Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Peneliti Soroti Gibran bin Jokowi: Tidak Semua Masalah Jawabannya Hilirisasi!

        Peneliti Soroti Gibran bin Jokowi: Tidak Semua Masalah Jawabannya Hilirisasi! Kredit Foto: Antara/Anis Efizudin
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS Indonesia Deni Friawan menyoroti soal seringnya Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka bin Jokowi menyebut “Hilirisasi” dalam debat Cawapres yang berlangsung pada Minggu (21/1/24) yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, lingkungan hidup, sumber daya alam, energi, pangan, agraria, masyarakat adat, dan desa.

        Menurut Deni, ketiga cawapres sepakat soal sumber daya alam (SDA) Indonesia yang melimpah, akan tetapi yang perlu dikritisi adalah tidak semua komoditas SDA bisa dihilirisasi.

        Deni menegaskan tak semua masalah jawabannya adalah hilirisasi yang mana Gibran jadi sorotan karena sering menyebut hilirisasi sebagai solusi.

        “Tidak semua masalah itu jawabannya hilirisasi, hilirasi itu bukan teh sosro, bukan apa pun masalahnya jawabannya hilirasi, itu yang perlu kita ketahui. Perlu diingat, memiliki sumber daya alam itu satu hal, sementara hilirasi sumber daya alam atau industrialisasi sumber daya alam itu merupakan hal lainnya, hanya karena Indonesia punya SDA yang banyak bukan selalu berarti kita bisa mendapatkan keuntungan dari mengolah produk hilir dari sda itu,” jelas Deni dalam “CSIS Media Briefing: Menanggapi Debat Keempat Capres-Cawapres” yang diselenggarakan pada Senin (22/1/24).

        Baca Juga: Prabowo Singgung Soal Internet dan Otak Lambat, Ganjar Pranowo Apresiasi Pekerja Kreatif yang Manfaatkan Internet: Mereka Bukan Orang Bodoh!

        Deni menyinggung on going study CSIS mengenai ekonomi dan dampak lingkungan dari proses hilirisasi saat ini, yang di antaranya menemukan berbagai studi empiris yang ada memiliki kepemilikan SDA atau kedekatan dengan SDA dengan industrinya bukanlah merupakan faktor utama atau faktor penting dari keberhasilan hilirasi industri dari SDA itu sendiri.

        “Tetapi terdapat banyak faktor lain yang lebih penting seperti kesediaan energi, infrasturktur, SDM mencukupi, ketersediaan pasar yang luas, dan yang sering dilupakan pemerintah kita adalah adanya kepastian hukum,” ungkap Deni.

        Deni juga sepakat mengenai standing point Cawapres 1 dan 3 yang mana mengkritisi hilirisasi yang dianggap ugal-ugalan.

        Terkait Gibran, Deni mengungkapkan anak Jokowi tersebut mengakui perlunya titik tengah antara dua kepentingan yakni ekonomi dan pelestarian lingkungan.

        Hanya saja Deni menilai apa yang Gibran ungkapkan mengenai momen “tambang ilegal” bertolak belakang yang mana ia ingin langsung mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

        “Karena Cawapres No 2 sebut cabut IUP-AMDAL, tapi apa yang dinyatakan ternyata bertolak belakang dengan praktik yang saat ini terjadi. Studi WALHI dan CSO lain menunjukkan bahwa aturan tersebut dilanggar, kita tidak bisa misalnya mencabut IUP untuk perusahaan ilegal, ya ilegal bagaimana cabut IUP nya?, itu yang harus kita sadari bahwa dampak buruk dari Hilirasi ini perlu untuk diperbaiki, jadi tidak semua hal solusinya adalah hilirisasi karena cost dari hilirisasi juga besar,” jelasnya.

        Mengutip laman ANTARA, Gibran pada debat Cawapres kali ini tercatat mengucapkan hilirisasi sampai 12 kali.

        Baca Juga: Elektabilitas Anies Baswedan-Cak Imin Terus Menguat, Prabowo-Gibran bin Jokowi Mohon Siap-siap!

        Sementara itu, Wakil Komandan Tim Fanta Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran, Anggawira mengungkapkan Gibran sebagai satu-satunya kandidat yang menguasai data terkait tema debat capres-cawapres ronde keempat. Adapun tema debatnya adalah Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa.

        “Sejak awal Mas Gibran itu yang paling komprehensif dalam menyampaikan narasi secara kualitatif dan kuantitatif. Misalnya terkait energi, hilirisasi, industrialisasi yang ujungnya adalah membuka 19 juta lapangan pekerjaan baru. Dan yang diuntungkan tentu generasi muda. Itu kunci utamanya,” kata Anggawira, Senin (22/1/24). 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Bayu Muhardianto
        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: