Untuk memastikan rantai pasok energi untuk pembangkit, Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) mengklaim tak hanya mendatangkan penghematan bagi perusahaan saja, namun justru membuka lapangan pekerjaan dan ceruk ekonomi baru bagi masyarakat.
Direktur Biomassa PLN EPI Antonius Aris Sudjatmiko sejak tahun lalu, PLN EPI fokus melakukan pengembangan biomassa lewat tiga sektor utama.
"Pertama, pengembangan hutan energi. Kedua, pengelolaan sampah kota jadi bahan baku energi. Ketiga, pengolahan sampah pertanian atau agriwaste. Ketiga aspek ini justru melibatkan masyarakat sebagai motor penggerak utama," ujar Aris dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat (29/9/2023).
Baca Juga: PLN EPI Dukung Pembanunan IT PLN, Siap Lahirkan Inovasi Bangunan Rendah Karbon
Aris mengatakan, dalam pengembangan rantai pasok biomassa, justru keterlibatan masyarakat menjadi peran penting.
"Sekarang kita menjadikan masyarakat sebagai objek, sebagai pengguna energi, tapi sekarang mereka menjadi produsen energi, mereka sebagai pengelola energi. Itulah yang menjadi mitra utama kami untuk biomassa," ujarnya.
Aris merinci, PLN EPI mengajak kelompok perempuan eks-GAM di Aceh untuk mengelola lahan kritis menjadi lahan produktif. Sedangkan petani karet di Lampung mampu memasok bonggol jagung dan sisa pertanian karet untuk jadi bahan baku biomassa.
Sedangkan di Jawa Barat, PLN EPI mengembangkan sodas dari sisa pengolahan hutan energi. Sedangkan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ada pasokan biomassa sebesar 100 ton per tahun yang melibatkan 530 warga mengelola sampah dan sisa pertanian menjadi energi alternatif.
"Lewat upaya upaya ini, pemanfaatan 1 ton biomassa mampu menyerap lapangan pekerjaan sampai 10 orang," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menilai pengembangan biomassa atau bioenergi tidak hanya berfokus untuk energi semata, tetapi juga menyasar kepentingan lebih luas.
Karena itu, pengembangan biomassa sebagai salah satu upaya mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan harus dirasakan seluruh pihak.
"Jangan kita bicara bioenergi atau biomassa hanya untuk kepentingan energi, tetapi kita harus lihatnya kepentingan yang lebih luas, kepentingan pembangunan yang artinya kita harus melihat ada enggak dampaknya buat masyarakat, baik masyarakat sekitar maupun masyarakat dalam arti luas," ujar Bambang.
Baca Juga: Turun Garap Carbon Trading, PLN Jadi Raksasa di Bursa Karbon Indonesia
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti