Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Allan Nairn: Prabowo Pernah Bermimpi jadi Diktator Fasis

        Allan Nairn: Prabowo Pernah Bermimpi jadi Diktator Fasis Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jurnalis investigasi asal AS, Allan Nairn mengungkap siapa sebenarnya sosok Prabowo Subianto yang kini, kembali mengikuti kontestasi Pilpres 2024.

        Allan membongkar rekam jejak Prabowo Subianto dalam sebuah wawancaranya yang ditayangkan melalui saluran Youtube, Yayasan LBH Indonesia (YLBHI) dan diunggah pada Minggu, 4 Februari 2024. 

        Allan mengisahkan, Prabowo Subianto pernah bermimpi menjadi diktatur. Mimpi itu diceritakannya kepada Allan saat dirinya mewawancarai menantu Presiden Suharto. 

        "Saya jumpa lagi dengan dia (Prabowo) pada bulan Juni dan terus bulan Juli. Kita bicara kira-kira 4 jam, diskusi kami masuk ke banyak soal. Misalnya, dia sebut bahwa dia pernah membayangkan menjadi diktatur fasis. Waktu itu kami berbicara bahasa Inggris, he had imagine becoming a facis dictator," urai Allan dalam wawancaranya. 

        Ia juga tidak lupa bagaimana, Prabowo Subianto sempat menghina Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. 

        "Kata dia, aduh, memalukan kami punya presiden buta. Tidak cocok (di Indonesia), lihat ada Tony Blair, ada Putin, muda, ganteng. Kenapa yang punya (presiden) kami orang buta seperti itu," kenang Allan. 

        Di kesempatan itu, Allan juga mengisahkan bagaimana operasi militer di Timor Leste yang menurut pengakuannya, Prabowo Subianto mengambil peran aktif. Belakangan, operasi militer itu, banyak memakan korban dari masyarakat sipil. 

        Allan yang juga aktivis HAM itu mencatat bahwa Wiranto, Hendropriyono juga punya rekor buruk dalam persoalan HAM, tetapi menurutnya Prabowo merupakan yang terburuk. 

        Baca Juga: Jimly Asshiddiqie Desak Aparat Tangkap Jurnalis AS, Dandhy Laksono Buka Suara

        Untuk diketahui, Allan pernah melakukan investigasi terhadap operasi militer di Timor Leste. Saat itu, 12 November 1991, Allan bersama rekannya, Amy Goodman juga sempat dipukuli oleh oknum anggota ABRI setelah mereka menyaksikan pembunuhan massal demonstran Timor yang dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz. 

        Menyaksikan peristiwa itu, Allan mengaku pernah melobi Kongres AS agar dukungan kemiliteran dari Amerika untuk Indonesia harus dihentikan. Tidak hanya di Indonesia, Allan juga pernah melakukan investigasi terhadap praktik kejahatan HAM di sejumlah negara.

        Seperti Guatemala, Honduras, El Savador, Nicaragua, dan sejumlah negara. Di Indonesia sendiri, Allan juga kerap menyuarakan keadilan HAM yang harapannya dapat menyeret para aktor yang terlibat ke pengadilan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Amry Nur Hidayat

        Bagikan Artikel: