Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Survei Polmatrix: Dibekingi Suara Jokowi, Prabowo-Gibran Bisa Menang Satu Putaran!

        Survei Polmatrix: Dibekingi Suara Jokowi, Prabowo-Gibran Bisa Menang Satu Putaran! Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Hasil Survei Polmatrix Indonesia menemukan, pesta demokrasi dapat berjalan hanya dalam satu putaran. Pemenangnya kemungkinan besar adalah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

        Hal ini karena pasangan tersebut memiliki elektabilitas mencapai 48,4 persen. Dengan raihan elektabilitas mendekati 50 persen, Prabowo-Gibran jauh meninggalkan pesaing-pesaingnya. Ganjar-Mahfud menduduki peringkat kedua dengan elektabilitas 26,6 persen, sedangkan Anies-Muhaimin 17,3 persen dan sisanya tidak tahu/tidak jawab 7,7 persen.

        Baca Juga: Ganjar Pranowo-Mahfud MD VS Prabowo Subianto-Gibran bin Jokowi, Siapa yang Menang? Begini Kata Survei!

        “Prabowo-Gibran potensial memenangkan Pilpres 2024 dalam satu putaran,” ungkap Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam press release di Jakarta pada Rabu (15/11). 

        Menurut Dendik, keunggulan Prabowo Subianto semakin melejit setelah berpasangan dengan putera sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Pada survei bulan Juli, elektabilitas Prabowo dalam simulasi banyak nama mengalami tren kenaikan menuju level 30 persen.

        Putusan Mahkamah Konstitusi yang membolehkan penyelenggara negara berusia di bawah 40 tahun tetapi telah menjabat kepala daerah untuk dicalonkan pada Pilpres melempangkan jalan bagi walikota Solo itu untuk maju dalam arena kontestasi.

        “Masuknya Gibran sebagai cawapres pendamping Prabowo menjadi simbolisasi paling nyata dari dukungan Jokowi,” tandas Dendik. Tak pelak, serangan bertubi-tubi dialamatkan kepada Jokowi dan kubu Prabowo dari lawan-lawan politiknya.

        Mulai dari tuduhan Jokowi membangun dinasti politik, aroma pengkhianatan keluarga Jokowi terhadap PDIP, hingga persekongkolan di lembaga penjaga konstitusi yang dipelesetkan sebagai “Mahkamah Keluarga”.

        “Majelis Kehormatan (MKM) telah memberikan sanksi atas pelanggaran etik kepada para hakim konstitusi, termasuk ketua MK Anwar Usman, tetapi putusan MK yang membolehkan Gibran maju sebagai cawapres tetap sah secara hukum,” tegas Dendik.

        Baca Juga: Prabowo Subianto: Kemitraan Indonesia-China Terjalin Sangat Baik

        Demikian pula dengan revisi peraturan (PKPU) yang mendasari pendaftaran Prabowo-Gibran telah disetujui oleh DPR. Puncaknya, KPU pada Senin 13 November kemarin telah resmi menetapkan Prabowo-Gibran menjadi salah satu kontestan pada Pilpres mendatang.

        “Masih adanya sejumlah upaya hukum untuk membatalkan pencawapresan Gibran justru lebih kental nuansa politisnya ketimbang menegakkan konstitusi, yang tujuannya adalah membangun narasi delegitimasi untuk menjegal langkah Prabowo-Gibran,” lanjut Dendik.

        Harapannya, kandidat lain yang berlaga seperti Ganjar-Mahfud yang diusung koalisi PDIP bisa terdongkrak elektabilitasnya. Nyatanya, hanya ada sedikit kenaikan dari elektabilitas Ganjar Pranowo setelah berpasangan dengan Mahfud MD.

        Baca Juga: Angkanya Mengejutkan! Ganjar Pranowo Alami Penurunan Dukungan dari Pemilih Jokowi di 2019

        Demikian pula dengan pasangan satu-satunya yang menawarkan ide perubahan, elektabilitas Anies Baswedan hanya naik tipis setelah didampingi Muhaimin Iskandar. “Sebagian besar pendukung nama-nama capres lainnya lebih banyak beralih ke Prabowo-Gibran,” jelas Dendik.

        Dapat diartikan bahwa Prabowo-Gibran menjadi representasi paling kuat dari arus besar wacana keberlanjutan program Jokowi. “Figur Prabowo-Gibran dan Koalisi Indonesia Maju adalah elemen utama yang paling bisa menjamin keberlanjutan pasca-Jokowi,” ujar Dendik.

        Ironisnya, PDIP yang mengusung Jokowi pada dua Pilpres sebelumnya justru mengambil jarak, bahkan terkesan semakin memusuhi. “Megawati mengambil risiko menelan kekalahan alih-alih mengikuti kehendak ‘petugas partai’ yang telah menjelma sebagai kingmaker,” ujar Dendik.

        Tidak heran, Pilpres kali ini lebih merupakan ajang adu kuat dua figur kingmaker di tubuh PDIP. Megawati yang merupakan veteran reformasi berhadapan dengan Jokowi yang menjadi lokomotif dari kebangkitan elite baru pasca-transisi demokrasi.

        “Jokowi kerap menyebut dirinya sebagai satu-satunya figur politisi yang lima kali berturut-turut dan tanpa jeda menang dalam pertarungan elektoral,” pungkas Dendik. Jokowi terpilih sebagai walikota Solo melalui pilkada langsung gelombang pertama pada 2005.

        Dua kali terpilih di Solo, elite nasional di kalangan PDIP dan Gerindra mendorongnya maju ke Pilgub DKI Jakarta pada 2012. Hanya menjabat setengah periode, Jokowi yang diusung PDIP melaju ke Pilpres dan menang dua kali melawan Prabowo yang memimpin Gerindra.

        Baca Juga: Ipar Jokowi Diberhentikan dari Posisi Ketua MK, Megawati: Keputusan MKMK Beri Cahaya di Tengah Kegelapan Demokrasi

        Survei Polmatrix Indonesia dilakukan pada 1-7 November 2023 kepada 2.000 responden mewakili 34 provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling (acak bertingkat) dengan margin of error survei sebesar ±2,2 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: