Institute Management and Development (IMD) merilis hasil laporannya terkait dengan Smart City Indeks (SCI) 2024. Dalam laporan tersebut, tiga kota besar dari tanah air menjadi sorotan, tak hanya karena peringkatnya namun juga terkait dengan sejumlah isu sampai dengan kelebihannya.
Presiden Smart City Observatory, IMD World Competitiveness Center, Bruno Lanvi mengatakan survei ini dihadirkan untuk membantu pemegang kebijakan dalam membangun kota masa depan yang mampu beradaptasi dengan teknologi masa depan.
Baca Juga: Deradikalisasi Lewat Sektor Pertanian, Uniknya Manuver Densus 88
“Laporan tahunan SCI dirilis untuk membantu pemerintah kota dalam membangun kota masa depan yang tangguh dan mampu beradaptasi terhadap perubahan zaman,” jelas Bruno, Kamis (25/4).
Adapun tiga kota Indonesia yang masuk dalam survei tersebut adalah Jakarta, Medan, dan Makassar. Masing-masing menduduki peringkat 103, 112, dan 114 dari total 142 kota dunia yang di survey pada IMD SCI 2024. Laporan ini diharapkan bisa membantu para pengambil kebijakan pengembangan smart city di Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Jakarta, Medan, dan Makassar.
Berdasarkan survei, warga Jakarta mengidentifikasi tiga permasalahan utama yang perlu segera mendapat pemerintah daerah: polusi udara (68,4%), kemacetan lalu lintas (66%), dan korupsi (51,7%). Sebaliknya, responden menyatakan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap kemudahan mengakses jadwal dan membeli tiket angkutan umum secara online (skor 83,2), menjadwalkan layanan kesehatan secara online (skor 81,1), dan mengakses portal pencarian kerja online (skor 81).
Di Medan, tiga masalah utama yang mendapat sorotan responden soal keamanan (58,3%), pengangguran (53,2%), dan korupsi (52,7%). Namun responden menyatakan puas dengan dunia usaha yang menciptakan banyak lapangan kerja (skor 78,3), kemudahan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 77,8), dan pencarian kerja online (skor 77).
Baca Juga: Ahli Nilai Proses Hukum Kasus Korupsi Sebaiknya Tidak Terpengaruh Opini Publik
Sementara itu, responden Makassar menyoroti tiga permasalahan utama: kemacetan lalu lintas (52,6%), pengangguran (52,5%), dan korupsi (49,6%). Sisi positifnya, responden menyatakan kepuasan terhadap kemudahan penjadwalan layanan kesehatan secara online (skor 74), mengakses peluang kerja secara online (skor 73,9), dan akses jadwal dan pembelian tiket angkutan umum secara online (skor 72,1).
IMD Smart City Index 2024 juga melaporkan peringkat sejumlah kota di Asia Tenggara. Daftar berikut membandingkan kota-kota cerdas Asia Tenggara diurutkan dari peringat tertinggi hingga terendah serta perubahan peringkat dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: Pemerintah Iming-Imingi ASN Dapat Tunjangan Khusus ini Biar Mau Pindah ke IKN
-
Singapura peringkat 5 naik 2 peringkat.
-
Kuala Lumpur, Malaysia, peringkat 73, naik 16 peringkat.
-
Bangkok, Thailand, peringkat 84, naik 4 peringkat.
-
Hanoi, Vietnam, peringkat 97, naik 3 peringkat.
-
Jakarta, Indonesia peringkat 103 turun 1 peringkat.
-
Ho Chi Minh City, Vietnam, peringkat 105, turun 2 peringkat.
-
Medan, Indonesia, peringkat 112, sama dengan tahun lalu.
-
Makassar, Indonesia peringkat 115 turun 1 peringkat.
-
Manila, Filipina, peringkat 121, turun 6 peringkat.
Lewat indeks ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi kota-kota dunia untuk membangun smart city yang mampu memperbaiki kualitas hidup warga. Laporan ini disusun dengan menggabungkan sejumlah data keras dan survei warga. Hasilnya, IMD Smart City Indeks menyajikan laporan mendalam mengenai profil smart city dari 142 kota dunia, termasuk Indonesia.
“Untuk Indonesia, data SCI relevan untuk membantu upaya merancang ibu kota baru di Nusantara, sebab hasil riset ini memberikan pedoman dan gambaran bagaimana inovasi dan pengembangan kota-kota masa depan,” tambahnya.
Laporan IMD Smart City Indeks memiliki tujuan konstruktif dengan mengambil sampel untuk mewakili tiap wilayah untuk mendorong keterwakilan regional. IMD lantas memberi peringkat ke-142 kota tersebut untuk membantu pengembangan kota pintar.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa, di masa depan, kota pintar fokus memperhatikan manusia (human-centric) yang hidup didalamnya dan merangkul semua kalangan (inklusif). Untuk itu, pengukuran yang digunakan dalam laporan ini mempertimbangkan faktor teknologi dan manusia di perkotaan.
Baca Juga: Presiden Jokowi 'Rayu' Bos Apple Investasi Smart City di IKN
Kota pintar dirancang agar memiliki teknologi maju, berkontribusi pada kualitas hidup manusia yang tinggal didalamnya, mendorong kelestarian lingkungan, dan membuka kesempatan dan kesetaraan bagi penduduknya. Oleh karena itu, kota-kota perlu memastikan bahwa kelompok marginal seperti penyandang disabilitas, lansia, kelompok minoritas, UMKM, dan startup mendapat dukungan yang memadai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar