Ketimpangan Indonesia Mengkhawatirkan, Anies Baswedan Blak-blakan Beber Angkanya: Ini Tanda Tidak Sehat!
Calon Presiden dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan mengungkapkan ketimpangan jadi masalah besar di yang Indonesia punya saat ini.
Hal ini Anies sampaikan saat dialog pers bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Jumat (1/12/23).
Anies mengungkapkan demikian karena menurutnya ketimpangan Indonesia benar adanya. Sebagai contoh ia menyinggung indeks pembangunan manusia (IPM) antara Jawa-Sumatera dengan daerah lainnya yang menurutnya tak merata.
Anies menekankan fakta bahwa daerah lain harus menyusul Jawa-Sumatera dengan waktu 10 tahun menunjukkan ketimpangan jadi masalah yang menunjukkan tidak meratanya pembangunan yang ada di Indonesia selama ini.
“Begitu lihat kualitas manusia, Jawa dan Sumatera Indeks Pembangunan manusianya angkanya 69 pada tahun 2013. Tahun 2022 di wilayah Indonesia lain angkanya 69, artinya Jawa-Sumatera 10 tahun lebih maju daripada seluruh pulau lainnya,” jelasnya.
“Bukan angkanya selisih 5 poin, 5 poin itu diraihnya 10 tahun. 5 poin itu 10 tahun, kalau ketinggalannya sampai 10 tahun, maka ini bukan tanda yang sehat,” tambahnya.
Menurut Anies, kualitas manusia yang tak baik akan berpengaruh besar terhadap ketimpangan yang ada di Indonesia.
Anies menilai kekayaan Indonesia pada dasarnya terletak pada manusia atau masyarakatnya sendiri sehingga perlu dibentuk hingga menjadi berkualitas.
Karenanya, ia menegaskan fokusnya jika kelak menjadi presiden adalah memperbaiki kualitas manusia Indonesia.
“Ketika bicara tentang persoalan ketimpangan apa sih fokus pembangunan kita? Fokus kita adalah pada manusianya, pembangunan manusia,” ungkapnya.
Anies menegaskan kualitas manusia serta pengentasan ketimpangan merupakan kunci menjaga persatuan Indonesia.
“Kualitas manusia, perekonomian, distribusi kesejahteraan jadi kunci menjaga Indonesia kami, kita ingin menjaga Indonesia tetap berada di satu kesatuan,” tambahnya.
Baca Juga: Pak Pendeta: Masa Keemasan DKI Jakarta saat Dipimpin Anies Baswedan
Dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 IPM sejumlah wilayah Jawa-Sumatera menunjukkan angka kisaran angka 60-70an. Sebagai contoh Sumatera Utara 68,36; Sumatera Barat 68,91; DKI Jakarta 78,08; Jawa Barat 68,25; Jawa Timur 67,55.
Sedangkan sejumlah wilayah lain pada 2023 menunjukkan angka yang hampir sama dengan Jawa-Sumatera di 2023. Sebagai contoh, NTT 66,68; Kalimantan Barat 69,41; Sulawesi Barat 67,55; Papua Barat 66,66; Papua 62,25.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: