Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tulang Punggung Ekonomi, Kualitas Sektor Manufaktur Masih Perlu Dievaluasi

        Tulang Punggung Ekonomi, Kualitas Sektor Manufaktur Masih Perlu Dievaluasi Kredit Foto: Kemenperin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industri manufaktur terus menjadi tulang punggung perekonomiam nasional dimana sektor ini tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan tapiu juga menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. 

        Hal itu diungkapkan Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian Yan Sibarang Tandiele saat membuka pameran mesin, peralatan, bahan dan jasa Manufaktur Internasional ke-32, Manufacturing Indonesia 2023 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, kemarin. Pameran ini akan berlangsung hingga 9 Desember 2023 mendatang.

        Baca Juga: Toyota untuk Indonesia, Dongkrak Ekonomi hingga Kualitas Pekerja

        “Di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan industri manufaktur Indonesia pada triwulan III 2023 masih menunjukan pertumbuhan 5,2%. Ini meningkat dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sementara kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional mencapai 18,75%,”Kata Yan Sibarang.

        Ia menegaskan bahwa tenaga kerja merupakan satu dari 10 tantangan dalam program Making Indonesia 4.0. Saat ini, SDM manufaktur perlu terus meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya guna dapat memenuhi tuntutan pasar yang semakin kompleks. 

        SDM digital, teknologi, dan infrastruktur lanjut dia terbukti dapat memacu daya saing yang lebih kompetitif di pasar global serta mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan SDM digital saat ini telah masuk ke tahap krusial. Hal ini diperkuat lansiran hasil riset yang dilakukan perusahaan yang memiliki sekumpulan layanan berbasis cloud dan perusahaan konsultasi manajemen kinerja global pada Agustus 2022. 

        Hasil riset menyebut bahwa persentase pekerja dengan keterampilan digital di Indonesia sebesar 27%, cenderung rendah dibanding negara-negara Asia Pasifik lainnya.  Ia pun menyampaikan dukungan dan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Manufacturing Indonesia 2023. 

        Baca Juga: Angkat UMKM Solo, Jejak Kepemimpinan Gibran dalam Meretas Kemajuan Ekonomi

        Di sisi lain Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Aptiknas) Fanky Christian menambahkan dengan mengoptimalkan sinergi teknologi dan SDM, maka akan tercipta produktifitas yang tinggi serta rancangan strategi untuk menjawab tantangan industri manufaktur di masa depan.

        Sementara itu Event Director PT Pamerindo Indonesia Meysia Stephannie menambahkan di agenda pameran kali ini, pihaknya menyoroti urgensi peningkatan kualitas SDM yang memegang peran kunci dalam implementasi Smart Manufacturing juga pencapaian visi Society 5.0. 

        Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Ajak Swasta Ikut Kembangkan Ekonomi Syariah

        “Dalam konteks industri, Society 5.0 menciptakan landasan untuk transformasi positif yang mengarah pada peningkatan efisiensi, inklusivitas, serta keberlanjutan,” jelas Meysia.

        Meysia mengungkapkan sebanyak 1.371 perusahaan dari 31 negara turut berpartisipasi selama empat hari dengan lebih dari 30 ribu  peserta, dan menjadikan sebagai ajang pertemuan para pakar industri terbesar di Indonesia.

        Baca Juga: Dibayangi Perlambatan Ekonomi, Peran Bank Skala Global Jadi Krusial

        “Pameran ini menjadi platform yang tepat untuk berinteraksi dengan teknologi dan wadah komprehensif bagi berbagai upaya yang mendorong pengembangan, serta kemajuan industri manufaktur di Indonesia,”pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: