Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penguatan Ketahanan Energi Indonesia: Transisi yang Berkelanjutan dengan PGN

        Penguatan Ketahanan Energi Indonesia: Transisi yang Berkelanjutan dengan PGN Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Energy security atau ketahanan energi menjadi fokus utama setiap negara di tengah dinamika global yang terkena impact dari gejolak geopolitik. Di samping mengamankan energi domestik, Indonesia pun berada di masa transisi energi sehingga tak meluputkan perhatian agar dinamika yang ada tidak berdampak signifikan terhadap upaya transisi energi. Pertamina Gas Negara (PGN) sebagai Subholding Gas Pertamina berkomitmen agar bisa berperan optimal dalam hal tersebut.

        Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyoroti agar perkembangan pasar gas bumi semakin meningkat untuk mengamankan Indonesia dari voltalitas energi, dan dapat seimbang dengan upaya SKK Migas bersama K3S menjaga minat investasi di sektor hulu migas. 

        Baca Juga: Medcoenergi Terus Tingkatkan Konversi Pasokan Listik di Blok Migas

        Head of Oil and Gas Comercialization Division SKK Migas, Rayendra Siddik mengatakan, dukungan PGN dibutuhkan untuk memperluas pasar agar gas terserap lebih banyak. 

        “Setelah infrastruktur gas bumi tersedia, PGN bisa membawa gas bumi dari Jawa Timur ke Jawa Barat yang sangat membutuhkan gas. Peran PGN juga diperlukan dalam percepatan infra WNTS-Pemping untuk membawa gas dari Natuna ke pasar domestik,” ujar Rayendra dalam keterangan tertulis yang diterima, Selasa (28/5/2024).  

        Atensi SKK Migas terhadap kebutuhan energi domestik sejalan dengan komitmen Pertamina dalam ketahanan energi nasional dan mengurangi impor. 

        Direktur Logistik & infrastruktur Pertamina Alfian Nasution berharap agar PGN sebagai Subholding Gas Pertamina dapat meningkatkan kontribusi melalui pengembangan jargas rumah tangga untuk impor LPG serta kerjasama dengan subholding lain untuk ketahanan energi. 

        Baca Juga: PGN Saka Hadirkan Inovasi untuk Monitor Produksi Migas

        Peran gas juga menjadi tantangan bagi Pertamina di masa transisi sekaligus mengisi strategi low carbon Pertamina. Beberapa pembangkit di refinery atau upstream dicanangkan akan menggunakan gas, sehingga PGN punya peran utama untuk ketersediaan gasnya. 

        “Energi fosil akan mencapai puncak pada 2030, diprediksikan NRE seperti matahari angin biofuel akan memiliki 40-45% dari total kebutuhan energi. Meski demikian, kebutuhan gas tetap meningkat, sehingga menjadi potensi besar bagi PGN dalam menggarap transisi energi,” ujar Alfian.

        Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan, Support dari berbagai pihak menambah masukan yang berarti bagi PGN. Apalagi untuk dalam antisipasi perkembangan makro dan global terkait energi fosil utamanya gas di masa trasisi saat ini. 

        Baca Juga: Kolaborasi Sukses: Penjualan Kondensat Senoro Mengukuhkan Sinergi Pertamina

        "Untuk itu, kami berkomitmen untuk menyambungkan infrastruktur. Wilayah timur sama sekali tidak ada pipeline, sehingga harus ada model lain yakni beyond pipeline. PGN akan senantiasa menjalankan penyaluran gas dan menjaga reability,” ujar Arief. 

        PGN juga memang melihat dalam konteks infrastruktur gas bumi di Indonesia bagian Timur, diperlukan logistik scheming yang lebih. Salah satunya dengan shipping untuk bisa bergerak mendukung transisi energi yang lebih sustain, apalagi Indonesia kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan.

        Peluang pemanfaatan gas bumi di masa transisi akan PGN ambil dengan integrasi infrastruktur eksisting agar semakin berkembang. Dengan integrasi akan dapat memenuhi kebutuhan demand-demand di kota-kota baru, kawasan-kawan industri, transportasi melalui compressed natural gas (CNG) dan transportasi laut. Selain itu, mengejar agreasi dengan memenuhi kebutuhan gas bumi di sektor pembangkis listrik, refinery milik Pertamina, dan anchor buyer lainnya.

        Vice President Gas and LNG Consulting Wood Mackenzie, Mangesh Patankar mengungkap bahwa setiap negara memiliki skema tersendiri dalam mengamankan energinya. Aspek affordability energy suatu negara berperan penting sekaligus kritikal, karena aspek ini juga menentukan bagaimana setiap negara bergerak untuk menuju target Net Zero Emission. 

        Baca Juga: PGN Lunasi Utang Obligasi Dolar AS

        "Pada akhirnya nanti bagaimana energy mix dapat diseimbangkan dengan affordability energi yang sudah ada,” kata Mangesh

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: