Dalam menghadapi Tahun Pemilu 2024, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (APTIKA), menyelenggarakan Webinar Literasi Digital dengan tema "Berjuang Bersama Lawan Hoax di Tahun Pemilu".
"Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mengenali, melawan, dan mencegah penyebaran informasi palsu atau hoaks, terutama di tengah proses Pemilu.
Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Komunikasi dan Informatika menyampaikan sambutan pembukaan yang menekankan komitmen pemerintah dalam upaya peningkatan literasi digital.
"Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika, melalui Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, berkomitmen untuk terus menyelenggarakan inisiatif dan program literasi digital sebagai dukungan upaya berkelanjutan," ujar Pangerapan.
Sememtara itu, Anggota Komisi I DPR A. Rizki Sadig, Anggota Komisi I DPR RI, memberikan pernyataan tentang urgensi literasi digital dalam mencegah penyebaran hoaks, terutama dalam konteks Pemilu.
"Kami terus mengingatkan dalam setiap acara webinar bahwa kita wajib hukumnya untuk melakukan sensor, proteksi, evaluasi, dan klarifikasi terhadap apapun yang masuk di dalam berita kita sebelum kita ingin membagikannya kepada orang lain. Jangan sampai kita menjadi ujung tombak dari menyebarkan berita bohong," kata Rizki Sadig.
Senada dengan Sadig, Prof. Dr. Widodo Muktiyo, Guru Besar Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), menyoroti fenomena manipulasi cerita yang dapat terjadi di era digital.
"Era digital ini menjadi fenomena yang, jika kita tidak hati-hati, akan kena dampaknya, karena banyak orang yang akhirnya membangun cerita dan ceritanya manipulatif dan menyihir," ungkap Widodo.
Sudirman, Founder Rotonegen Indonesia, memberikan pandangan tentang ciri-ciri informasi palsu atau hoaks. "Ada tiga ciri-ciri, yang pertama informasi tersebar menyebabkan kebencian antar kalangan hingga menimbulkan permusuhan dan kecemasan pada masyarakat. Yang kedua, sumber informasi tidak jelas atau anonim cenderung memojokkan pihak tertentu. Dan yang ketiga, adanya informasi disampaikan secara fanatik akan suatu ideologi, kata-kata provokatif, dan tidak didukung oleh informasi atau fakta aktual," kata Sudirman.
Webinar ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang cara menghadapi tantangan hoaks, terutama di tahun Pemilu. Dengan literasi digital yang kuat, diharapkan masyarakat dapat lebih cerdas dalam menilai informasi, memutus rantai penyebaran hoaks, dan menjaga integritas informasi di era digital. Seluruh peserta diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam memerangi hoaks, menciptakan ruang digital yang bersih, dan mendukung Pemilu yang berintegritas serta damai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: