Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CEO MetaMinds Alasan Gagalnya Proyek Metaverse. Ternyata

        CEO MetaMinds Alasan Gagalnya Proyek Metaverse. Ternyata Kredit Foto: Unsplash/JESHOOTS.COM
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        CEO MetaMinds Group, Sandra Helou mengatakan pada Cointelegraph di sela-sela Cardano Summit di Dubai beberapa waktu lalu, bahwa akibat kurangnya model bisnis yang sesuai untuk perusahaan “telah menjadi kegagalan besar dalam metaverse”. 

        Dilansir dari laman Cointelegraph pada Selasa (7/11/2023), Helou juga menambahkan, dengan beralih ke metaverse untuk mendapatkan kemenangan jangka pendek dalam bisnis bukan pendekatan yang tepat. 

        Baca Juga: Cetak Sejarah, RXT Token Rilis Game Metaverse Pertanian di Ajang Ascend Korea Blockchain Week 2023

        "Ketika berbicara tentang penerapan teknologi yang mirip dengan metaverse, hal itu sendiri membutuhkan perombakan besar-besaran dan pergeseran visi bisnis, tim, dan model bisnis... Hal terbesar yang kami lihat adalah orang-orang tidak mendapatkan model bisnis yang tepat, itulah sebabnya banyak dari mereka yang gagal,” jelas Helou pada Cointelegraph yang dilansir pada Selasa (7/11/2023). 

        Komentar Helou muncul setelah KPMG baru-baru ini merilis sebuah laporan yang menemukan bahwa hanya 29% pemimpin teknologi di Uni Emirat Arab dan 37% secara global yang percaya bahwa metaverse akan memainkan peran penting dalam membantu bisnis mereka untuk mencapai kesuksesan jangka pendek. Menurut survei tersebut, sebagian besar pemimpin teknologi lebih condong ke arah kecerdasan buatan (AI) dalam tiga tahun ke depan.

        "Metaverse bukan untuk tujuan jangka pendek. Ini jelas merupakan visi jangka panjang yang membutuhkan banyak upaya, banyak strategi, tim yang berdedikasi dan pendanaan," tambah Helou.

        Awal tahun 2023, Business Insider menerbitkan laporan berjudul "RIP metaverse, we hardly knew ye." Artikel yang ditulis CEO EZPR Ed Zitron ini mengeklaim bahwa "teknologi yang pernah menjadi primadona" ini telah "mati setelah ditinggalkan oleh dunia bisnis."

        Baca Juga: Gandeng Faber-Castell, WIR Group Bawa Seni ke Era Digital

        Namun, narasi tersebut tidak menggoyahkan para pembangun di bidang metaverse ini, yang sebagian besar tetap optimis tentang potensi teknologi ini untuk menciptakan pengalaman pengguna yang baru.

        Ketika Cointelegraph bertanya tentang bagaimana perusahaan dapat memastikan umur panjang dan relevansi proyek metaverse, Helou mengatakan bahwa industri ini harus memperhatikan aksesibilitas dan interoperabilitas. 

        "Ruangnya cukup terfragmentasi... Seperti segmen yang jika Anda ingin menggunakan Roblox, Anda memiliki avatar sendiri, Anda memiliki identitas sendiri. Kemudian, jika Anda ingin pindah ke area lain, Anda harus memiliki avatar dan identitas yang [berbeda]. Ini sangat sulit,” rincinya. 

        Baca Juga: DZ Bank Jerman Mulai Luncurkan Penyimpanan Aset Kripto

        "Ini seperti setiap kali Anda memasuki sebuah toko, Anda harus mengganti dompet dan pakaian yang Anda kenakan. Itu tidak masuk akal," sambung Helou.

        Helou menjelaskan, para pembangun metaverse harus memastikan lini produk-produk metaverse selaras dengan apa yang dibutuhkan pengguna, klien, dan pasar, termasuk jaringan blockchain yang tepat, aset yang digunakan, dan memahami keselamatan dan keamanan di balik identitas digital. 

        Baca Juga: Menuju Indonesia Emas, Menkominfo Budi Arie Bongkar Peta Jalan Digital Bangun Smart City

        "Kami benar-benar percaya bahwa setelah Anda melakukannya dengan benar, Anda akan dapat menciptakan dunia yang dapat dioperasikan di mana semua orang dapat dengan bebas bergerak,” pungkas Helou. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nadia Khadijah Putri
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: