling dasar di proses rantai pasok. Kami membayangkan dunia di mana perdagangan yang transparan dan berkelanjutan menjadi sebuah standar,” ujar Borer.

        Sementara itu, Managing Partner AC Ventures, Helen Wong mengatakan bahwa Koltiva siap menjadi pemain utama dalam memastikan rantai pasok yang transparan, termasuk meningkatkan kesejahteraan petani skala kecil di pasar negara berkembang dan membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim. 

        “Koltiva adalah bukti nyata tentang bagaimana teknologi modern dapat membentuk ulang industri konvensional, memberikan dampak global, dan membangun masa depan yang lebih berkelanjutan secara lingkungan untuk generasi mendatang,” pungkas Helen. 

        Baca Juga: Agritech Kora Raih Pendanaan Pre-Seed Rp6,1 Miliar dari Antler dan Founder e-Fishery

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: