Pepatah mengatakan, hidup itu bukan matematika yang serba pasti. Semua hal bisa terjadi tanpa kompromi, termasuk risiko kesehatan di kemudian hari. Adalah bijak untuk mempersiapkan proteksi yang mampu melindungi diri, aset, dan mimpi dengan asuransi.
Shely Selviani Dewi, seorang ibu rumah tangga, mengaku pernah mengalami situasi tak terduga yang berhubungan dengan kesehatan dirinya. Tahun 2022, secara tiba-tiba Shely menemukan benjolan dalam mulutnya yang kerap kali mengeluarkan darah.
Dalam penuturannya, kondisi tersebut berlangsung dalam durasi yang cukup lama. Hingga kemudian, dokter mengatakan bahwa ibu satu anak itu harus menjalani operasi, di mana biaya untuk menjalani operasi tersebut tidaklah murah.
"Walaupun operasi itu termasuk kategori one day care, biayanya hampir setara dengan satu unit motor matic," ungkap Shely dalam wawancara bersama Warta Ekonomi, Senin, 13 November 2023.
Satu hal yang sangat ia syukuri, Shely tidak mengeluarkan biaya pribadi untuk menjalani perawatan dan operasi kala itu. Sebab, ia merupakan nasabah asuransi dan seluruh biaya medis ditanggung oleh asuransi yang ia miliki.
"Alhamdulillah, saya tidak perlu mengeluarkan uang pribadi sama sekali," tambahnya.
Baca Juga: Lakukan Spin Off, Allianz Resmikan Berdirinya Allianz Syariah
Tak seberuntung Shely, penyesalan justru sempat dirasakan oleh Jesica Raida karena keluarganya tidak memiliki akses asuransi lebih awal. Dalam kesempatan wawancara beberapa waktu lalu, Jesica yang kini bekerja sebagai agen asuransi di Allianz bercerita bahwa pada tahun 2007 silam, sang ayah mengalami stroke dan harus dirawat selama dua bulan di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan.
Ia menyaksikan sendiri betapa terbebaninya perekonomian keluarga saat harus membiayai perawatan sang ayah yang kala itu tak memiliki asuransi. Jesica mengatakan, sang ibu harus berjuang mencari dana untuk pengobatan di rumah sakit. Meski pada akhirnya, sang ayah harus berpulang dan menyisakan duka bagi keluarga.
"Ekonomi keluarga morat-marit. Mau tidak mau, semua aset yang sudah dikumpulkan puluhan tahun oleh Bapak harus dijual satu per satu. Rumah, mobil, motor (dijual)," ungkapnya kepada Warta Ekonomi.
Seakan tak cukup berkorban materi dengan menjual seluruh aset keluarga, Jesica bahkan harus mengorbankan mimpinya berkuliah di Universitas Indonesia karena kondisi keuangan yang terpuruk saat itu.
Alih-alih berkuliah, ia harus mengalah dan bekerja untuk mencari nafkah. Kondisi yang demikian membuatnya berandai-andai, jika saja ketika itu keluarganya sudah terproteksi asuransi, tentu saja kesehatan diri sang ayah, aset keluarga, dan mimpinya dapat terlindungi dengan lebih baik.
"Saya berpikir, seandainya Bapak punya proteksi kesehatan atau keluarga yang ditinggalkan ada proteksi asuransi jiwa, perekonomian keluarga kami mungkin tidak akan separah saat itu," pikirnya.
Kebaikan yang Menguatkan
Sejalan dengan semangat Allianz dalam memberi kebaikan yang menguatkan dan pengalaman pahit masa lalunya, Jesica merasa ada panggilan hati untuk menyebarkan kebaikan sebanyak yang ia bisa melalui asuransi. Dengan begitu, asuransi dapat menguatkan lebih banyak keluarga di Indonesia dalam menghadapi masa-masa sulit.
"Saya punya tekad kuat membagikan sebanyak-banyaknya manfaat asuransi supaya tak ada lagi keluarga yang merasakan seperti yang dulu keluarga saya rasakan," tegasnya.
Tekad tersebut ia implementasikan dengan cara menjadi bagian dari industri asuransi sejak tahun 2009 silam. Ketika itu, ia menjalani profesi agen asuransi sebagai kerja sambilan dengan pekerjaan utama masih di salah satu media lokal di Madura. Hingga kemudian, ia memutuskan untuk benar-benar fokus menjadi agen asuransi jiwa pada tahun 2014.
"Panggilan hati untuk jadi agen asuransi sangat besar," tegas Jesica.
Tekad Jesica untuk berkontribusi menebar kebaikan asuransi itu diperkuat oleh keyakinannya bahwa setiap orang membutuhkan asuransi. Hanya saja, banyak dari mereka yang belum menyadari kebutuhan tersebut.
"Percaya saja deh bahwa semua orang itu memang butuh asuransi, hanya mereka belum sadar," lanjutnya.
Kebutuhan dan pentingnya asuransi bagi setiap orang juga diamini oleh Shely yang sudah menjadi nasabah asuransi selama 12 tahun terakhir. Selama itu pula, ia mengaku memiliki kesan yang baik terhadap asuransi dan manfaatnya sebagai proteksi diri. Terlebih lagi, saat ini biaya pengobatan tergolong mahal sehingga dukungan asuransi akan sangat terasa manfaatnya.
"Asuransi itu penting. Setidaknya kita miliki satu asuransi, khususnya asuransi kesehatan karena kita tak akan pernah tahu kapan membutuhkannya," tegas Shely sebagai salah satu orang yang pernah merasakan manfaat asuransi Allianz.
Pemahaman Jesica dan Shely mengenai manfaat dan pentingnya asuransi selaras dengan apa yang pernah disampaikan oleh pengamat asuransi, Azuarini Diah. Ia menyebut, penting bagi masyarakat untuk memahami asuransi sebagai bentuk pengendalian risiko dan memberi proteksi bagi kehidupan seseorang.
"Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan atau mentransfer risiko dari satu pihak ke pihak lain, dalam hal ini adalah perusahaan asuransi," jelas Azuarini.
Namun sayangnya, belum semua masyarakat memahami hal tersebut. Tingkat literasi asuransi masyarakat yang masih rendah akhirnya membuat mereka enggan untuk membeli asuransi, baik itu asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa yang dinilai sebagai dua asuransi prioritas yang perlu dimiliki.
Mendorong Literasi Asuransi
Menyambung kembali apa yang disampaikan oleh Jesica, tidak sedikit masyarakat yang belum menyadari pentingnya asuransi untuk melindungi diri, aset, dan mimpi masa depan. Hal itu erat kaitannya dengan tingkat literasi dan inklusi asuransi yang terbilang masih perlu ditingkatkan di Indonesia.
Sebagai gambaran, hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan OJK pada tahun 2022 menunjukkan bahwa literasi pada sektor perasuransian berada di level 31,72% dan inklusi di level 16,63%. Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Rudi Kamdani, menyebutkan bahwa angka tersebut perlu untuk ditingkatkan, terlebih lagi untuk mengimbangi sektor perbankan dengan tingkat literasi dan inklusi masing-masing di level 49,93% dan 74,03%.
"Insan perasuransian sangat menyadari pentingnya melakukan literasi. Untuk itu, kegiatan literasi kami lakukan dengan berbagai cara, baik melalui literasi di berbagai daerah maupun kegiatan yang telah dilakukan melalui media cetak, online , dan media sosial," tegasnya dalam perayaan Hari Asuransi 2023 pada 18 Oktober 2023 lalu.
Tentunya meningkatkan literasi dan inklusi asuransi menjadi tanggung jawab bersama, terutama bagi perusahaan asuransi seperti Allianz Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan Allianz dalam mendukung peningkatan literasi keuangan dan asuransi yang berkelanjutan di segala lapisan masyarakat.
Seperti belum lama ini, Allianz Indonesia berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan Finexpo 2023 yang menjadi puncak Bulan Inklusi Keuangan. Dalam kesempatan tersebut, Allianz Indonesia memberikan edukasi mengenai perencanaan keuangan dan pentingnya perlindungan asuransi bagi masyarakat luas.
Allianz Indonesia juga aktif berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal di daerah guna mendorong tingkat literasi asuransi hingga ke pelosok Indonesia. Kolaborasi tersebut diwujudkan Allianz Indonesia melalui PT Asuransi Life Syariah Indonesia yang resmi melakukan spin off pada November 2023 ini.
Direktur Utama Allianz Life Syariah Indonesia, Achmad K. Permana, menyebut bahwa kolaborasi dengan komunitas lokal dilakukan melalui gerakan mengasuransikan 10.000 masyarakat Indonesia secara gratis dengan penyediaan asuransi mikro syariah Sekoci Amana.
"Harapannya, selain mendapatkan perlindungan, masyarakat di segala kalangan dari berbagai daerah juga dapat mengenal konsep asuransi secara langsung dengan berpartisipasi sebagai peserta asuransi," ungkap Permana melalui wawancara tertulis bersama Warta Ekonomi pada 22 November 2023.
Baca Juga: Allianz Life Syariah Menjawab Kebutuhan Masyarakat Indonesia atas Gaya Hidup Halal
Tak hanya dari sisi nasabah dan masyarakat, pihaknya juga aktif menggelar program literasi dan peningkatan mutu para tenaga pemasar (agen). Hal itu dilakukan sebagai upaya menjawab tantangan meningkatkan literasi asuransi di pelosok Indonesia.
Permana meyakini, tenaga pemasar memiliki peran yang krusial dalam memberikan pemahaman yang tepat kepada nasabah mengenai produk asuransi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
"Untuk itu, Allianz kerap menyediakan pelatihan guna memfasilitasi para agen sehingga dapat memberikan edukasi yang memadai kepada nasabah," tambahnya.
Melalui upaya-upaya tersebut, Allianz berharap literasi dan inklusi asuransi di Indonesia dapat terus meningkat. Dengan begitu, industri asuransi dapat berkontribusi lebih optimal dalam melindungi diri, aset, dan mimpi para nasabah. Hal itu sejalan dengan Allianz yang memiliki komitmen kuat untuk menjadi perusahaan asuransi yang tidak hanya melindungi diri masyarakat Indonesia dengan kualitas global, tetapi juga melindungi mimpi-mimpi generasi di masa depan.
Penulis: Lestari Ningsih
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat