- Home
- /
- Government
- /
- Government
Jawab Tantangan Dekarbonisasi, Kementerian ESDM bersama DEN Tengah Kaji Revisi KEN
Indonesia memiliki potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang melimpah, mulai dari energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi hingga arus laut. Total potensi EBT yang dapat dimanfaatkan sebesar 3.686 gigawatt (GW) dapat dijadikan sebagai upaya mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Besarnya sumber daya EBT tersebut membuat target NZE yang dicanangkan Presiden Jokowi itu optimis dapat diwujudkan.
Guna mempercepat terwujudnya NZE sesuai target yang sudah ditetapkan, Kementerian ESDM bersama Dewan Energi Nasional (DEN) tahun ini sedang melakukan revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) guna merespons target NZE yang sudah ditetapkan Presiden tahun 2060 atau lebih cepat.
"Kami bersama Dewan Energi Nasional sedang merevisi kebijakan tersebut untuk menjawab menyusun stretegi-strategi apa yang diperlukan sehingga target tersebut, bisa tercapai secara bersama-sama dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip bahwa kita tidak ingin pembangunan yang sedang berjalan saat ini terkontraksi. Jadi, kita ingin menjadikan bahwa upaya dekarbonisasi ini membuat Indonesia semakin kompetitif," kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat menjadi narasumber pada acara Sustainable Future: Closing Bell di Jakarta, Jumat (29/9/2023).
Baca Juga: Peneliti Dorong Pemerintah Buka Transparansi Proyek PLTU Guna Dukung Dekarbonisasi
Dalam membuat kebijakan, sambung Dadan, Kementerian ESDM menyusun kebijakan-kebijakan yang tepat serta berkoordinasi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian Keuangan dan Kementerian Perindustrian yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi.
Dadan optimis pemenuhan target tercapai berkat banyaknya dukungan dari berbagai pihak atas langkah-langkah yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan NZE serta besarnya ketersediaan sumber daya EBT yang tersedia, beragam, dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
"Dua langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan NZE adalah pengembangan EBT dan pemanfaatan dari efisiensi energi. Itu semua tentu memerlukan investasi, dan investasi ini tentunya sangat baik untuk kita. Kebetulan kita ini mempunyai sumber daya EBT yang melimpah, banyak, beragam, dan ini tersebar di seluruh wilayah negara kita. Tidak banyak negara yang seperti kita. Ini menjadi modal yang baik," ungkap Dadan.
NZE atau nol emisi karbon adalah kondisi di mana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Untuk mencapainya diperlukan sebuah transisi dari sistem energi yang digunakan sekarang ke sistem energi bersih guna mencapai kondisi seimbang antara aktivitas manusia dengan keseimbangan alam.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam melakukannya adalah mengurangi jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan (aktivitas) manusia pada kurun waktu tertentu atau lebih sering dikenal dengan jejak karbon. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan manusia di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrem dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.
Untuk itu, peranan Kementerian ESDM sebagai pengelola energi menjadi sangat penting dalam mewujudkan NZE sesuai target yang sudah ditetapkan, meski demikian Dadan mengatakan dalam prosesnya mewujudkan NZE itu merupakan tanggung jawab bersama.
"Transisi energi untuk mewujudkan NZE ini menjadi upaya bersama secara nasional dan menjadi penggerak supaya ekonomi kita sebagimana yang disampaikan oleh Pak Presiden. Ekonomi kita menjadi semakin hijau, ini yang nanti akan menjadi pendorong utama bahwa kita ini akan menjadi bangsa yang makin kompetitif baik dari investasi maupun dari sisi pemanfaatan energi yang mendukung kepada upaya penggunaan energi yang mendukung penurunan gas rumah kaca," pungkas Dadan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti